Meet You

2 1 0
                                    


"Nggak! Anna akan jadi pengantin pengganti itu."

Ruangan menjadi senyap setelah Riana menyebutkan keputusannya. Sementara dirinya sendiri berasa baru saja memilih untuk terjun bebas ke dalam tebing yang belum dia tahu apa isinya. Bisa jadi itu adalah kebun bunga yang indah atau mungkin itu adalah sarang binatang-binatang berbahaya yang mungkin akan menerkamnya setibanya dia disana, tidak ada yang tahu.

"Anna apa yang baru kamu katakan? Sekarang perbaiki pikiranmu dan pergi dari sini, ke kantor Ayah dan lakukan apa yang Ayah perintahkan tadi."

Riana menggeleng. "Aku nggak akan ninggalin dan biarin Ayah menderita, kalau Ayah ga setuju cukup tutup mata Ayah dan pura-pura gak tau tentang semua ini, dan Anna yang akan jalanin."

Setelah mengucapkan hal itu pada sang Ayah, Anna langsung berlalu dari ruangan sang Ayah menuju ke luar tempat para bodyguard itu berjaga.

"Dimana kantor atasan mu?" tanya nya.

"Anda tidak perlu..."

"Aku perlu tau dimana kantor calon suamiku," jawab Riana membuat beberapa bodyguard yang sedang berjaga itu saling berpandangan satu sama lain.

"Aku Riana Wijaya, pengantin pengganti mendiang Rina Wijaya."

Seorang bodyguard berbadan lebih kekar dari deretan bodyguard lainnya segera menghampiri Riana, "Kalau begitu biar saya mengantar Anda."

Riana mengangguk menyetujui lalu mengekori bodyguard tersebut menuju ke tempat mobil yang akan mereka kendarai menuju ke Ashari Corp. Perjalanan di tempuh sekitar 25 menit dari rumah sakit itu akhirnya membawa Riana ke sebuah perusahaan pencakar langit elegant dengan kemewahan yang sudah terlihat bahkan baru di depan. Sejenak Riana sedikit menyesali tindakannya ini.

"Mari," kata si bodyguard sambil mengarahkan tangannya ke depan tubuh Riana menuju ke lobi bangunan.

"I-iya," jawab Riana canggung, tapi mau bagaimana pun ini keputusannya maka dia harus siap akan apapun yang akan terjadi nantinya, inilah konsekuensi yang harus diterimanya dari ke sok beranian nya.

Setelah bunyi 'Ting' terdengar dari lift yang dinaikinya terdengar, Riana melangkahkan kakinya kembali mengekori bodyguard yang tadi. Sesampainya di depan sebuah pintu ruangan mewah yang di jaga oleh seorang wanita berpenampilan cukup mencolok, bodyguard tadi nampak sedang menjelaskan sesuatu yang kemudian disambut dengan tatapan tak percaya dari si wanita penjaga pintu itu.

"Silahkan Nona, Tuan sudah menunggumu di dalam," katanya dengan sopan lalu membukakan pintu untuk Riana.

Langkah pertamanya membuatnya mulai menyadari bahwa lelaki yang akan ditemuinya ini bukan laki-laki biasa tetapi pasti lelaki berkualitas dan berbeda dari yang lainnya, bisa Riana lihat dari tata letak dan interor ruangannya. Selain itu, wangi khas maskulin seorang pria benar-benar kental di ruangan itu.

"Duduklah! Langit-langit kantorku tidak akan menimpamu," kata seorang lelaki ber jas rapi di balik kursi putar kebesarannya.

Deg!

Baru pertama kali di pertemukan, apa baru saja Riana di permalukan?

Hanya senyum yang dilayangkan Riana untuk membalas perkataan menusuk dari lelaki tersebut. Saat telah duduk di posisinya, si lelaki berdiri dari duduk nyamannya lalu membuka dua kancing di pergelangan kemeja nya dan menggulungnya ke atas lalu menghampiri Riana.

"Halo. Saya Alden Ashari CEO Ashari Corp, mungkin sebentar lagi beralih posisi."

Sepersekian detik Riana tidak menyambut uluran tangan tersebut dan hanya memandangi wajah si pemilik tangan. Rahang tegas seolah dipahat sempurna sang pencipta untuk si lelaki, hidung tegak mancung, mata elang beriris cokelat lalu jangan lupakan senyum manis yang dibumbui dimple manis di kedua sisi pipinya itu semakin memepermantap tampilan si pria, wajar saja banyak wanita mengejarnya.

Riana mengangguk dan membenarkan dalam hati jika pria itu pantas digandrungi banyak wanita. Namun itu justru mendatangkan keanehan di mata Alden, bagaimana mungkin wanita itu hanya memandangi wajahnya dan tidak menyambut uluran tangannya. Belum lagi senyum sekilas yang seolah meremehkannya itu.

"Apa ada yang lucu dengan nama saya?" tanya Alden.

Riana keluar dari pikirannya sendiri lalu menggeleng, "Tentu tidak, saya hanya..."

"Siapa namamu?" tanya Alden.

"Ahh iya saya sampai lupa, nama saya Riana Wijaya saya biasanya di panggil Anna."

"Usia?"

"24"

"Kuliah? Bekerja?"

"Saya punya galeri seni di Bali, dan saya sudah menyelesaikan jenjang S1 saya."

"Huhh apa-apaan ini, apa aku sedang melamar kerja di sini?" keluh Riana dalam hati.

"Apa tidak ada yang harus kita..."

"Tidak ada yang akan kita bahas atau diskusikan lagi, karena kedatanganmu kesini berarti kamu sudah siap untuk menjadi pengantin saya menggantikan mendiang kakak kamu, Rina Wijaya."

"Iya, tapi bukankah ini adalah sebuah peristiwa yang sakral dan..."

"Anggap seperti biasa saja, ini bukan masalah bukan? Kita hanya perlu menikah lalu tinggal bersama dan selesai, tidak usah terlalu banyak drama."

2 kali, 2 kali omongannya di sela oleh Alden begitu saja. Riana kemudian berpikir akan bagaimana kehidupannya nanti dengan lelaki di hadapannya itu jika hal seperti pernikahan saja dianggapnya bukan apa-apa dan lihat saja sikap acuh nya itu, sedari tadi seolah dirinya hanya datang untuk mendengarkan apa yang dikatakannya.

"Okey kalau begitu, apa yang harus aku lakukan sekarang?"

"Kembali dan jangan keluar dari kamar mu."

"Maksudmu?" tanya Riana heran, "Bukankah kita harusnya mengurus gaun pernikahan, lamaran, lalu bagaimana dengan pesta nya nanti, dekorasinya?"

"Dengar, nyawamu lebih berharga daripda gaun pengantin. Semuanya akan disiapkan Ayah ku dan kau cukup berdiam di kamar mu, bahkan kasus pembunuhan kakak mu belum terungkap. Aku tidak mau hal itu terjadi untuk kedua kalinya."

Riana sedikit tersentuh dengan ucapan Alden barusan, bukankah itu berarti bahwa pria itu peduli padanya?

"Lalu bagaimana dengan hutang-hutang Ayahku?" tanya Riana sebelum mengakhiri perbincangan dengan Alden.

"Tentu saja dia sudah terbebaskan, ku akui kau anak yang berbakti."

"Kenapa pengganti bayaran dari hutang ayahku harus berupa pengantin?"

"Lalu? Apa kami harus menggantinya dengan nyawa?" kata Alden balik bertanya membuat Riana tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya.

"Baik, karena semuanya sudah clear silahkan kembali ke rumah mu dan lakukan yang kuperintahkan kecuali jika kau ingin menjadi Rina yang kedua."

Riana menarik napas sejenak, "Lalu kapan pernikahannya akan di helat?"

"Sekitar tiga hari dari sekarang."

"Apa?"

***

THE SUBTITUTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang