Pernikahan megah itu digelar di salah satu hotel ternama di bilangan Jakarta. Mengusung tema glamour pernikahan itu menjadi sorotan terkini di berbagai lini masa. Bagaimana tidak, Ashari Corp adalah salah satu perusahaan ternama dan terbesar ketiga di Asia sehingga setiap harinya orang-orang di dalamnya selalu menjadi sorotan dalam tiap aktivitas mereka bahkan saat Alden si putra tunggal pemilik perusahaan besar itu pertama kalinya mencoba vespa pemberian sang ayah di jalan raya, tidak bisa dihitung berapa banyak paparazi yang mengambil momen tersebut lalu menyebarkannya di lini masa.
Kedua mempelai nampak menikmati momen menjadi raja dan ratu sehari itu. Senyuman tidak pernah luntur dari wajah keduanya saat menyapa tamu-tamu satu persatu. Berjuta ucapan selamat dan doa mereka terima dari setiap tamu. Mulai dari yang berharap mereka bisa langgeng hingga ajal memisahkan, keluarga yang bahagia, hingga doa agar Riana bisa segera mengandung penerus Ashari Corp selanjutnya, yang kemudian menjadi salah satu doa yang diragukan Riana apa dia bisa.
Setelah serangkaian acara selesai, kedua mempelai di arahkan ke lantai teratas hotel tempat mereka akan menghabiskan malam. Sepanjang jalan menuju ke kamar Riana dibantu oleh beberapa maid untuk mengangkatkan ekor bajunya yang menjuntai panjang dan bisa menyapu apa saja yang dilewatinya sementara Alden terus berjalan ke depan dan sibuk dengan ponselnya. Benar-benar jauh dari bayangan Riana dimana Alden akan membantunya namun realitanya pria itu malah sibuk dengan ponselnya.
"Pakailah kamar mandi lebih dulu, aku ada pekerjaan yang harus di urus. Jika sudah mau tidur, tidur lah duluan tidak usah menungguku," kata Alden singkat-padat jelas lalu menanggalkan jas nya di sandaran tempat tidur dan keluar dari kamar.
Riana hanya bisa melongo melihat kejadian barusan , benar-benar menyadari bahwa menikah dengan seorang Alden Ashari bukanlah sebuah picisan murahan tentang pernikahan yang selalu dibacanya setiap menjelang tidur. Pria itu sangat sibuk, pekerjaan selalu menjadi prioritasnya bahkan saat di pelaminan tadi dirinya sering menengok ponselnya sekedar untuk membuka E-mail yang Riana pastikan isinya tidak jauh-jauh dari dokumen-dokumen berisi kurva, kumpulan angka-angka yang tidak dimengerti Riana maksudnya apa.
"Wow, apa dia baru saja meninggalkan mempelai nya di malam pertama? Hahahh malangnya nasibmu Riana Wijaya," kata Riana lebih kepada dirinya sendiri.
Saat tengah sibuk melepaskan gaun pengantinnya panggilan masuk dari ponselnya. Nampak nama sang Ayah menghiasi layar ponselnya. Hari ini ayahnya tidak menghadiri pernikahannya karena kesehatannya yang belum membaik dan Riana memaklumi itu, bahkan dirinya sendiri yang meminta Darmi untuk menjaga sang Ayah agar tak kemana-mana.
"Halo Yah," sambutnya sambil tersenyum sekalipun sang Ayah tidak bisa melihat senyumnya.
"Maafkan Ayah gak bisa hadir di hari berbahagia kamu, walaupun Ayah gak pasti kalau kamu bahagia, maafkan Ayah Anna."
"Lohh kok ngomongnya gitu sihh, Anna bahagia kok Ayah jangan ngomong gitu lagi yahhh dan ingat kesehatan Ayah," jawab Anna menanggapi ucapan sang Ayah di seberang sana.
"Lalu dimana suamimu sekarang?" tanya Wijaya kembali.
"Euungg....dia-"
"Jangan bilang dia meninggalkanmu," nada bicara Wijaya mulai meninggi. "Lelaki macam apa yang meninggalkan istrinya sendiri di malam pengantin?"
"Nggak Ayah, dia ada urusan sebentar di luar nanti juga kembali," jawab Riana berusaha menenangkan sang Ayah.
"Yasudah, sekarang kamu istrahat Anna. Ayah akan secepatnya keluar dari rumah sakit biar kita bisa cepat ketemu sayang."
"Iya, Ayah ga usah mikir macam-macam dulu yang penting Ayah baikan dulu sekarang biar kita bisa ketemu lagi, okay?"
"Okay, and love you sayang."
"Love you more Yah," balas Riana sebelum mengakhiri panggilannya dengan sang Ayah.
Setelahnya dia kemudian melanjutkan peperangan dengan gaunnya yang belum juga usai, Riana kini menyadari bahwa kamar seluas itu benar-benar sepi bak rumah hantu hanya dirinya sendiri. Maka, sambil membersihkan make up nya Riana menyetel beberapa lagu ber genre fun sambil menirukannya.
"Bagaimana pun ini malam bahagia mu Anna, so let's celebrate it!" serunya lebih kepada dirinya sendiri lalu mulai menirukan lirik per lirik dari lagu yang di setelnya bahkan kadang menirukan gerakannya.
Tanpa Riana sadari seorang pria dengan kemeja yang telah digulung lengannya hingga siku sedang berdiri menatapnya di ambang pintu dengan senyum samar mewarnai wajahnya.
"Bagaimana mungkin dia bisa bahagia saat dia baru saja mengorbankan dirinya dengan pernikahan yang tidak jelas ini?" tanya nya dalam hati.
***
Next
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SUBTITUTE
RomanceDONT FORGET TO FOLLOW AUTHOR NYA DULU SEBELUM MEMBACA. VOTE & COMMENT EVERY PART JANGAN DILUPAKAN. "Lalu bagaimana dengan hutang-hutang Ayahku?" tanya Riana sebelum mengakhiri perbincangan dengan Alden. "Tentu saja dia sudah terbebaskan, ku akui k...