Valeria 0.9

38 10 15
                                    

Chapter 09 : Interaksi

- - -

Valeria berjalan mengikuti guru sejarah yang berada beberapa langkah didepannya, dengan kedua tangan membawa setumpuk buku tulis. Usai jam pelajaran selesai, guru tersebut meminta Valeria untuk membantu membawakannya buku lantaran kondisi guru perempuan tersebut sedang hamil besar.

“Kalo boleh tau, itu udah berapa bulan, Bu?” tanya Valeria mulai kepo. Matanya melirik kearah perut yang terlihat menonjol besar.

Guru tersebut menoleh, menatap Valeria. “Jalan 8 bulan. ” jawabnya.

Valeria membulatkan mulutnya. “Pantesan udah blendung banget, kayak mau lahiran.” gumamnya. “Tapi kok ibu belum ambil cuti?” tanyanya lagi.

“Ambil cuti sekalian minggu depan sambil ngasih kisi-kisi, bentar lagi juga ulangan tengah semester, kan?” ucap guru tersebut.

“Maaf ya, saya jadi tanya.” Valeria terkekeh garing.

“Gapapa, santai aja. Anak-anak lain malah kalo tanya ngawur mulu.” Guru tersebut mengibaskan tangan kedepan.

“Saya doain lancar sampai lahiran.”

“Amin.”

Kedua tangan Valeria sedikit mengangkat, membenahi tumpukan buku yang terasa ingin jatuh. “Eh, kalo boleh tau lagi nih, Bu. Cowok apa cewek?” tanyanya lagi, sadar jika terlalu banyak bertanya gadis itu kembali melanjutkan perkataannya. “Aduh! Maaf banget, Bu. Saya banyak tanya!”

Tanpa sadar mereka telah sampai di ruang guru, Valeria meletakkan setumpuk buku yang dibawanya ke meja. “Makasih ya, Valeria.” ujar guru sejarah tersebut. “Omong-omong, kata dokter anak saya perempuan.” lanjut guru tersebut.

Valeria tersenyum senang, menganggukkan kepalanya. “Saya doain kalo lahiran anaknya cantik kayak saya, Bu! Eh, kalo gitu saya keluar, Bu. Permisi!” Valeria menutup mulutnya, lalu membungkukkan badan. Berbalik lalu berjalan cepat keluar dari ruang guru, kepalang tidak tahu malu.

“Lama banget, Val.” kata Alicia ketika Valeria tiba di kantin.

Gadis yang ditanya hanya mengangguk. Mengambil posisi duduk disebelah Alicia. “Sweet banget sih, gue udah dibeliin.” Valeria menatap sepiring siomay yang berada didepannya. Menggeser piring plastik tersebut, tangannya meraih sendok hendak mengambil sepotong siomay untuk dimakan.

Belum sempat siomay itu dilahap oleh Valeria, Moza lebih dulu menarik piring tersebut. Valeria menoleh, menatap Moza dengan wajah kesal. “Enak aja! Siomay gue ini!” ucap Moza yang dengan santainya melahap siomay yang telah disendok Valeria.

Mulut Valeria komat-kamit, Alicia yang berada disamping Valeria mengelus pundak gadis itu. “Elo sih, tadi gak minta pesenin, tau gitu dari awal udah kita pesenin buat lo.” katanya menyalakan Valeria.

“Tau lah! Males gue.” ucap Valeria berdecak lidah.

“Ya ngambek, Valeria ngambek!” ejek Alicia sengaja menyenggol bahu gadis itu. “Moza! Valeria ngambek, Moza!” adunya pada Moza yang asyik makan tidak menggubris keduanya.

Valeria yang diledek begitu akhirnya menghembuskan nafasnya kasar. “Siapa juga yang ngambek.” katanya bersedekap dada.

“Idih ngambekan kayak bocil!” sahut Moza mengejek Valeria. Gadis yang diejek sibuk memainkan ponsel tanpa memperdulikan kedua temannya yang berusaha membuatnya kesal.

“Ferdi! Mau kemana?” teriak Valeria melambaikan tangan, memanggil Ferdi yang tak jauh dari tempat duduk mereka.

Terlihat Ferdi berhenti, berbalik badan menatap Valeria penuh tanya. Cowok itu berjalan menghampiri Valeria seraya membetulkan kacamatanya. “Kenapa, Val?” tanya Ferdi.

ValeriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang