002 - GILANG

321 70 11
                                    

"WOI! Bangun."

"Zweitson?"

"Cepet bangun, udah siang."

"Bisa-bisanya dia tidur di tempat kyk gini."

"Nih orang masih hidup kagak sih?"

Zweitson merasakan tangan seseorang mengguncangkan tubuhnya cepat. Perlahan, Zweitson membuka kedua kelopak matanya. Terlihat seorang laki-laki yang berpakaian seragam dengan Zweitson sedang berusaha membangunkannya.

"ARGH..." Refleks, Zweitson berteriak sembari mendorong kuat tubuh seseorang di hadapannya hingga terjatuh.

"HEH." Detik selanjutnya, punggung laki-laki itu tertabrak dinding di belakangnya. "Aw..." Laki-laki berseragam putih tersebut meringis kesakitan sembari mengelus pelan punggung dengan tangan kirinya.

"SIAPA LU?" Zweitson mundur dengan cepat dalam posisi duduk, menatap takut laki-laki di depannya.

"Bentar, punggung gue masih sak... Aw..." Laki-laki itu masih mengelus penggungnya yang terasa sakit.

"Lu dokter yang tadi bius gue?" Zweitson membenarkan posisi kacamata miliknya.

"Hah? Dokter apaan?" Akhirnya, laki-laki itu menatap Zweitson dengan pandangan heran.

"Lu siapa?!" Dengan cepat, Zweitson mengalihkan percakapan mereka.

"Gue Gilang. Aw..." Lagi-lagi, Gilang meringis kesakitan.

"Gilang?" Zweitson mengerutkan dahinya. "Lu tau dari mana nama gue?" Tanya Zweitson takut.

"Kalung lu." Dengan tangan kanannya, Gilang menunjuk leher Zweitson perlahan.

"Kalung?" Refleks, Zweitson memegang lehernya.

Zweitson mengerutkan dahinya heran ketika merasakan sesuatu benda pada lehernya. Zweitson mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan hingga terhenti pada cermin yang terdapat pada salah satu pojok ruangan. Dengan cepat, Zweitson berdiri dan berjalan ke arah cermin tersebut.

"001 Zweitson?" Zweitson semakin heran ketika melihat apa yang tertulis pada kalung tersebut. "OH, 001!" Zweitson membalikkan tubuhnya ke arah Gilang. "Lu liat kertas kecil yang gue pegang kagak?" Tanya Zweitson cepat.

"Lah, mana gue tau." Jawab Gilang acuh tak acuh sembari berusaha untuk berdiri.

"Kertas yang ada tulisan 001 itu loh." Zweitson berusaha untuk menjelaskan kepada Gilang.

"Maksud lu..." Gilang membuka salah satu lipatan lengan bajunya. "Kertas kyk gini?" Gilang menyodorkan secarik kertas kecil yang bertuliskan 002.

"Iya." Zweitson menganggukkan kepalanya. "Lu dapet dari mana kertas itu?" Tanya Zweitson cepat.

"Tadi gue tiba-tiba bangun di atas brankar dalam ruangan kecil yang kotor banget dan gue liat ada beberapa foto ini di dindingnya." Gilang kembali menyodorkan tiga lembar foto polaroid. Zweitson mendekati Gilang perlahan dan langsung mengambil ketiga foto dalam genggamannya.

Foto pertama adalah tangan yang tertutupi selimut, dengan catatan "Tangan merupakan jalan keluar pertama."

Foto kedua adalah lemari besi yang tidak terkunci, dengan catatan "Jangan membuka lemari tanpa rantai."

Foto ketiga adalah kalung hitam yang bertuliskan "001-Zweitson.", tanpa penjelasan apapun.

"Gue dapet kertas ini di atas tangan salah satu manekin yang diselimuti atas brankar." Gilang melanjutkan ceritanya.

"Lu serius?" Zweitson menatap kaget Gilang dan hanya dibalas dengan anggukan yakin. Semua hal yang diceritakan Gilang, lebih dari 90% sama dengan yang dialami Zweitson. "Lu jangan buka lemari itu." Zweitson menunjuk lemari besi tanpa rantai yang berada pada salah satu sisi ruangan. Gilang mengikuti arah tunjuk Zweitson.

CLON1NG || UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang