sebelum baca, di part yang sebelumnya ada perubahan dikit. dikit banget sihhh. kalo ga baca juga gapapaa, tapi prefer baca ajaa biar lebih jelas wkwkkwk
__________
nara celingukan kesana kemari mencari seseorang
melihat kembali jam ditangannya yang sudah menunjukkan pukul sebelas siang. telat setengah jam. apa yang membuat pria itu lama sekali?. juna tak biasanya seperti ini
gadis itu merogoh sakunya mencari ponsel miliknya. mencari kontak juna untuk menanyakan keberadaan pria itu.
ceklis satu
ponsel pria itu mati
wanita dengan balutan jeans dan hoddie putihnya itu kembali berdecak
oh iya, setelah perdebatan panjang dirinya dan juga haikal beberapa hari lalu, pria itu tak menegurnya sama sekali. mereka berdua kembali menjadi orang asing. bahkan ketika beberapa kali sempat berpapasan di luar sekolah, lelaki jangkung itu tak melihat ke arahnya sama sekali
ada rasa kehilangan di dalam lubuk hatinya. bayangkan, pria yang biasa menjahilinya sekarang malah acuh tak acuh jika bertemu. hatinya terasa tersentil kala haikal bahkan tak membantunya ketika ia di olok olok oleh beberapa siswa. nara tak menyalahkan pria itu. gadis itu sadar diri dengan apa yang ia perbuat
kabar dirinya dengan haikal yang kerap dekat dan hampir menjalin hubungan sudah tersebar luas di seluruh sekolah. pria itu menjadi pentolan sekolah bersama tiga temannya menggantikan yudha dkk yang sudah lulus. semua yang terjadi pada pria itu selalu menjadi sorotan dan berita panas sekolah. tak jarang namanya juga ikut terseret dan diperbincangkan di grup angkatan bahkan base sekolahnya
berita dirinya dan haikal yang berdebat kemarin beredar luas di sekolahnya. bahkan ada cuplikan video yang menampilkan nara sedang mengomel pada haikal. hanya beberapa belas detik durasinya. namun hal itu mampu membuatnya menjadi bahan olokan orang lain. mulai dari dirinya yang di cap tidak tahu diri karena besar kepala didekati olehh pentolan sekolah, hingga dirinya yang dianggap selingkuh dari haikal dan memilih pria lain
selingkuh apanya?, bahkan mereka belum menjalin hubungan
gadis itu tak mengambil pusing. selama kedua sahabatnya yang masih disampingnya juga beberapa orang yang masih mendukungnya, nara masih berdiri tegak tak tergoyahkan
tak jarang dira dan raina juga ikut di buli sebab berteman dengannya. dira bahkan sempat terlibat perkelahian dengan anak kelas lain karena gadis itu mengolok ngolok dirinya dihadapan dira
dira menyuruhnya untuk angkat suara tentang hal inni. namun dirinya tentu saja menolak. semua yang dikatakan mereka tak benar adanya, mengapa dirinya harus repot repot mengurusi mulut semua orang yang benci kepadanya?
hidup memang seperti itu bukan?, setiap langkah yang kita ambil pasti ada saja beberapa orang yang mencacinya. nara tak hidup dari belas kasihan mereka. ia tak hidup untuk membuat semua orang tersanjung
semua yang ia lakukan memiliki tujuan yang jelas, dan nara mempertahankan itu
"vira" panggil seseorang
lumanannya buyar
"maaf ya telat" seru juna keluar dari mobilnya
nara tersenyum lalu mengangguk
"gapapa"
"kamu beneran jadi mau kerumah kakak?" tanya juna masih tak paham dengan maksud nara yang ingin pergi kerumahnya
gadis itu kembali mengangguk
"gaboleh ya?"
"boleh, kenapa ga boleh" balas pria itu terkekeh
nara menghela nafasnya lega
"ayo masuk, panas"
__________________
"ini beneran lo gamau bukain gerbang buat gua?" tanya nathan speechless karena dira disebrang sana tak membiarkannya masuk ke rumah gadis itu
"kalo ada perlu ngomong aja disitu, jarak minimal dua meter" seru dira senga
pria itu menundukkan pandangannya dongkol. apa yang ia perbuat sampai gadis itu membiarkannya kepanasan diluar dan harus menjaga jarak dengannya?
"sumpah kaya lagi ngomong sama tahanan kalo gini ceritanya" tutur nathan masih membujuk dira agar mau membuka gerbangnya "panas dir"
dira masih keukeuh dengan pendiriannya, melipat tangannya di dada
"pulang aja sana, mau apa kesini. mending bilangin sono sama temen lo biar sadar, bilangin juga sama fans fans stresnya jangan ganggu nara lagi" tutur dira ber api api
"kenapa jadi nyalahin haikal?, harusnya nara dulu yang minta maaf" balas nathan tak terima
dira membulatkan matanya menengar penuturan pria itu yang membuatnya semakin tersulut emosi
"eh gua bilangin ya, nara ga salah, dia cuma kebawa emosi aja pas ngomong sama haikal kepala batu itu" sahut dira menaikan lengan bajunya
"ya haikal juga ga salah, dia kan cuma membela diri pas dimaki maki nara"
"sembarangan, nara ga maki maki haikal ya setan" timpal dira nyolot
"pokoknya haikal ga salah"
"wah minta di hajar ni orang" gumam dira menatap horor pria dihadapannya
nathan berdecak
"ini kan mereka yang ada masalah, kenapa kita yang berantem sih?" keluh pria itu lelah, sudah tak sanggup beradu mulut dengan pria itu
"sebagai teman yang baik, gua harus memusuhi orang yang dimusuhi sama temen gua"
"mereka ga musuhan dir, cuma lagi berantem doang"
"ya tetep aja mereka musuhan titik"
nathan mengambil nafas dalam
"percaya sama gua, akhirnya mereka bakal bersatu lagi kaya sebelumnya, sedikit konflik kaya gini cuma buat nguji mereka doang" tutur nathan mencoba memberi pengertian
dira menatap nathan tajam, termenung dengan perkataan pria itu
"sekarang gua boleh masuk ga?"
__________________
nara turun dari mobil hitam milik juna
menatap dengan takjub rumah besar dihadapannya yang sudah lama tak ia kunjungi. rasa rindu akan kenangan didalamnya kembali menyerang nara tanpa ampun. gadis itu menggeleng menyadarkan dirinya
"ayo masuk" ajak juna
nara mengangguk samar, memantapkan hatinya untuk menginjakan kakinya di rumah besar itu lagi setelah sekian lama
juna membuka pintu putih itu
gadis itu mengedarkan pandangannya meneliti semua yang ada pada rumah itu
nara sedikit terkejut
suasananya tak seperti dulu. banyak sekali yang berubah didalam sini. semua interiornya masih asing dimatanya. hanya ada beberapa benda yang masih sama dan tetap ditaruh ditempat yang sama
"banyak banget ya yang berubah?" tanya juna membuka suara karena melihat wajah nara yag terlihat bingung
nara menoleh lalu tersenyum samar
"banyak banget, sampe keliatan asing gitu" tuturnya gamblang
juna menggaruk tengkuknya yang tak gatal
"mau liat liat dulu?" sahut juna menawarkan
nara mengangguk
"boleh"
pria itu mulai berjalan memimpin di depan wanita itu. nara mengikuti langkah besar milik juna dengan kaki mungilnya. melihat lihat sekitarnya
"ini kamar adek"
ujarnya menunjuk kamar dekat ruang tamu dengan pintu putih. dulu itu dipakai untuk ruang kerja papa juna. namun sepertinya sudah dialih fungsi. mengingat kedua orang tuanya bercerai
nara mengangguk menanggapi
juna kembali berjalan menunjukkan beberapa ruangan lainnya. tak ada yang spesial dibawah sini
"kamar kakak masih sama?" tanya nara begitu saja
pria itu menggeleng
"pindah ke sebelahnya"
nara mengangguk menanggapi
"mau liat"
"boleh"
lelaki tampan itu mulai berjalan menaiki tangga disusul nara dibelakangnya
nara mendongak menatap sekelilingnya
satu pajangan poto menarik perhatiannya. foto keluarga berisi tiga orang itu benar benar mengalihkan fokusnya. sepertinya diambil baru baru ini. gadis itu menatap lamat lamat satu orang laki laki dalam foto tersebut. seperti tak asing baginya. wajahnya begitu familiar
nara termenung hanyut dalam pikirannya. siapa lelaki itu?
"vir?" panggil juna memecahkan lamunannya "kenapa diliatin terus?" tanya juna karena gadis itu terlalu lama menatap foto yang terpajang di ruang keluarganya
"itu baru ya fotonya"
juna mengangguk
"mami tiba tiba pangen foto keluarga, aneh banget emang"
nara terkekeh paksa masih terus memikirkan lelaki dengan wajah tanpa senyum itu
"kak" panggil nara memberanikan diri
pria itu menoleh
"kenapa?"
"itu siapa?" tanya nara menunjuk lelaki yang sedari tadi mengganggu pikirannya
"raka alvin pratama, adek kakak"
seperti tak asing
"jadi liat kamarnya?"
gadis itu mengiyakan pertanyaan itu
nara masih sibuk dengan pria yang mengalihkan fokusnya itu. ada sesuatu yang terlewatkan
juna membuka pintu kamarnya
harum maskulin dari dalam ruangan itu menyerang indra penciumannya. benar benar harum juna fikirnya
kamar dengan nuansa putih itu nampak kosong. hanya ada kasur, meja, lemari juga satu rak buku yang hanya berisi beberapa buku saja
pergerakan juna mengalihkan perhatiannya, pria itu mengambil semacam kertas berwarna hitam di mejanya?, entah gadis itu tak melihatnya dengan jelas
nara tak menghiraukan itu, masih sibuk melihat dan menyentuh semua yang ada dikamar ini
"masih dipajang?" tanya nara terkekeh melihat poto juna dengan wajah konyol dengan bingkai putih yang diambil olehnya
"fotonya bagus" kata juna memberi komentar
nara mendengus geli. bagus dari segi apanya, wajah pria itu nampak aneh di foto tersebut
wanita itu kembali menaruh bingkai foto tersebut ke tempat semula
"itu ruang apa?" tanya nara menunjuk pintu coklat yang berbeda dengan pintu pintu lainnya tepat di hadapan kamar milik juna
"ruang kerja mami"
nara menoleh
"boleh liat?" tanya nya sedikit hati hati
"buat?"
"ya mau liat aja sih" katanya disertai cengiran
juna menyetujui keinginan gadis kecil itu
"sebentar aja ya?, kakak ga berani liat liat kerjaan mami" tutur pria itu dengan syarat
"iya sebentar aja"
lelaki jangkung itu pergi mengambil kunci didekat meja tv dibalik vas bunga. mengapa di kunci?, apakah ini semacam ruang rahasia?
pintu berwarna coklat itu terbuka. menampilkan rak rak besar di setiap sisi dinding yang penuh dengan file file yang tak nara mengerti. satu meja di ujung sana lengkap dengan komputer juga beberapa aksesoris lainnya. nara mendekat ke arah meja tersebut
semuanya nampak menakjubkan. terlihat mahal dan berkelas. gadis itu menaruh tangannya dimeja kerja yang tampak mengkilap itu. sedikit terpesona dengan visualisasi ruangan ini
"vira?" panggil juna
nara mendongak
"eh maaf, ga sengaja, bagus banget soalnya" ringis gadis itu menarik kembali tangan lancangnya dari meja tersebut
juna terkekeh
"ayo kita makan, kakak laper" ajak juna melambaikan tangannya untuk mendekat
gadis itu mengangguk
juna sudah berbalik untuk keluar
gadis itu merogoh sakunya meninggalkan sesuatu disana
__________________
"lo beneran udah ga takut kena getok bunda lo lagi?" tanya juan heran melihat haikal yang sudah teler dirumah jeno
terhitung sudah seminggu lebih haikal tak berhenti minum dan bolak balik bar. teman temannya bahkan sudah lelah di telfon bartender untuk menjemput dirinya yang sudah terkapar lemah di lantai dansa
haikal tak menggubris perkataan pria itu. ia sibuk menatap langit langit kamar jeno entah memikirkan apa
"gausah nanya dia lagi, dia bisu sekarang" sindir jeno duduk di karpet bawah karena haikal menguasai seluruh tempat tidurnya
"kalo ada apa apa itu diselsaiin jangan kabur kaburan sampe mabok begini" tutur juan menasehati pria itu. entah didengar atau tidak "lo udah gaada gairah hidup banget diliat liat, mau mati?"
"dia udah nyiapin batu nisan" timpal jeno menambahkan
haikal mendengus
"kepala gua pusing banget anjing"
"jedotin aja ke tembok"
haikal memutar bola matanya malas
"ga membantu bangsat"
"yang bisa bantu diri lo, ya cuma lo sendiri. jangan pernah naro ekspetasi sama orang lain"
________________________haloooo
silahkan tinggalkan kritik dan komentar yang membangun sksksk. anw ini dadakan banget, sebenernya alurnya ga bakal kaya gini..... tapi pas ada beberapa yang komen di part sebelumnya, pikiranku jadi terbuka WKWKWKWK, sesuatu yang lebih besar menanti didepan sanaaaa. jadiii buat kalian yang kurang sreg boleh ya kasih masukan, asal yang membangun yep
lofffff banyakkkk
KAMU SEDANG MEMBACA
Nara dan Haikal
Humor"lo gemesin, mau ga jadi pacar gua?" Tentang Haikal yang selalu mengganggu Nara tanpa henti. Dan tentang Nara yang risih di ganggu Haikal tiap hari. Dengan pribadi nara yang mudah marah dan haikal yang selalu memancing amarah. Mampu melengkapi satu...