Amerika, lust and losing

2.3K 56 9
                                    

Beberapa jam lalu, mereka baru saja selesai dengan pesta kecil-kecilan setelah mengucap janji suci di Altar. Ezra dan Ayunda sudah resmi menjadi sepasang suami istri, dan Abi sudah dihubungi melalui pesan singkat, karena ponsel pria itu mendadak tidak aktif sedari pagi.

Ciuman Ezra semakin menuntut, jari jemarinya sibuk membuka resleting gaun putih milik Ayunda yang masih terpasang. Membalikkan tubuh sang istri, dan menurunkan resleting itu tidak sabar, setelahnya ia mencium pundak telanjang Ayunda, dan sedikit memaksa agar Ayunda segera menanggalkan gaun panjang itu.

"Shit! Gaun ini ganggu, sayang"

"Sabar dong Zra. Bentar!" Ayunda mendorong Ezra agar memberinya ruang, untuk melepas semua yang masih menempel di tubuh rampingnya. Ezra mengalah, dan menunggu sang istri di ujung ranjang, dengan tatapan tak sabar, ingin segera 'melahap nya'

"Sekali buat, langsung jadi. Aku janji Ay"

"Shhh... don't try hard, let it flow baby." Ayunda mendorong Ezra sampai tertidur di kasur empuk itu, ia merangkak ke atas tubuhnya dan menciumi semua bagian dada Ezra dengan pelan dan sensual.

"Aahh.. shhh.. kamu terbaik sayang. I'm lucky to have you." Ujarnya menahan desahan yang ingin keluar.

Ayunda tersenyum miring, ia sebenarnya menantikan ini sejak lama. Pergumulan sex yang hebat dengan pasangannya, dan bisa foreplay dengan lambat tanpa langsung ke inti. Sayangnya selama lima tahun, itu tak terjadi ketika ia berhubungan badan dengan suami pertamanya, Abi.

"Yes, you're. Karena cuma aku yang bisa buat kamu begini, dan Mas Abi juga."

Membalikan tubuhnya dengan sekali hentakan, Ezra menindih tubuh sexy Ayunda dengan cepat. Ia menaruh telunjuknya di atas bibir merah istrinya itu. "Ssshh.. jangan sebut Abi disini. Cuma ada aku dan kamu, dia berada jauh dari pandanganmu sayang."

"Dia yang pertama, zra. Dan akan terus begitu." Jelasnya.

"Pertama, tapi cuma aku yang bisa muasin kamu dan membuahi kamu." Memcium bibir Ayunda lebih ganas, wanita itu tau, pergumulan panas mereka baru saja dimulai.

..

"Lo gak balik Bi?" Tanya Herman, rekan fotographer nya yang sedang memasukkan beberapa kamera ke tas ransel. Abi hanya berdehem, dan menggeleng, ia tidak terganggu sedikitpun. Jari-jarinya sibuk mengedit foto-foto model, yang mengantri untuk di re-touch digital olehnya.

Herman menyugar rambutnya, melepaskan genggamannya di ransel, dan mengambil bangku untuk di taruh di dekat Abi, lalu ia duduk disana. "Ada masalah lo, di rumah? Udah tiga hari lo kagak balik. Bini lo juga roman-roman nya gak nyariin?"

"Bini gue lagi di Amerika, man." jawabnya singkat.

Temannya itu mengangguk-angguk mengerti. Dan mengedarkan pandangannya ke penjuru studio, yang nampak sepi. Ia melirik jam di dinding, sudah pukul 08:15 malam wib.

"Gak pulang lagi dong, lo hari ini?"

"Gak, man. Gue sibuk banget, besok ada meeting juga sama model dan atasan."

"Tsk. Oke dah, kalo begitu. Gue cabut dulu bro! Take care ya" ia menepuk pundak Abi, dan beranjak. Abi melirik sekilas, "balik langsung lo?" tanya Abi balik.

"Iya nih, mau tidur gue. Capek banget, baru balik dari Lombok kan." Herman baru saja pulang dari pemotretan di Lombok, bersama para model ternama di Ibukota. Ia memijit pundak nya yang pegal, setelah beres, ia menggendong tas berat yang berisi perlengkapan pemotretan itu.

Berhenti sejenak, memandangi punggung lelah temannya yang semakin menjauh. Abi merunduk sebentar, lalu mengambil ponselnya. Ia memandangi layar hitam itu beberapa detik, sebelum menyalakannya dan mencari kontak sang istri.

BERBAGI ISTRI (2 Suami Poliandri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang