🥀🥀
Ayunda pulang dengan hati senang, ia tidak lupa membeli Es Cream rasa Vanilla, kesukaan Abi. Saat turun dari mobil, senyumnya tak dapat di tahan lagi, kakinya ia langkah kan dengan cepat, tak sabar melihat sang Suami.
Abi sibuk menata makanan di atas meja, dengan geraknya yang terbatas. Ayunda memeluk Abi dari arah belakang, memberi kecupan-kecupan ringan di rambut hitam Abi. Lelaki itu tertawa kecil, "sayang, udah."
Setelah itu Ayunda ikut membantu Abi menyiapkan makanan, begitu selesai, ia mengambil duduk berhadapan dengan sang Suami. Abi nampak kurus, terus mengurus setiap hari, membuat Ayunda khawatir.
"Wah, Mas yang masak?"
"Aku cuman masak nasinya aja, lauknya aku Delivery, gak apa-apa'kan?"
Ayunda hanya tersenyum tipis, "enggak apa-apa kok. Aku gak masalah, sini biar aku ambilin lauknya"
Dengan cekatan Ayunda membantu mengambilkan lauk untuk Abi, dan juga dirinya. Setelah selesai, mereka berdo'a dan memakan hidangan dengan tenang. Setengah lauk dan nasi di piring Ayunda, menandakan sebentar lagi perempuan itu selesai makan, sedangkan Abi baru menyuapkan dua sendok nasi ke mulutnya.
Ia tak begitu berselera sebenarnya.
"Dek.." Abi memandang Ayunda yang tengah sibuk mengunyah, wanita itu balas memandang Abi, "kenapa Mas?"
"Aku mau bicarain sesuatu yang penting, buat kita berdua"
"Ngomong aja Mas, ada apa?" Kini lauk dan nasi di piring Ayunda sudah habis tak bersisa, ia minum sedikit, dan menyingkirkan piringnya ke samping.
"Mas ingin punya anak, tapi gak pengen adopsi" Sedikit tersentak mendengar penuturan Abi, Ayunda berusaha menutupi keterkejutan nya.
"Terus? Kita aja jarang berhubungan Mas, gak mungkin kan kalo aku hamil gitu aja."
"Iya aku tahu, cuman aku bener-bener pengen punya anak. Aku gak memungkinkan untuk berhubungan badan juga, suka tiba-tiba drop. Aku gak mau bayi tabung, aku pengen ayah si bayi ini jelas, dan pasti bukan aku." Helaan nafas lelah terdengar dari hidung Ayunda, punggung wanita cantik itu dengan lemas bersandar di kursi.
"Ya terus gimana? Ini-itu gak mau kan? Aku pusing Mas." Ayunda berada di titik pasrah nya hari ini, ia hanya manusia biasa, segala masalah yang hilir mudik masuk ke rumah tangganya sudah ia rasakan semua.
Abi juga ikut bersandar, dapur jadi saksi bisu kedua insan yang masih menegang ego nya masing-masing. Kedua insan yang sudah pasrah akan keadaan, segelumit kisah cinta sudah mereka rasakan, pahit manis asam garam hidup, dan membina rumah tangga, tak semudah yang para insan lain gembar gembor kan di media sosial.
"Aku baca di Website, tentang pernikahan Poliandri. Kita gak perlu cerai, kamu bisa hamil, anaknya jelas siapa Ayahnya, dan itu menguntungkan. Aku siap kalo dimadu." Mendengar omongan itu, hati Ayunda bagai terjun bebas dari atas tebing, bukan ini yang ia inginkan.
Ingin rasanya menertawai takdir yang sedang berjalan, sebegitu inginkah suaminya akan sosok buah hati yang begitu dinantikan di rumah mereka yang sepi?
Wanita itu tertawa masam, duduk dengan tegak, lalu menumpukkan sikut lengan kirinya diatas meja makan, sembari menyugar rambut hitamnya dengan frustasi.
"Lucu kamu. Kamu pikir dengan begitu, yang nanti tersiksa siapa? Aku. Dan tentu kamu! Tolong Mas masalah yang lalu belum selesai, aku capek." Ayunda kecewa, hanya itu. Ia berdiri, meninggalkan sang suami yang kini hanya menatap nanar punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERBAGI ISTRI (2 Suami Poliandri)
RomansaProlog. Ayunda dan Abi terlibat cinta yang rumit. Mereka menghadapi badai pernikahan yang tiada henti, ketika Abi di diagnosa oleh Dokter mengalami kelumpuhan sepulang dari Amerika. Cinta yang mereka berdua rasakan hanya hitungan hari, tidak lebih d...