Valeria 1.0

23 5 16
                                    

Part 10: His name, Juna.

“Sekian presentasi dari kelompok kami, mohon maaf apabila ada kekurangan. Karena kesempurnaan itu lagu milik Rizky Febian. Dua tiga empat lima, ada pertanyaan?”

Jam pertama waktunya pelajaran Bahasa Indonesia, dimulai dengan presentasi. Hari ini terdapat 3 kelompok yang akan mempresentasikan termasuk kelompok Valeria. 3 kelompok lainnya telah presentasi pada hari Kamis kemarin.

“Itu Val, ada yang angkat tangan.” Vanda --–teman sekelompok Valeria berbisik, sambil menyikut lengan Valeria.

Gadis yang dibisiki mengangguk. “Oke, Bambang. Silahkan.” jawab Valeria menunjuk murid lelaki berwajah tengil.

Cowok yang ditunjuk itu menunjukkan wajah penuh percaya dirinya. “Pergi ke Bank buat nabung, pantun lo gak nyambung!”

“Gak jelas lo, Bambang!”

Semua murid ikut tertawa saat mendengar pantun dari murid lelaki bernama Bambang. Sebelum akhirnya berucap, “Yang jago pantun, bales dong!” celetuk murid lelaki lainnya.

“Tidak usah bertanya, kalo tidak penting. Kamu membuang-buang waktu pelajaran saya.” tegur guru perempuan tersebut lantaran kesal. Sedangkan yang ditegur hanya cengengesan.

“Ayo, yang mau tanya teman-teman.” ucap Valeria sebelum melanjutkan ucapannya dengan nada pelan. Takut terdengar guru killer tersebut. ”Kalo gak ada yang tanya, alhamdulilah.”

Lalu Valeria kembali melanjutkan sesi tanya-jawab, teman sekelompok nya juga ikut membantu menjawab beberapa pertanyaan yang ditanyakan, meskipun ada juga pertanyaan yang keluar dari topik yang sedang dibahas. Kemudian jam pelajaran masih berlanjut hingga bel istirahat berbunyi.

“Lagi banyak pesanan ya, Val?” tanya Alicia ketika Valeria mengeluarkan beberapa mika berisi donat warna-warni dari kantong tas yang berbeda. Beberapa diantaranya pesanan teman sekelas nya.

Ketika ada waktu senggang, Valeria memang menyempatkan dirinya berjualan donat mini. Ia mempromosikan dagangannya melalui akun media sosialnya, bisa juga disebut open pre-order. Per-mika ia isi dengan 6 pcs donat mini, harganya pun murah meriah untuk kantong pelajar.

“Iya, lumayan. Ibu gue jaga tokonya, bagian gue yang jualan di sekolah.” kata Valeria tertawa. “Oh ya, nih, pesanan lo.” Valeria menyodorkan satu mika donat Moza.

“Moza juga beli?” tanya Alicia, menatap Moza yang asyik membuka donatnya. Moza menanggapi dengan gumaman.

“Val, donat pesanan gue yang mana?” tanya teman perempuan sekelasnya.

Valeria kembali mengalihkan perhatiannya pada teman sekelasnya yang hendak mengambil donat pesanan. Gadis itu membuka buku catatan khusus untuk melihat daftar pembeli dan juga rasa yang dipilih.

“Masing-masing mika nya udah ada namanya, ya. Jangan rebutan ntar donatnya malah amburadul!” ucap Valeria, tangan kanannya juga sibuk menerima uang receh hasil dagangan. Ia masukkan uang tersebut kedalam dompet yang memang ia sediakan.

“Mau ikut gue gak? Gue ada janjian di taman sama para cuan gue.” lanjut Valeria bertanya pada Moza dan Alicia, tangan kanannya menenteng tas belanjaan tersebut.

“Gue ikut dong! Nanti sekalian mampir koperasi, mau beli salad!” ucap Alicia. Berdiri dari kursinya.

Valeria menatap Moza disampingnya. Tau jika Valeria hendak bertanya padanya. Moza buru-buru menggeleng. “Gak deh, gue mau makan donat aja. Lagi males keluar.” balas Moza menunjuk donat yang ia pesan pada Valeria. Lagipula, ia juga membawa sekotak susu dari rumah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ValeriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang