Chapter 08: Gosip No Secret
- - -
Pukul setengah 9 malam, Valeria membuka pintu rumah Moza setelah mengucapkan salam dengan pelan, berjalan mengendap-endap layaknya seorang maling. Karena setahu Valeria, orang tua Moza sedang pulang kampung menjenguk Nenek Moza yang sedang sakit. Otomatis penghuni rumah hanya ada Moza dan Mas Eza.
“DOR!”
“ASTAGFIRULLAH, JUMAL!” teriak Valeria saat kakak lelaki Moza sukses membuatnya kaget.
Mas Eza cuma bisa nyengir. “Lo ngapain malem-malem kesini?” tanyanya menatap Valeria yang memakai piyama tidur dari ujung kepala hingga kaki.
Gadis yang ditatap justru bersedekap dada serta tatapan matanya dibuat setajam silet. “Ngapa lo liatin gue gitu!? Mau gue laporin karena kasus pelecehan sama anak di bawah umur?” tanya balik Valeria.
Sedangkan lelaki didepannya menaruh telunjuknya di pelipis kiri sambil memutar pelan, menatap balik Valeria seolah-olah telah ia lecehkan. Bingung menanggapi gadis remaja dihadapannya yang sialnya lagi teman adiknya.
“Lo ... Stres, ya?” pertanyaan keluar lagi dari mulut Mas Eza.
Langsung saja Valeria meninju lengan Mas Eza lantaran kesal. “Idih-idih! Enak aja kalo ngomong!” Valeria menggeser tubuhnya hendak menaiki tangga menuju kamar Moza berada.
“Moza lagi keluar.” ujar Mas Eza duduk santai di sofa.
Lantas Valeria menoleh, menatap penuh kepo. “Kemana tuh? Biasanya ngajak gue.” gumamnya.
“Mana gue tau, kencan kali sama gebetannya.” celetuk Mas Eza.
“Masa sih, emang ada yang mau ya sama Moza. Gue yang merasa cantik begini aja gak ada yang mau.” ucap Valeria menguap.
“Pede amat lo!” Mas Eza melirik Valeria seraya tertawa kecil.
Suara pintu dibuka, membuat keduanya menoleh. Seorang yang baru saja menjadi perbincangan muncul dari balik pintu coklat. “Loh, Vale? Sejak kapan lo disini?” tanya Moza setelah mengucapkan salam.
“Lima menit yang lalu kayaknya.” jawab Valeria.
Moza mengangguk-anggukkan kepala. Tidak mengira Valeria akan datang kerumahnya lebih awal untuk menginap. “Ayo ke kamar gue.” ajak Moza. Gadis tersebut berhenti sejenak. “Oh ya. Nih Mas, gue bawa jajan tadi.” Moza membuka bingkisan totebag lalu mengeluarkan sekotak makanan.
“Lo abis darimana? Biasanya lo kalo keluar ngajak gue.” kata Valeria merebahkan tubuhnya saat tiba di kamar Moza.
“Oh ini, abis cod. Orangnya lagi disekitar sini, sekalian gitu. Nih, ada martabat manis, kalo mau makan aja. Bentar ya, gue mau ganti baju.” jawab Moza meletakkan sekotak martabak diatas meja nakas.
Valeria mengangguk. Melirik sekilas ponsel Moza yang berbunyi di atas bantal. Matanya menyipit, mencoba membaca pesan yang muncul pada layar lock screen tersebut.
“Sorry, tadi siang sempet—” eja Valeria dalam hati. Alisnya naik sebelah, kepo kelanjutan pesan. “Eh, bunyi lagi. Gue baca Moza marah gak, ya?” gumam Valeria.
Duduk menyandar, tangannya mengambil sepotong martabak manis lalu memakannya. “Martabaknya enakkan? Eh! Sorry banget Momo, gak sengaja lihat, jadi sengaja gue baca!” ujar Valeria gugup, saat tiba-tiba saja Moza mengambil ponselnya dari atas bantal.
Menatap Valeria kesal. “Lain kali gak boleh! Privasi!” sentak Moza mengomel.
Yang diomelin hanya nyengir dengan gigi depannya terdapat cokelat dari isi martabak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Valeria
Novela Juvenil"Oh, dia. Valeria, cewek gue." Valeria itu periang tapi juga menyebalkan. Bahkan saat namanya menjadi perbincangan seluruh SMA dirinya masih bisa memakan soto dengan tenang karena perutnya keroncongan. Entah angin atau badai darimana, dirinya bisa d...