Valeria - 0.6

242 23 1
                                    

(Part 06: Simulasi Kencan)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Part 06: Simulasi Kencan)

Ansel tidak langsung membawa Valeria pulang, melainkan justru keliling menggunakan motornya karena sejak tadi Valeria hanya diam tidak menunjukkan dimana letak rumahnya berada. Mungkin masih kesal. Ia juga bingung harus jalan-jalan kemana lagi. Melirik spion, Valeria terlihat menatap jalanan serta kedua alis yang menukik tajam.

Valeria sadar ini bukan jalan menuju rumahnya, menggeplak pundak Ansel dengan keras membuat sang pengendara hampir saja oleng. "Maksud lo apa ya, Va!" umpat Ansel kesal, untung saja ia bisa menjaga keseimbangan. Kalo tidak, sudah nungsep mereka.

"Harusnya gue yang tanya elo! Lo mau culik gue, ya!?" tuding Valeria mengeraskan suaranya.

"Gue? Culik lo? Yang ada gue jadi duta sampo!" Ansel melirik spion bertepatan dengan Valeria yang juga menatapnya.

"Gue lagi serius ya!"

"Gue juga serius! Lo mau gue seriusin? Ya udah, mulai sekarang lo jadi pacar gue!" jawab Ansel tak mau kalah.

Wajah Valeria memerah menahan malu juga kesal. "Apaan sih, gak romantis. Mana ada cowok nembak cewek di motor." cibirnya pelan yang masih didengar oleh Ansel. Bagaimana tidak, Valeria bahkan tanpa sadar mencondongkan wajahnya ke pundak Ansel.

"Entar kalo gue tiba-tiba romantis terus lo baper, gimana?"

"Huh! Apaan sih! Ya mana ada." Valeria tergagap.

Mengabaikan perkataan Valeria, Ansel kembali bersuara. "Kan dari tadi lo diem mulu, gak nunjukin alamat rumah lo. Jadi, mampir makan dulu ya, gue laper." tawar Ansel sedikit menyindir.

Mata Valeria melotot, ia baru sadar kalo belum menunjukkan jalan rumahnya. Kenapa bisa ia setolol ini. Malu banget. "Hm ... iya deh, gue juga lapar."

"Va, bisa gak lo duduknya jangan jauh-jauh gitu agak deketan nanti lo jatuh, gimana?" Ansel berdehem.

"Modus ya lo!" Mata Valeria menatap kaca spion tajam. Namun tak urung, bokongnya bergerak agak mendekat takut-takut Ansel menggas laju motornya. "Kalo kayak gini, gue malah keinget film Dilan." gumamnya.

Ansel menoleh menatap Valeria yang masih berada di pundaknya dengan ekspresi bengong. "Good! Kita emang Dilan dan Milea versi milenial."

Motor Ansel berhenti, segera ia parkiran. Valeria turun mencopot helm, menatap restoran yang terlihat dari desain interiornya jelas sekali kalo makanan disini pasti tidak ada yang murah mungkin masuk dalam kategori lumayan mahal.

"Lo ngapain bawa gue ke restoran begini? Uang saku gue gak sebanyak elo, ya! Harusnya tadi mangkal di warteg aja." omel Valeria bersedekap dada.

ValeriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang