Flashback on
Taehyung pov
Hujan. Dimana air menyerbu bumi dengan bersamaan, rintik memang namun jika terlalu lama kita dibawah air rintik itu kita bisa saja dibawa ke dalam kebasahan dan larut dalam kesedihan. Hujan rintik ini mewakili bagaimana perasaan ku sekarang, namun bedanya tak ada air yang jatuh dari mataku, tak ada raut kesedihan di raut wajahku.
Aku menatap batu nisan itu. Batu nisan yang dilapisi tulisan nama kedua orangtua ku yang beberapa menit lalu telah dikuburkan. Mereka mengalami kecelakaan yang tragis dimana truk besar menabrak mereka dari arah belakang membuat kedua orangtua ku tewas di tempat sedangkan sang sopir mengalami luka luka yang cukup parah. Sopir itu bilang dia mengantuk dan tak dapat konsentrasi mengemudi, aku tak peduli.
Disengaja atau tidak aku tak peduli, terdengar seperti anak durhaka memang tapi dengan perginya mereka satu beban ku berkurang, setidaknya. Aku lelah hidup dengan mereka yang didampingi rasa benci ini. Tapi tenang walaupun aku membenci mereka, jauh didalam lubuk hatiku yang paling dalam aku masih menyimpan rasa sayangnya pada mereka, walau bagaimana pun mereka tetap orangtua ku bukan?
Seelama tinggal dengan mereka aku tak pernah membangkang semua perintah mereka, aku menurut dan selalu begitu.Kim jong-nam
Kim ji eun
Aku menatap kosong kedua nama itu, raut wajahku tak menunjukkan apapun kecuali tampang datar andalanku. Sebuah tepukan dibahuku membawa ku kembali ke alam sadarku, tapi tak membuatku mengalihkan pandanganku tanpa menoleh pun aku tau itu siapa.
"Kau harus kuat, bro. "
Aku sudah kuat. Aku menjawabnya tapi tidak menggunakan mulutku. Jimin menyemangati ku tanpa tau bahwa aku tak sesedih dan selemah itu hanya ditinggal oleh kedua orangtua ku. Dia menepuk kembali bahu ku sebelum meninggalkan ku sendiri bersama rintik nya hujan.
Tanganku terkepal dibalik hangatnya celanaku, aku menundukkan kepala sebelum mengangkatnya kembali dengan secuil senyum tipis yang ku sematkan di wajahku,
"Selamat menikmati hidupnya di nereka. "
****
Aku menyusuri jalan yang sudah penuh dengan genangan air, hujan masih setia menemaniku dengan setelan baju hitam dan tangan yang senantiasa berdiam diri dibalik saku celanaku.
Aku memilih untuk berjalan setelah pemakaman kedua orangtua ku, tanpa menghiraukan sopir ku yang menunggu ku sedari tadi.Mataku menangkap sebuah halte yang tak ada siapapun disana, kaki ku bergerak untuk menghampiri sebuah halte itu, untuk mengistirahatkan pikiran ku yang linglung.
Setelah bokongku mendudukkan diri pada salah satu bangku disana, aku menghela nafas tak mengerti dengan semua rasa yang ada pada diriku, sejatinya hatiku sedari dulu sudah hampa sewarna abu sekarang menjadi hitam pekat.
Aku tak yakin aku akan mendapatkan spektrum warna untuk hatiku yang hitam ini. Tapi aku tak munafik, aku selalu menunggu spektrum warna itu, senantiasa menunggu. Ya. Aku menunggu tanpa berbuat apapun, bodoh memang. Tapi aku tak peduli.
Aku menatap lurus jalan yang masih diguyur rintik hujan itu, pikiran ku melayang dimana aku berusia lima tahun yang sudah mendapatkan serangan panik, trauma kecil. Aku tak bisa menyalahkan kenapa harus aku yang dilahirkan dari keluarga ini, ini sudah menjadi takdir bukan? aku hanya perlu menikmati dengan tenang. Butuh beberapa tahun aku bisa keluar dari semua trauma ku dan butuh beberapa lamanya aku bisa kembali percaya pada manusia selain ibu dan ayahku walaupun sebenarnya aku pun tak mempercayai mereka. Setidaknya aku masih mempercayai takdir ku yang mungkin mendapatkan kebahagiaan meski hanya satu persen saja.
Jalan yang tadi ditemani rintik hujan kini terganti oleh sepasang sepatu sneakers putih, menghalangi pandangan ku.
Mataku perlahan naik untuk melihat siapa yang menghalangi pandangan ku, dan saat sepenuhnya mataku terangkat dan disitu pula netra mata hitam pekat ku bertemu dengan netra coklat yang didalamnya penuh kehangatan, aku tenggelam didalamnya.
Dia menyodorkan sebuah makanan manis yang ku ingat bernama lolipop itu, dengan senyum manisnya dia menyodorkan itu berniat membaginya denganku?
Sedangkan aku tak mampu untuk meninggalkan netra coklat hangat itu, aku sudah terjebak didalamnya.
"Untukmu, kau terlihat sedih. " Wanita itu kembali menyodorkan lolipop yang sudah aku anggur kan sedari tadi. Dia kembali menampilkan senyumnya yang semakin lebar menampilkan gusinya yang mana semakin manis untuk dilihat.
Dan aku semakin tenggelam terjebak.
"Aku Jennie Kim. "
Aku mengulas senyum tipis sejak sedari tadi aku tak merespon apapun dan hanya mampu menatap netra itu. Senyum tipis ku dan juga tanganku yang terangkat untuk mengambil lolipop pemberiannya menjadi awal dimana aku menemukan spektrum warna untuk hatiku yang hitam pekat dan menemukan takdirku.
Takdirku dengannya.
Dengan Jennie.
Flashback off
tobecontinue
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐥𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐬𝐞𝐜𝐫𝐞𝐭-
Fantasyᴛʜᴇɪʀ ʀᴇʟᴀᴛɪᴏɴsʜɪᴘ sᴛᴀʀᴛᴇᴅ ᴡɪᴛʜ ʟᴏᴠᴇ ᴀɴᴅ ᴘᴀssɪᴏɴ ᴛʜᴇɴ ᴇɴᴅᴇᴅ ᴡɪᴛʜ ʟɪᴇs ᴀɴᴅ ᴘᴀssɪᴏɴ. ɴᴏ, ᴛʜᴇʏ'ʀᴇ ɴᴏᴛ ᴏᴠᴇʀ ʏᴇᴛ. [republish]