007 - FENLY

180 63 3
                                    

"Tangan merupakan jalan keluar pertama."

Fenly melirik kedua pergelangan tangannya. Fenly membaca satu per satu foto yang mengantung.

"Lembaran foto dapat membantu untuk mengingat." Fenly memegang salah satu foto. "Oke, gue harus bawa ini semua." Fenly menarik satu per satu foto polaroid.

Fenly berjalan keluar ruangan dengan tatapan masih berfokus pada kumpulan foto dalam genggamnya. Setelah membuka plastik yang menghalangi ruangan, Fenly mendongakkan kepala perlahan. Beberapa brankar berjajar rapih.

"Pasti ada clue tentang ini." Fenly kembali melihat satu per satu foto.

Fenly menghampiri salah satu brankar secara acak. Fenly menarik ujung selimut perlahan.

"Manekin?" Fenly mendekati lengan manekin di depannya. "007 Fenly." Fenly mengambil sebuah kertas kecil.

Fenly kembali memeriksa foto dalam genggamannya.

"001 Zweitson, 003 Fajri, 006 Fiki." Fenly membaca acak beberapa foto yang menunjukkan sebuah kalung. "Apa gue harus cari mereka semua?" Tanya Fenly entah kepada siapa.

Fenly bergerak menuju brankar sebelah. Fenly menjulurkan lengannya untuk menarik ujung selimut.

"ARGHHH..."

Fenly melonjak kaget ketika terdengar teriakan laki-laki yang menggeliat kesakitan dari balik selimut.

"Aduh, sorry, kak. Saya ganggu ya?" Ucap Fenly merasa bersalah.

Pandangan Fenly tiba-tiba tertuju pada tangan laki-laki tersebut yang terjulur keluar selimut.

"Kak, saya izin ambil kuncinya ya." Fenly mengambil kunci tersebut dengan hati-hati. "Makasih, kak." Fenly berjalan perlahan meninggalkan laki-laki yang masih berteriak kesakitan.

Fenly berjalan menuju pintu dan langsung menggunakan kunci tadi untuk membuka gembok. Setelah berhasil melepas rantainya, Fenly langsung mendorong pintu dan keluar dari ruangan tersebut. Fenly berlari kecil menuruni tangga. Setelah menginjak anak tangga terakhir, Fenly langsung menyadari sebuah pintu kaca di ruangan samping tangga.

"Pergi ke lantai bawah jika ingin bebas." Fenly membaca salah satu foto. "Lantai bawah?" Fenly mendekati pintu kaca. "Digembok dari luar." Fenly memegang gagang pintu dan menggerakkannya pelan.

Fenly membalikkan tubuh dan berjalan memasuki ruangan di depannya. Sebuah ruangan yang berisi cermin, sofa, dan dua lemari besi. Fenly mendekati lemari besi perlahan.

"Jangan membuka lemari tanpa rantai." Fenly menoleh ke arah dua lemari besi bergantian.

Fenly mendekati lemari yang terkunci oleh gembok. Fenly memegang salah satu gembok.

"Tiga angka, satu huruf." Ucap Fenly pelan. "Satu, dua..." Fenly menghitung gembok yang mengunci lemari besi tersebut. "...tujuh, delapan." Fenly mengakhiri hitungannya. "Gue harus buka lemari ini." Fenly melepas gembok perlahan.

Fenly membalikkan tubuhnya dan berjalan keluar ruangan. Di ambang pintu, Fenly menoleh ke arah kanan dan kirinya. Sebuah lorong yang cukup gelap dan sebuah ruangan yang hanya memiliki satu penerangan.

"Ujung lorong." Fenly membaca salah satu foto.

Setelah berpikir cukup lama dan melihat kembali beberapa foto polaroid yang dia genggam, Fenly memutuskan untuk berjalan ke arah kanannya. Sebuah lorong gelap yang cukup hening, hanya ada suara sepatu Fenly yang bergesekan langsung dengan ranting dan daun kering. Fenly berhenti di depan sebuah ruangan yang berisi seorang perempuan dengan ikatan tali di tubuhnya.

CLON1NG || UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang