008 - RICKY

194 64 7
                                    

Ricky berlari cepat menuruni tangga ketika berhasil keluar dari ruangan yang berisi deretan brankar. Sebelum keluar dari ruangan, Ricky sempat meninggalkan salah satu foto "Tangan merupakan jalan keluar pertama." sebagai penanda. Ricky tiba-tiba menghentikan langkahnya di atas anak tangga terakhir ketika mendengar suara gesekan dari lorong kirinya. Ricky mengintip dari balik dinding. Seseorang dengan pakaian operasi berwarna hijau yang sedang menggenggam erat bagian belakang baju laki-laki berseragam putih dan menariknya menuju ujung lorong. Laki-laki dengan seragam putih itu terlihat pasrah dan lemah dalam genggaman seseorang berpakaian operasi. Setelah sampai ujung lorong, seseorang dengan pakaian operasi itu membuka pintu ruangan dan membawa laki-laki tadi masuk ke dalam bersamanya.

Brakkk...

Pintu ruangan ditutup cukup keras oleh seseorang dengan pakaian operasi itu. Ricky terlonjak sedikit kaget. Refleks, Ricky menyandarkan tubuhnya pada dinding -berharap tidak ada yang menyadari keberadaannya. Keringat dingin mulai membasahi pelipis Ricky. Dengan tangan yang sedikit bergetar, Ricky menyeka keringat itu dengan lengan bajunya. Ricky memeriksa kembali beberapa foto dalam genggaman tangannya.

Ricky kembali mengintip ke arah ujung lorong. Hening. Tidak ada tanda bahwa terdapat seseorang di sana. Ricky berjalan perlahan memasuki ruangan di depannya. Sebuah ruangan yang berisi cermin, sofa, dan dua lemari besi. Perlahan, Ricky melangkahkan kakinya dan berjalan mendekati kedua lemari besi.

"Jangan membuka lemari tanpa rantai." Ricky melempar salah satu foto di depan lemari tanpa rantai.

Ricky mendekati lemari yang terkunci oleh rantai dan beberapa gembok.

"Satu, dua..." Ricky mulai menghitung jumlah gembok. "...tujuh, delapan." Ricky mengakhiri hitungannya. "Tiga angka, satu huruf." Ricky memegang salah satu gembok. "Tidak ada kunci untuk membuka gembok." Ricky melemparkan sebuah foto di depan lemari tersebut.

Ricky mengedarkan pandangan ke sekitarnya, sesekali melihat kembali beberapa foto yang dia pegang. Ricky mendekati cermin pada salah satu sisi ruangan. Ricky berhenti, memperhatikan dirinya dari pantulan cermin.

"Cermin dan kalung adalah kunci." Ricky membaca kembali salah satu foto.

Ricky melemparkan perlahan foto yang baru saja dia baca dan mulai memperhatikan pantulan kalung hitam di lehernya dalam cermin dengan seksama.

Satu menit berlalu, Ricky merasa tak mendapatkan jawaban apapun. Ricky berjalan keluar ruangan dan berhenti di ambang pintu. Ricky menoleh ke arah kanan dan kirinya bergantian.

"Privasi sang dokter." Ricky membaca perlahan salah satu foto. "Kalau gue ke sana, orang tadi gak bakal tiba-tiba keluar, kan?" Tanya Ricky entah kepada siapa.

Ricky memutuskan untuk berjalan ke arah kanannya. Melewati beberapa ruangan dengan pintu tertutup. Suara langkah kaki Ricky terdengar cukup jelas -sesekali menginjak daun kering yang berserakan.

"Kak, tolong saya."

Suara seorang perempuan menghentikan langkah Ricky. Refleks, Ricky menoleh ke arah sumber suara. Perempuan muda yang terikat di atas kursi. Ricky memeriksa kembali beberapa foto dalam genggamannya.

"Kak, tolong lepasin iketan tali ini." Ucap perempuan tersebut dengan nada memohon.

"Sorry." Ricky melempar sebuah foto di depan ruangan. "Melepaskan perempuan adalah sebuah kesalahan." Dengan cepat, Ricky berjalan meninggalkan perempuan itu.

Ricky kembali menghentikan langkahnya di depan sebuah ruangan yang berisi lemari besi dan sebuah meja panjang.

"Diam lima detik di bawah meja untuk melarikan diri." Ricky melempar selembar foto di depan ruangan tersebut.

CLON1NG || UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang