Mulai menerima

2.1K 88 4
                                    

               -after a long time-

Sepulang nya Ayunda dari Restauran, ia langsung pergi ke kamar tidurnya bersama Abi. Mata wanita itu tak melihat suaminya sama sekali di dalam kamar, kemana dia? Pikirnya. Ayunda lalu masuk ke kamar mandi, dan mulai membersihkan dirinya terlebih dahulu.

Pukul 11.20 Malam, Abi mendorong pintu kamarnya pelan, ia tahu istrinya sudah pulang baru saja. Tangannya mendorong kursi roda yang ia naiki dengan hati-hati, dan menutup pintu kamarnya kembali. Abi mendengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi , ia tersenyum dan mencoba menyiapkan baju tidur untuk sang istri.

"Terimakasih Mas, sebenernya gak perlu, repot-repot." Ayunda yang baru selesai mandi, dan hanya memakai handuk menutupi setengah badannya, menghampiri sang suami yang tersenyum samar.

Abi menyodorkan baju piyama nya terlebih dahulu ke depan Ayunda, "ini cuman inisiatif aku aja, cepet pake bajunya, nanti kamu masuk angin."

Wanita itu memakai baju tidurnya dengan cepat, di depan sang suami yang hanya diam, mengamati betapa cantik istrinya. Seorang wanita sempurna, yang Abi rasa tidak adil jika bersuamikan seorang yang penuh kekurangan seperti dirinya ini. "Mas, aku mau ngomong" Kata Ayunda, seraya duduk di pinggir ranjang dekat dengan suaminya.

"Maaf soal tadi siang, aku gak bermaksud kasar sama kamu. Tapi aku bener-bener blank, gak tahu harus apa. Kamu terus menekanku untuk menikah lagi." Lanjutnya menunduk dalam, Abi meraih dagu sang istri untuk menatap dirinya yang merasa penuh ketidakberdayaan.

"aku juga salah, aku yang harusnya minta maaf. Memang sebenarnya mudah bagi kita untuk mengadopsi, program bayi tabung, dan masih banyak lagi cara untuk mempunyai anak. Hanya saja sayang...." Ucapan Abi terhenti beberapa puluh detik, rasanya kata-kata itu hanya menggantung di tenggorokkan nya. Ia harus jujur, tapi ia belum siap membuat sang istri marah dan kaget untuk kesekian kalinya.

Ayunda terus menatap mata sang suami, menunggu ucapan selanjutnya yang laki-laki itu lontarkan. "Aku, A—aku. Hah, aku Impoten dan Sperma ku tak cukup kuat untuk pembuahan bila ingin program bayi tabung."

Sang istri mebuang mukanya ke samping, ia tak kuasa untuk menahan tangisnya kali ini, dengan mata yang ia pejamkan erat, Ayunda mulai menangis deras tanpa suara. Kenyataan pahit yang kesekian kali untuk rumah tangga mereka, yang dulu Ayunda dan Abi sudah rencanakan akan indah, meskipun mereka tahu tak selamanya perjalanan itu, tak dihantam badai dan angin besar.

Abi menarik istrinya yang begitu terpukul, mengetahui kenyataan yang sedang mereka hadapi untuk sekarang, dan tahun-tahun selanjutnya pernikahan mereka. "Sssshhh... udah sayang, maafin aku baru bilang sama kamu. Dokter bilang ini setelah aku cek satu bulan lalu, sendiri ke Rumah sakit. Maaf"

Isak tangis mulai keluar, satu demi satu. Ayunda mengigit kepalan tangannya dengan keras, berharap bahwa semua ini hanya mimpinya yang terlalu buruk untuk ia hadapi.

"Aku harus gimana? Aku juga bingung sayang. Aku ingin punya anak, begitupun kamu. Aku ingin anak ini jelas Ayahnya dan tidak mempunyai Saudara tiri dikemudian hari jika ayahnya hanya mendonor Sperma saja."

Ayunda mendengar itu, mulai sedikit demi sedikit tenang. Isakannya tak sekencang tadi, "terus, apa Mas punya calon untuk rencana Mas itu?" Tanyanya yang kini menatap Abi dengan tatap mata yang tak bisa terbaca.

"Aku masih mencari, yang terbaik untuk kebaikan kita semua. Aku gak bakal gegabah sayang"

Kini keadaan keduanya hening, malam kian larut. Dan begitu sepi, menambah kesan kosong yang selalu datang tanpa permisi ke dalam setiap masalah yang Ayunda dan Abi hadapi. "baiklah, aku mulai sekarang, terima apapun keputusan Mas. Tapi satu hal yang harus Mas tahu bahwa, semua ini ada bayarannya. Mas harus ikhlas dan rela, aku membagi kasih sayang dan cintaku untuk lelaki lain, dan itu bukan kamu lagi." Abi hanya tersenyum samar mendengarnya, ia sudah tahu itu sedari awal.

"Gak apa. Hidup itu tentang pengorbanan, begitupun dengan cinta. Banyak tokoh besar di dunia ini yang sudah menunjukkan nya Yunda. Dan kini, giliranku. Aku berkorban demi kamu, wanita yang kucintai seumur hidup dan mungkin matiku, wanita yang aku telah aku janjikan kebahagiaan di dalam pernikahan ini, dan aku belum memberikannya selama lima tahun pernikahan kita"

"Hadirmu buat aku udah lebih dari cukup, Mas. Aku gak mau yang lain, kebahagiaanku itu kamu. Kita jalani ini selalu bareng-bareng, dan selamanya akan tetap seperti itu, kamu sudah memberikannya saat kita masih berpacaran ataupun saat sudah menikah, sampai sekarang." Wanita yang sudah lelah raga dan jiwanya itu hanya menjawab dengan suara serak.

"Belum cukup Yunda. Kamu belum cukup bahagia dengan semua ini, aku tau itu. Aku bisa rasakan kekosongan di hatimu dan rumah ini. Seorang istri itu Jantungnya rumah, jika istri merasa hampa dan sedih, seluruh rumah akan merasakannya." Dan pada akhirnya Ayunda hanya mengangguk pelan, ia kini hanya pasrah.

"Yaudah Mas, sudah malam, aku bantu kamu naik ke kasur ya." Abi naik ke atas kasur dibantu Ayunda, kini mereka berdua berbaring saling diam, menatap langit-langit kamar. Ayunda kemudian menyamping, membelakangi Abi. Matanya sembab karena lelah menangis, fikirannya penuh dan harus di format bila ia bisa melakukan itu, sudah ia lakukan sedari kemarin.

Dan pada akhirnya, malam merangkak pelan ke tengah malam yang semakin sepi dan sunyi. Semilir angin dingin menerpa gorden kamar mereka, semuanya terulang lagi dengan permasalahan yang sama. Dalam tidurnya mereka berdua berdoa, ini adalah malam terakhir yang begitu menyiksa untuk mereka lalui. Malam sunyi ini semoga segera berganti ke malam-malam yang hangat dan menjadi memori indah di kemudian hari.

                     Berbagi Cinta....

Semilir angin pagi menerpa setiap rumah yang mereka lewati, Ayunda nampak sibuk menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Abi terfokus pada Laptopnya, pekerjaannya belum selesai dan ia harus segera menyelesaikannya siang ini, setelah itu ia harus pergi ke Kantor Agensi, Meeting akan dilaksanakan Jam 12.30 siang.

"hari ini aku izin gak masuk kerja Mas, kamu makan dulu" Ayunda menaruh sepiring roti bakar selai Hazelnutt dan secangkir susu di hadapan Abi yang tak melepas pandangan nya dari Laptop.

"Makasih sayang. Aku sibuk banget hari ini, kamu istirahat aja ya di rumah kalo gitu." Lelaki itu hanya melirik sekilas sang istri lalu kembali fokus bekerja.

"hari ini kamu ada kegiatan keluar gak?"

"He'em ada, aku hari ini ada Meeting di Kantor jam setengah satu siang. Kenapa sayang?" Abi memakan rotinya sedikit, lalu menghabiskan susunya dengan cepat.

"Aku mau ikut boleh?"

"tentu boleh, nanti ya. Aku harus selesaiin kerjaanku dulu, aku udah selesai sayang sarapannya, aku mau ke ruang kerja dulu." Abi mendorong kursi rodanya sendiri, membawa serta Laptop di pangkuannya. Ayunda memandang kepergian sang suami dalam diam, banyak pertanyaan di otaknya, kenapa begini dan begitu, yang Ayunda sendiri tak tahu asalnya dari mana.

Pukul 12.37

Ayunda sedang membolak-balikkan majalah Fashion yang ia baca 2 menit yang lalu, di sudut sebuah ruangan tunggu di dalam Agensi yang lumayan ternama. Matanya memandang fokus setiap bait tulisan dan setiap foto dalam majalah tersebut. Ia sedang menunggu Abi Meeting dengan para atasan dan rekan kerjanya, menunggu dengan setia di dekat ruangan Meeting yang bersebelahan.

"Hai? Boleh duduk di samping kamu?" Sebuah suara mengalihkan atensi wanita itu, lalu melirik dengan penasaran, "tentu aja boleh, silahkan" Jawabnya.

"Maaf Mba, lagi nunggu siapa?" Tanya si lelaki yang nampak rapi dalam balutan baju Casual, kaos polos yang dibalut lagi dengan jaket kulit mahal yang pas di tubuhnya.

"Suami saya Mas" yang bertanya hanya mengangguk-angguk mengerti, "lalu, Mas sendiri?" Lanjut Ayunda bertanya. Lelaki itu hanya tersenyum tipis dan mengangkat alisnya sebelah

"Fotografer. Saya ada pemotretan hari ini, tapi di tunda karena Meeting. Saya Model di sini Mbak. Oiya, nama saya Ezra."

BERBAGI ISTRI (2 Suami Poliandri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang