Hai...
"Jinsu, kenapa diam aja? Ada yang nakalin Jinsu lagi di sekolah?"
Jinsu menoleh sekilas menatap Haruto yang sedang menatapnya penuh khawatir. "Nggak ada ayah haru. Jinsu cuma capek aja tadi disekolah."
Banyak yang bilang kalau anak kecil itu selalu jujur dengan perkataannya. Tapi untuk kali ini Haruto menentang perkataan itu, mungkin anak kecil selalu berkata jujur tapi sepertinya itu tidak berlaku untuk Jinsu.
Haruto berdeham pelan. "Yaudah kalau begitu, Jinsu mau beli jajanan dulu untuk di rumah nanti?"
"Boleh ayah Haru?"
Senyum Haruto terbit di kedua belah bibirnya. "Boleh dong! Nanti Jinsu bisa milih sesuka hati Jinsu, jangan pikirin apa kata papa nanti kalau pulang!"
Suara tawa nyaring milik Jinsu keluar memenuhi dalam mobil Haruto, akhirnya dia bisa membuat gadis manis itu tertawa lagi tanpa wajah murungnya.
-
Doyoung sedang berdiri di balkon kamarnya sambil menunggu kepulangan Haruto dengan anaknya, sebenarnya ini bukan kamar aslinya. Dia dan Jinsu sedang menetap di apartemen Haruto untuk beberapa waktu sebelum dia kembali merasa tenang dengan semuanya.
Mungkin ini terkesan salah karena bagaimanapun statusnya masih sah sebagai suami Jaehyuk.
Tapi apa pedulinya?
"Ini udah mau masuk malam..., kenapa mereka belum juga pulang sih..," Si manis berlirih pelan.
Tangan lentiknya bergerak untuk mengetik pesan pada Haruto menyuruhnya agar cepat-cepat pulang.
Tapi saat tangannya sedang mengetuk pesan untuk Haruto, ada panggilan masuk dari seseorang. Dan itu cukup membuat tubuh Doyoung sedikit menegang dengan degupan jantung yang tiba-tiba berpacu dengan cepatnya.
Yoon Jaehyuk is calling...
Jarinya ingin bergerak untuk tidak mengangkat panggilan itu. Tapi entah kenapa rasanya dia ingin berbicara serius dan ingin berteriak sekarang juga pada Jaehyuk setelah cukup lamanya tidak bisa dikabari. Jadi tanpa berfikir panjang lagi dia segera mengangkat panggilan itu.
"Doyoung....,"
"...."
"Apa ka–"
"– jangan banyak basa-basi. Langsung ke inti Yoon Jaehyuk." Tekan Doyoung sambil merendam rasa amarahnya.
Dia juga bisa mendengar helaan nafas lelah Jaehyuk di sebrang sana.
"Mari kita berpisah. Rumah tangga kita sudah nggak sehat."
Kata-kata yang sebenarnya sangat Doyoung waspadai akhirnya terdengar juga. Dan tertuju untuknya.
"Besok kita ketemu di kafe biasanya tempat kita berkunjung dulu, kamu bisa kan?"
"Tanpa ketemu. Kamu bisa kirim surat itu ke alamat aku yang baru, aku nggak mau lihat muka kamu Jaehyuk."
".... Ya, aku ngerti. Tapi apa boleh aku lihat anak-anak dulu? Aku..., kangen sama mereka berdua."
Nafas Doyoung rasanya semakin menipis saat mengetahui fakta kalau ternyata Jaehyuk tidak mengetahui kabar anak-anaknya, di tambah dengan kepergian Jisung.
Bukannya bagaimana. Tapi Doyoung sudah berpesan pada kedua orang tua Jaehyuk untuk menyampaikan kabar ini pada Jaehyun jika Jaehyuk bisa di hubungi oleh pihak mereka, tapi agaknya tidak tersampaikan.
Doyoung meresa ini tidak adil.
"Kamu mau ketemu kedua anak kamu?"
"Ya.. Oh ya, gimana kabar Jisung? Keadannya membaik kan?"
Bahkan dengan mudahnya dia menanyakan hal itu pada Doyoung yang keadannya masih sangat sensitif?
"Ya. Keadannya semakin baik, kamu bahkan bisa melihat dia hidup dengan tenang besok."
-
Sekarang pukul 7 malam dan mereka berdua– Haruto dan Jinsu baru saja pulang dari acara jalan-jalan agar bisa membuat Jinsu kembali tertawa.
Sejujurnya mereka berdua cukup takut dimarahi oleh Doyoung karena pulang sangat telat.
"Kok papa nggak ada ya? Ruangan juga banyak lampu yang belum di nyalain."
Ini aneh. Haruto merasa jika ada sesuatu yang terjadi pada Doyoung, jadi dia dengan cepat menyuruh Jinsu untuk masuk kedalam kamarnya dan membiarkannya untuk memeriksa keadaan Doyoung.
"Jinsu masuk kamar Jinsu aja ya? Papa biar ayah Haru yang urus, oke?"
Anak manis itu mengangguk paham lalu berjalan menuju kamarnya yang berada di apartemen Haruto ini.
Sementara Haruto langsung saja bergegas untuk pergi menuju kamar Doyoung dan memeriksa ada apa dengan pemuda kecil itu.
"Doyoung?"
Bukan jawaban yang Haruto dapatkan. Justru suara tangisan yang dia dengar dari balik selimut tebal yang sedang membungkus tubuh Doyoung.
Hatinya bisa merasakan bagaimana rasa sedih yang sedang di rasakan oleh Doyoung. Dia mungkin tidak tahu apa yang terjadi barusan, tapi tetap saja dia harus mengetahuinya sekarang juga.
Mungkin dia bukan siapa-siapa Doyoung kecuali sebatas atasan dan sekretaris, tapi menurutnya Doyoung dan Jinsu adalah tanggung jawabnya sekarang.
"Berhenti nangis. Cerita sama saya sekarang kenapa kamu bisa nangis?"
"Nggak mau."
Tidak. Dia tidak boleh menyerah sebelum dia mengetahui semuanya.
Tangan besarnya bergerak untuk menurunkan tangan kecil pria itu yang menutupi wajahnya yang berlinang air mata.
Pipinya di tangkup dan dipaksa untuk menatap kearahnya.
"Saya udah bilang kan? Kalau kamu sedih dan terjadi sesuatu saat saya nggak ada kamu harus bilang sama saya. Jangan kayak begini, saya tau kamu butuh sandaran, Kim Doyoung." Haruto berkata dengan nada tegas sambil menatap tajam kearah Doyoung.
"Jaehyuk telfon saya dan dia minta untuk pisah. Ya itu memang keinginan kita berdua, tapi ada satu fakta yang buat saya merasa sakit hati dan nggak adil untuk saya."
Pipinya di usap penuh sayang oleh Haruto. Lalu pria berwajah dingin itu berdeham sebagai jawaban dan menantikan perkataan Doyoung selanjutnya.
"Jaehyuk sama sekali nggak tau kalau Jisung udah pergi, Haru..., hati saya sakit dengernya! Dia ayah kandung Jisung dan seharusnya dia tahu tentang hal ini!" Doyoung berteriak kecil sambil menatap kearah Haruto dengan mata yang kembali berkaca-kaca siap untuk menangis.
Tubuhnya ditarik masuk kedalam pelukan hangat milik Haruto, dahinya dikecup sayang oleh pria itu. Bahkan Haruto juga merapalkan kata-kata yang membuat perasaannya cukup tenang walaupun tidak tenang sepenuhnya.
Dia selalu merasa aman jika sedang bersama Haruto.
Tbc.
Maaf baru up lgi..
![](https://img.wattpad.com/cover/287951822-288-k264007.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
End Of Story After Winter
Fanfiction"Saya udah punya anak, kamu jangan gila!" "Kenapa? Saya bersedia untuk jadi ayah jinsu, dan mengganti marga kamu menjadi Watanabe Doyoung." lil angst | lil fluff | mpreg