Valeria - 0.3

457 38 4
                                    

(Part 3: “

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Part 3: “... Cewek gue”)

- - -

"Kalian paham apa yang sudah saya jelaskan tadi?" ujar sang pelatih menatap satu persatu anak didiknya setelah menjelaskan berbagai macam strategi.

"PAHAM!" jawab mereka serentak.

"Bagus! Untuk Rafif, kamu sebagai penjaga gawang harus lebih fokus. Saya lihat, kamu tadi kurang fokus. Itu bisa membuat tim kita kecolongan." ujar sang pelatih menasehati.

Rafif mengangguk patuh. Akibat ulah jail Ferdi yang terus menyoraki nama mantan gebetannya, ia jadi tidak fokus di lapangan. Ferdi memang tidak mengikuti ekstrakurikuler futsal karena tidak bisa. Padahal setahu Rafif, dia sering bermain bola di halaman rumah bersama para bocil. Cih, Rafif mencibir dalam hati. Belum mencoba, tapi sudah bilang tidak bisa. Seperti siapa itu?

"Kalo begitu, kalian boleh istirahat terlebih dahulu." balas sang pelatih berlalu dari lapangan.

Mereka semua mengangguk lalu membubarkan diri, termasuk Ansel. Ia berjalan kepinggir lapangan, duduk di atas rerumputan tanpa alas. Lantas membuka tutup botol, meneguk air dalam kemasan itu hingga tersisa setengah. Menatap ke arah lapangan sekolah yang mulai dihadiri beberapa murid padahal sekarang baru pukul 2 lebih sepuluh menit, dan pertandingan akan dimulai pada pukul 3.

Ia menatap temannya yang sedang memainkan permainan menggunakan botol yang sudah kosong. "Truth or dare?" ujar Galih saat pucuk botol mengarah pada Rafif.

"Dare aja deh," jawab Rafif.

Ansel dapat melihat Galih menyeringai licik. "Kalo gitu, cium Ansel." katanya membuat Ansel seketika melotot.

Rafif melirik Ansel dengan tampang ngeri. Dia cowok, masa mencium cowok. Kan enggak banget, mending cium dinding gapapa deh. "Gak ada yang lain?" Rafif mencoba menawar.

Galih menggeleng tanda tidak setuju. "No! Cium Ansel, atau cium pantat Ansel." final Galih.

"Kenapa gue terus!" Ansel menjitak kepala Galih lantaran kesal. Padahal disini ada banyak orang, Ferdi, dan juga Dero. Kenapa tidak mereka saja!?

"Karena Ansel emang cocok jadi monyet percobaan." sahut lelaki dengan kumis tipis, Dero.

"Kasih semangat buat Rafif! Cium! Cium!" ujar Ferdi menyoraki.

Jika sudah menyangkut nama Rafif, maka Ferdi lah orang pertama yang akan bersorak paling keras.

"CIUM! CIUM!" sorak Dero, dan Ferdi.

Rafif melirik sinis pada Ferdi, sepertinya Ferdi memiliki dendam kesumat dengan nya. Beralih menatap Ansel dengan wajah kaku.

CUP!

"EWHHH! KASIH GUE AIR ZAM-ZAM. NAJIS CUYYY!" teriak Ansel sontak mengusap kasar bekas kecupan Rafif di pipi kirinya, lalu menempelkan telapak tangannya pada pipi Ferdi.

ValeriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang