"Ya ampun benarkah Kak? Wahhh jadi aku yang deg-deg hehehe, jadi gimana-gimana?" seorang wanita dengan rambut jatuh sebahu nampak sangat bersemangat di galeri lukisannya sambil sesekali melompat-lompat kecil karena kegirangan saat baru saja sang kakak memberitahunya bahwa kekasihnya telah melamarnya.
Masih dengan senyum lebarnya Rianna kembali mengajukan pertanyaan, "Jadi gimana, kapan mau ketemu sama Ayah?" tanya nya.
"Rianna Wijaya, ini yang mau nikah kamu atau kakak?" tanya kakaknya di seberang sana.
"Huuuh... ya ampun Rina Wijaya, harus dong kita kan se-rahim, se-persusuan, se ayah se ibu pasti aku greget dong, kakak itu udah kayak diri aku sendiri makanya aku excited," jawab Rianna.
"Emang kalau kakak nikah kamu mau pulang ke rumah? tanya Rina tiba-tiba dan seketika keadaan menjadi senyap.
"Ana... kamu masih di sana? Halloo...Halloo...?" Rina terus memanggil manggil sang adik untuk memastikan apakah adiknya masih terhubung dengannya di sambungan telepon mereka pagi itu.
sementara Rianna masih termenung sambil memegangi ponselnya. pikirannya jauh melayang ke 4 tahun lalu sebelum dirinya berada di Bali, lebih tepaynya di galeri seni Strawberry Moon yang didirikannya dan masih bersinar sampai saat ini.
Flashback On
Tahun itu adalah tahun yang mendung bagi Rianna. ibunya baru saja berpulang karena kanker serviks yang menyerangnya yang kemudian menjadi penyebab malaikat tak bersayapnya itu berpulang ke pangkuan yang Maha Kuasa.
Selama ini yang mendukung semua cita citanya dan kegemarannya dalam melukis hanya ibu nya seorang karena sang ayah, Bramasta Wijaya lebih mendorong anak-anaknya untuk ikut serta dalam dunia bisnis sepertinya.
Sementara Riana tidak pernah tertarik pada dunia seperti itu. Dan di siang hari yang gelap karena hujan itu Riana kembali terlibat perdebatan yang alot dengan sang ayah.
"Ayah hanya ingin yang terbaik untuk anak-anak Ayah gak lebih kok, lagian kenapa sih Ana kamu ga bisa kayak kakak kamu. lihat Ina sekarang hidupnya udah terjamin, dia jadi wanita yang berkualitas karena pengalaman bisnis nya sementara kamu... kamu bahkan pindah jurusan tanpa Ayah tahu!," kata sang Ayah ber api-api.
"Ayah... Ana juga punya mimpi. Kak Ina bisa karena memang dia minatnya di situ nah Ana.... Ana juga punya mimpi yang lain Ayah," jawab Riana.
"Nggak, kalian berdua itu sama! Sama-sama putrinya Ayah. Sama-sama di besarkan di rumah ini dan diberi makan yang sama, nggak ada yang beda pokoknya semester depan kamu ayah pindahkan ke luar negeri aja biar lebih fokus kamunya..."
"Nggak! Anna nggak mau!"
Tatapan keduanya bertemu, Riana dengan mata berkaca-kaca nya menahan luapan kecil yang sebentar lagi akan luruh dari pelupuk matanya sementara Wijajya menatap balik putri bungsunya itu dengan luapan emosi yang berusaha di tahannya.
"Anna nggak mau, Ana juga punya mimpi yang lain. Anna nggak mau ikut maunya Ayah terus, Anna..."
Plak!
Sebuah tamparan menerjang salah satu sisi wajah Anna dengan sangat tiba-tiba membuatnya terdiam sejenak merasakan keram yang menjalari pipinya, dan jangan tanyakan keadaan hatinya.
"Udah berani yah kamu sama Ayah!" bentakan itu kemudian meluncur begitu saja dari Wijaya tanpa bisa ditahannya lagi.
"Ya ampun, Ayah!"
Dengan tergopoh-gopoh Rina mengahampiri adiknya sambil melarikannya ke dalam pelukannya. Meninggalkan rumah dalam keadaan kondusif pagi tadi membuat Rina tidak menyangka dengan apa yang baru saja di saksikan nya.
"Ayah jangan main tangan dong sama Anna, dia masih kecil Yah...."
"Anna bukan anak Ayah lagi, Anna nggak mau tinggal disini lagi!"
Flashback off
"Anna, kamu dengerin kakak nggak sih dari tadi? Ini kakak udah ngoceh dari tadi malah kamu kacangin Ann," gerutu Rina di seberang sana karena tak kunjung mendengar tanggapan sang Adik.
Rianna berdeham sebentar sebelum menjawab sang kakak, "Iya aku dengerin kok, nanti lagi yah kak di sambung obrolannya aku ada pengunjung nih heheheh."
"O-ooo iya iya, aduh kakak jadi ganggu ini... yaudah selamat beraktivitas sayang, vitamin yang kakak kirim minggu kemarin jangan di anggurin, awas kalau telat makan!"Peringat Rina.
Mendengar ocehan sang kakak mau tak mau mengundang sunggingan di bibir Rianna, "Iya-iyaaaaa calon manten, udah ahh aku ada pengunjung."
Dan tepat sebelum panggilan itu berakhir Rina kembali menanyai sang adik, "Ehh tapi Anna, kamu bakal datang kan kalau kakak nikah?"
***
So how?
Vote-in jawaban buat Anna yokk heheheh.
see you next chapter guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SUBTITUTE
RomanceDONT FORGET TO FOLLOW AUTHOR NYA DULU SEBELUM MEMBACA. VOTE & COMMENT EVERY PART JANGAN DILUPAKAN. "Lalu bagaimana dengan hutang-hutang Ayahku?" tanya Riana sebelum mengakhiri perbincangan dengan Alden. "Tentu saja dia sudah terbebaskan, ku akui k...