004 - SHANDY

233 69 6
                                    

"ARGHHH..."

"HEH! BERISIK LU TERIAK-TERIAK." Tanpa sadar, Shandy ikut berteriak karena terkejut dengan suara teriakan seorang laki-laki di balik selimut yang belum sempat dia tarik.

Terlihat seseorang yang menggeliat kesakitan di bawah selimut. Shandy menatap heran orang tersebut.

"Lu kenapa sih?" Shandy mengerutkan dahinya. "Lu malu ya kagak pake baju?" Ucap Shandy polos.

Tentu saja laki-laki di balik selimut itu hanya mengerang kesakitan, tak menjawab pertanyaan Shandy. Shandy menatap orang tersebut dari atas hingga bawah, matanya terhenti pada kunci yang digenggam laki-laki itu.

"Eh, gue mau kuncinya dong." Shandy menunjuk ke arah kunci.

Laki-laki itu terus berteriak sembari menggeliat kesakitan, tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Ya elah, kagak sakit tuh tenggorokan?" Shandy mendekati brankar di depannya dan langsung mengambil kunci dalam genggaman laki-laki itu -yang masih berteriak. "Makasih ya." Shandy tersenyum lebar. "Udah, diem lu, kagak capek teriak mulu?" Ucap Shandy sebelum akhirnya berjalan menuju pintu yang terkunci oleh rantai dan gembok.

Tanpa menghiraukan teriakan yang masih memenuhi ruangan, Shandy membuka gembok dengan santai. Setelah terbuka, Shandy mendorongnya hingga terbuka lebar. Shandy berjalan pelan menuju jendela besar yang terletak di sisi ruangan. Terlihat suasana hutan yang sepi dan mulai menggelap, menandakan hari akan berganti malam.

"Gue kenapa bisa ada di sini coba?" Shandy melihat beberapa foto polaroid yang dia ambil di ruangan sebelumnya.

Shandy membalikkan badannya dan berjalan menuruni tangga. Di lantai bawah, Shandy langsung memasuki ruangan di depannya. Sebuah ruangan yang berisi sofa, cermin, dan dua lemari besi. Tanpa permisi, Shandy duduk di atas sofa.

"Jangan membuka lemari tanpa rantai." Shandy membaca tulisan yang berada pada salah satu foto polaroid.

Shandy menatap kedua lemari besi di depannya bergantian. Shandy berdiri dari posisi duduknya dan langsung berjalan mendekati kedua lemari tersebut.

"Kenapa gue kagak boleh buka lemari ini?" Shandy berhenti tepat di depan lemari tanpa rantai, mengerutkan dahinya. "Woi, ada orang?" Shandy mengetuk pelan lemari tersebut. Tak ada respon.

Brakkk...

Shandy memukul lemari besi tanpa rantai di depannya -hingga menghasilkan suara yang cukup keras.

Satu...

Dua...

Tiga...

Lagi-lagi, Shandy tak mendapatkan respon apapun.

"Buang-buang waktu gue aja." Shandy mendengus kesal dan berjalan mendekati lemari yang terkunci oleh rantai di sampingnya. "Gue kyknya harus buka lemari ini." Shandy memegang salah satu gembok.

Shandy membalikkan badannya dan berjalan keluar ruangan. Di ambang pintu, Shandy menoleh ke arah kanan dan kirinya. Lorong cukup panjang yang terlihat sepi dan cukup gelap, atau ruangan dengan cahaya redup yang hanya menerangi sesuatu berbentuk manusia di atas kursi medis.

Setelah cukup lama berpikir, akhirnya Shandy memutuskan untuk berjalan ke arah kanannya. Shandy menyusuri lorong dengan beberapa pintu terkunci di kanan kirinya hingga dia terhenti di depan sebuah ruangan. Ruangan kecil -dengan pintu terbuka yang berisi seorang perempuan terikat di atas kursi.

Shandy melangkah masuk perlahan ke dalam ruangan tersebut. Perempuan yang awalnya menunduk -hingga rambut hitam panjang menutupi wajahnya, mendongakkan kepalanya perlahan ketika merasakan ada seseorang yang berjalan mendekatinya. Terlihat seorang perempuan cantik dengan muka cukup pucat menatap sendu Shandy di balik rambut.

CLON1NG || UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang