Matahari menyambut gilirannya untuk menerangi bumi, manusia mulai terbangun dari penyelaman nya masing-masing dari pulau kapuk yang membawa mereka ke dimensi lain dunia ini yang hanya mereka masing-masing yang tau isinya. Terkecuali, seorang gadis muda yang sudah sibuk dengan pakaiannya juga beberapa benda-benda kecil namun selalu di bawa seorang manusia bernama wanita.
"Dress buat pesta malam, lipbalm, lipstick, foam, pallete, ahhh lupa gantungan kunci couple an buat kak Rina, " katanya pada diri sendiri sambil menepuk jidatnya.
Segera setelah mengingat apa yang belum di masukkannya ke dalam kopernya dengan tertatih gadis itu berlari meraih gagang pintu rumahnya tak lupa mematikan sakelar lampu ruang tamu dan menekan ke arah berlawanan untuk sakelar lampu teras.
"Hahh setidaknya gak gelap-gelap amatlahh, jadi kaya rumah hantu."
Setelah selesai mengunci pintu rumah dan menyelipkannya di kantung kecil jeans hitam pekat yang dikombinasikannya dengan tunik berwarna mocca, kini gadis itu melangkah dengan terburu ke sedan hitamnya untuk kemudian di bawanya melesat bersama embun pagi di pulau dewata menuju ke bandara Ngurah Rai, Bali.
Hari ini adalah hari pelamaran sang kakak yang sudah pasti dengan sangat berapi-api sudah direncanakannya untuk di hadiri, dengan meninggalkan tulisan "Close" di galeri seni nya Riana meninggalkan Bali dan terbang menuju ke acara pernikahan sang kakak.
Perjalanan dari Bali ke Jakarta yang memakan waktu cukup lama membuat Riana memilih untuk singgah sejenak ke salah satu cafetaria yang ada di pinggir jalan. Memesan ice americano dan sepiring dessert, Riana kemudian membuka ponselnya. Sedikit heran karena kakaknya belum me whatsapp nya sejak pagi, padahal dirinya sudah memberitahu saat dalam mobil bahwa dia sudah dalam perjalanan untuk ke Jakarta namun tidak ada tanggapan dari kakaknya bahkan centangnya hanya satu.
"Ahh manten maaa sibuk mana sempat buka pesan," kata Riana bermonolog sambil tersenyum-senyum sendiri.
Saat pesanannya telah tiba, Riana langsung menyeruput kopinya lalu bersorak gembira dalam hati, "Rasa kopi di Jakarta emang gak pernah berubah heheh," katanya sambil tersenyum manis lalu mulai mencicipi dessert nya.
Sekitar 15 menit berada di dalam cafetaria kini Riana kembali menjalankan mobilnya ke arah rumah, beragam pemikiran bahagia melintas di kepalanya. Rencana demi rencana pun mulai di susun nya untuk mengejutkan sang kakak, selain itu Riana juga sudah mengeluarkan GoPro nya untuk merekam segala sesuatu khusu tentang kakak nya hari ini.
Setelah memasuki pekarangan rumah Riana sedikit melengkungkan keningnya heran. Keadaan begitu sepi , hening seperti tidak ada perhelatan apa- apa di rumah bercat abu- abu. Dalam hati Riana mulai bertanya-tanya. Sejenak dia berpikir lalu tersenyum simpul sendiri, di tariknya ponsel keluaran terbarunya ber casing bening dan memiliki selembar foto salah satu idola K pop kesukaannya.
Jari-jarinya mulai menari diatas ponselnya sambil masih tersenyum simpul.
Jadi, apa sekarang kakak mau balik ngerjain? Gak lucu tau.
Centang dua.
Ishhh beneran ihhh, gak lucu kak.
Centang dua.
Hingga karena sudah sedikit lelah di dalam mobil Riana memilih untuk turun sambil membawa GoPronya bersiap untuk mengejutkan sang kakak. Namun, saat masuk ke dalam rumah suasana nya benar-benar sama dengan suasana saat di luar. Sunyi, senyap.
Tiba-tiba bi Darmi yang merupakan pembantu terlama yang sudah bekerja sejak kedua gadis cantik itu kecil menyerukan namanya dengan segera Riana berbalik dan tersenyum, "Bibii! Ya ampun Ana kangeen."
Sambil terus mendekap wanita yang sudah mulai memutih rambutnya itu, dalam dekapannya Riana merasa ada yang aneh dengan wanita yang dipanggilnya bibi itu. Badannya bergetar sesegukan sambil menarik napas tersengal-sengal karena menangis. Namun Riana berpikir bahwa mungkin karena setelah ini wanita itu akan kesepian setelah ditinggal Rina menikah dan berpindah bersama suaminya.
"Rina non, Rina..." katanya terpotong-potong karena menangis.
Riana berusaha menenangkan wanita itu sambil mengusap-ngusap bahunya dan mempererat pelukannya sambil memberikan beberapa kalimat-kalimat positive, "Iya, kan nanti juga sering jalan-jalan kesini nanti," kata Riana berusaha menenangkan.
Darmi menggeleng dalam pelukan Riana, "Non Rina udah gak disini..." katanya sambil terus menangis.
"Iya bi, kan emang gitu kalau udah nikah yaa harus ngikut suami kemana aja apalagi aku denger suaminya kak Rina itu CEO perusahaan besar udah pasti sering terbang kemana-mana," kata Riana masih belum mengerti keadaan yang sedang terjadi dan berusaha menenangkan Darmi.
Darmi mengurai pelukannya dengan Riana lalu meraih bahu wanita tersebut dan memegangnya dengan sangat kencang hingga Riana sedikit meringis, "Non harus kuat! Keluarga ini akan hancur dan Tuan akan menghabiskan sisa hidupnya dengan menderita kalau non ikut-ikutan lemah, kita harus kuat apapun yang terjadi! Ini semua sudah takdir dari gusti Alloh apapun," kata Darmi dengan air mata yang mengumpul di kedua sudut matanya.
"Bibi ngomong apasih, Ana ga ngerti dehhh udah ayokk sekarang kak Rina lamarannya dimana?" tanya Riana berusaha menghiraukan perkataan darmi barusan yang dirasanya seperti melantur.
"Non Rina baru saja meninggal Noon..... " kata Darmi sambil terduduk dan mulai menangis yang mengiris hati bagi siapa saja yang mendengarnya.
"Ap-apaa?"
****
Stay strong Anna....
Ayok guisee kita semangatin Anna nya!
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SUBTITUTE
RomanceDONT FORGET TO FOLLOW AUTHOR NYA DULU SEBELUM MEMBACA. VOTE & COMMENT EVERY PART JANGAN DILUPAKAN. "Lalu bagaimana dengan hutang-hutang Ayahku?" tanya Riana sebelum mengakhiri perbincangan dengan Alden. "Tentu saja dia sudah terbebaskan, ku akui k...