(Part 5: "Nurut sama pacar.")
👄
Tubuh Valeria terbaring lemas di atas kasur setelah pulang dari sekolah, lantas ia langsung menuju kamar. Suhu badannya panas, bahkan ia meracau dalam tidurnya. Yeni selaku sang Ibu Valeria turut cemas, ia mengompres dahi dan ketiak Valeria agar suhu badannya menurun.
"Apaan sih, bu! Geli tau, singkirin ih!" dumel Valeria saat ibunya kembali menaruh sapu tangan diketiaknya.
"Kamu ini lagi sakit cerewet juga, ya! Kata dokter, ditaruh diketiak itu biar suhunya ceper turun! Udah tiduran aja, ibu mau jaga toko!" Yeni beranjak dari kasur, menghentikan langkahnya kala teringat sesuatu. "Obatnya jangan lupa diminum."
"Tiduran katanya, bosen! Badan gak enak semua lagi. Pengen yang enak-enak, apa ya?" gumam Valeria menatap langit-langit kamar. "Pengen makan yang pedas-pedas. Pengen mie ayam, bakso juga, em ... seblak juga enak!"
Valeria menghela nafas gusar, kepalanya sungguh pening. Ia memejamkan mata sejenak, otaknya kini bekerja bertanya-tanya mengapa cowok bernama Ansel berucap jika ia pacarnya. Pendengaran Valeria menajam, saat ia mendengar suara langkah kaki diiringi suara bisikan-bisikan, masih dengan mata terpejam Valeria pura-pura tidur.
Pintu kamar terbuka. Moza dan Alicia memasuki kamar Valeria mengendap-endap takut jika terbangun. "Dia beneran demam? Takutnya kan boongan." ucap Moza pelan.
Alicia menggeleng, "Coba gue cek. Gue 'kan calon dokter." ucapnya menepuk dada. Alicia menaruh punggung tangannya pada dahi Valeria. "Panas kok, berarti dia demam." sambungnya.
Moza mengamati wajah Valeria, bulu mata gadis itu terlihat sesekali mengedip. Moza tersenyum miring. "Dia gak cosplay jadi Putri tidur, kan? Yang nunggu pangeran cuma buat dicium." sindirnya.
Valeria refleks terbatuk, masih mencoba melanjutkan aksi pura-pura tidurnya. Sesekali mengucek mata dan melenguh pelan, merapatkan selimutnya.
"Lo nyindir siapa?" ucap Alicia menatap Moza. Alicia duduk dipinggiran kasur, tepat disisi kanan. Ia bahkan ikut merebahkan tubuhnya. Diikuti Moza yang juga duduk disisi kiri.
"Valeria, lo beneran tidur, kan?" Alicia berucap pelan. Menggoyangkan tangannya didepan wajah Valeria. Lalu Alicia mendekatkan wajahnya guna memastikan. Spontan tubuh Valeria berbalik miring, dengan kakinya yang tidak sengaja menendang tubuh Moza hingga jatuh mengenaskan.
"Anjir! Valeria!" sentak Moza kesal. Tangannya mengelus bokongnya yang terasa ngilu. "Bangun lo! Gue tau lo pura-pura tidur, kan!?" omel Moza mengguncang tubuh Valeria.
Tidak ada jawaban, hanya dengkuran pelan yang keluar dari mulut Valeria. Oh, ternyata sang putri tidur beneran tidur.
Saat membuka matanya, yang Valeria liat justru cahaya matahari yang muncul dari sela-sela gorden jendela. Ia menguap, menatap jam di dinding mendapati jam sudah pukul 5 pagi.
"Semalem berarti gue ketiduran dong, laper banget ini perut." ucap Valeria menepuk pelan perutnya yang keroncongan. "Sholat dulu deh, sekalian mandi."
Valeria keluar dari kamarnya, lengkap dengan seragam sekolah juga sweater tebal yang menyelimuti tubuhnya. Meniup tangannya yang kedinginan.
"Loh, kamu udah bangun?" tanya Yeni yang sibuk berkutat di dapur. Valeria hanya mengangguk.
"Makanannya udah matang belum? Laper nih." ucapnya berjalan menuju ruang tengah, menyalakan televisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Valeria
Teen Fiction"Oh, dia. Valeria, cewek gue." Valeria itu periang tapi juga menyebalkan. Bahkan saat namanya menjadi perbincangan seluruh SMA dirinya masih bisa memakan soto dengan tenang karena perutnya keroncongan. Entah angin atau badai darimana, dirinya bisa d...