Doyoung menatap canggung pada Haruto yang sedang memperhatikannya, Doyoung sedang membantu Haruto merapihkan dasinya yang berantakan.
"Sudah selesai, kamu bisa berangkat sekarang." Ucap Doyoung dengan raut wajah yang terlihat santai, padahal sebenarnya dia sedang menahan degupan jantungnya.
Hari ini Haruto akan pergi entah kemana dia tidak memberitahunya, seharusnya Doyoung sebagai sekretaris harus ikut dalam kegiatan ini tapi Haruto melarangnya dan mengatakan jika Doyoung fokus saja pada pekerjaan di kantor.
"Kamu bakal pulang jam berapa?" Tanya Doyoung setelah jarak di antara keduanya sudah tidak sedekat tadi.
Haruto menatap Doyoung dengan datar, lalu mengangkat sebelah alisnya bingung. "Apa aku harus kasih tau?" Tanya Haruto balik. Mengabaikan tatapan Doyoung yang menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Aku mau pulang sampai subuh pun itu bukan urusan kamu, yang kamu urus hari ini adalah perusahaan selagi aku tidak memegangnya hari ini. Jangan lupakan juga Jinsu, paham?"
Doyoung mengangguk paham dengan gugup. Haruto ini kenapa? Batinnya bingung.
"Makasih karena sudah bantu untuk merapihkan dasi, aku pergi dulu." Haruto berucap sembari berjalan menuju pintu. Tidak lupa juga memanggil Jinsu yang tengah anteng menonton kartun di ruang tengah.
Suasana pagi ini amat sangat berbeda dari sebelumnya, bahkan Doyoung bisa merasakan sendiri perubahan Haruto yang bahkan belum berubah dalam kurun waktu 24 jam. Tatapannya sangat menusuk dirinya, bahkan auranya pun sangat dingin. Ditambah lagi Haruto pagi ini berbicara padanya tapi tatapan matanya selalu mengalihkannya kearah lain.
Apa Haruto membencinya?
Apa Haruto jadi menjauhinya karena dia menolaknya?
Baiklah, kepala Doyoung terasa pening sekarang. Dia tidak mau nanti saat di kantor banyak pikiran lagi jadi dia bergegas untuk bersiap diri pergi ke kantor.
-
Pintu mobil Haruto terbuka dan langsung dimasuki oleh seseorang yang sangat lama tidak Haruto temui 4 tahun lalu. Mata tajam Haruto melirik kearah sampingnya yang sekarang sudah berganti dengan orang lain, bukan dengan Jinsu.
"Kamu nunggu lama, Travis?" Orang itu bertanya sembari menatap Haruto dengan tatapan memuja seperti biasanya. Tatapan 4 tahun lalu itu tidak pernah berubah sedikitpun.
Haruto menggeleng. "Nggak. Sekarang kita harus kemana?" Tanya Haruto saat sudah menjalankan mobilnya menjauhi perkarangan rumah mewah itu.
Orang itu tersenyum lembut dengan rona merah yang menghiasi kedua pipinya. Degupan jantungnya selalu berpacu lebih cepat jika sudah bersama Haruto.
"Wonyoung?" Panggil Haruto saat merasa tidak mendapatkan jawaban dari Wonyoung.
Orang tersebut bernama Jang Wonyoung, atau biasanya Haruto sering memanggilnya Vicky saat mereka masih bersekolah di Landon dan saat masih menjadi pasangan kekasih dulu.
"Ah iya.., aku merekomendasikan tempat yang didekat hotel bintang 5. Disitu nggak terlalu ramai, dan juga sangat tenang untuk berbicara serius tentang perusahaan."
Haruto mengangguk sekilas, lalu memutar stirnya kearah kanan menuju tempat yang Wonyoung maksud.
Wonyoung menggigit pipi dalamnya saat merasakan canggung yang luar biasanya diantara dirinya dengan Haruto. Dia tidak suka suasana seperti ini, dia ingin berbincang banyak hal dengan Haruto.
"Travis,"
"Ya?"
Gadis cantik itu tersenyum kecil. "Kabar mu? Bagaimana, apa baik?" Tanyanya basa-basi.
Haruto melirik sekilas kearah Wonyoung, disini dia akui jika Wonyoung semakin cantik dan badan gadis itu juga masih terlihat ideal sama seperti dulu. Dia tidak munafik, dia mengakui semuanya.
"Baik. Kamu sendiri baik?" Haruto kembali bertanya. Rasanya sangat tidak enak jika kita tidak menanyakan kabar orang saat orang lain menanyakan kabar kita bukan?
Gadis itu sekarang terkekeh. "Baik dong! Rasanya udah beda banget ya waktu ketemu, canggung...,"
Haruto hanya menimpalinya dengan kekehan kecil. Yang di ucapkan Wonyoung itu benar, suasana tadi sangat canggung karena efek tidak lama bertemu.
Haruto yang fokus dengan perusahaan disini, dengan Wonyoung yang saat itu masih menikmati masa-masa remajanya yang ingin bebas.
"Saya pesan kopi hitamnya satu dengan waffle butter, dan saya juga pesan pie susu dengan yogurt blueberry."
Pelayan itu mencatat pesanan Haruto dengan benar tanpa ada kesalahan sedikitpun, "Baik, di tunggu pesanannya." Pelayan itu membungkukkan badannya sopan lalu pergi menuju dapur untuk menyerahkan catatan pesanan tadi.
Ah iya, mereka sudah sampai ke tempat yang Wonyoung maksud. Apa yang dikatakan gadis itu benar, tempat ini tidak terlalu ramai dan sangat nyaman. Dia menyesal karena baru mencobanya kali ini, karena jaraknya terlalu jauh jadi membuat Haruto malas untuk pergi kemari.
"Wow..! Kamu masih inget aku suka itu?" Wonyoung bertanya dengan kekehan kecil yang keluar dari mulutnya. Merasa tidak menyangka sedikit karena Haruto mengingat apa yang dia sukai.
Karena dia berfikir jika Haruto akan melupakan hal itu.
Haruto ikut terkekeh kecil, mengangguk pelan. "Tentu. Itu cuma hal kecil yang mudah di ingat!"
Mereka berdua asik mengobrol hal random. Mulai dari perjalanan hidup masing-masing sampai pada titik kesuksesan yang baik.
"Bagaimana tunangan kamu?" Haruto bertanya seraya menyesap kopinya. Pesanan mereka berdua sudah sampai.
"Batal." Jawab Wonyoung dengan sedikit lirihan nafas lelah, dan itu membuat Haruto merasa tidak enak karena sudah bertanya seperti itu pada Wonyoung.
"Maaf, aku nggak tau."
Wonyoung menggelengkan kepalanya. "Nggak apa-apa! Kamu nggak tau, jadi nggak masalah buat aku." Jawab Wonyoung.
Haruto tersenyum kecil. Wonyoung masih sama, berusaha tampak baik-baik saja walaupun pasti menyimpan kesedihan didalamnya.
"Kita ganti topik jelek ini," Haruto bersuara. "Sekarang, kita bahas kerja sama perusahaan kita untuk ke depannya."
"Baik! Mari kita mulai rapat kecil ini!"
Tbc.
HAAAIII!! [smile]
Maaf baru up lagi😔Jangan sus sama mereka yah (Haruto wonyoung) hehhee.
KAMU SEDANG MEMBACA
End Of Story After Winter
Fanfiction"Saya udah punya anak, kamu jangan gila!" "Kenapa? Saya bersedia untuk jadi ayah jinsu, dan mengganti marga kamu menjadi Watanabe Doyoung." lil angst | lil fluff | mpreg