e m p a t

697 139 2
                                    

e m p a t

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

e m p a t

GRANDPA'S GRAND WILL: WASIAT KAKEK

*

"Marry me," kata Kiki dengan tangan yang menggenggam erat telapak tangan besar Kelvin. Tangannya sangat kecil jika disandingkan dengan tangan Kelvin saat ini, hal sederhana yang membuat Kiki merasa terlindungi secara tidak langsung.

Kiki masih menatap ke bawah, tidak berani memandang ke atas ke arah wajah Kelvin. Rasa berani yang selalu ada dalam dirinya mendadak hilang jika sudah menyangkut orang yang disayanginya, kakeknya. Satu-satunya anggota keluarga Kiki yang ia miliki saat ini, the most precious person in her life.

Setelah menunggu beberapa saat dengan keraguan dan segala pikiran buruk yang memenuhi kepala, Kiki memberanikan diri menatap Kelvin. Ia mendapati Kelvin tengah menatap kosong ke arahnya. Apa maksud dari tatapan kosong itu? Apa Kelvin hanya berniat mempermainkannya tadi? Apa pria di hadapannya ini tidak serius ingin menikahinya? Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Kiki tidak bisa lagi mundur sehingga ia memutuskan untuk menelan semua pemikiran itu bulat-bulat kemudian mencengkeram telapak tangan Kelvin lebih erat, membuat pria itu terhentak tersadar dari pikirannya. Entah apa yang ada dalam pikiran pria itu, Kiki tidak peduli, yang menjadi prioritasnya saat ini hanyalah Tommy. "Marry me," ulang Kiki, kali ini tanpa keraguan, melainkan keyakinan yang cukup kuat. Mulai saat ini, segala hal akan diberikannya untuk Tommy.

-

Tidak pernah disangka oleh Kelvin sebelumnya, Kiki akan mengajaknya menikah terlebih dulu. Dua kata ajakan untuk menikah itu memicu kembali dirinya pada ingatan seminggu yang lalu ketika ia melamar Gita, kekasih hatinya selama delapan tahun terakhir ini. Kiki persis seperti dirinya saat itu. Kini, ketika dirinya berada di posisi Gita saat itu, ia sadar betapa dungu dirinya dan Kiki. Dungu dalam mengenali situasi lebih cepat.

"Tidak kusangka kamu yang akan mengajakku menikah terlebih dulu, apa tidak salah?" tanya Kelvin sambil mengamati genggaman tangan Kiki yang belum juga lepas dari telapak tangannya.

Kiki juga melihat ke arah yang sama sehingga langsung melepas genggaman tangannya kemudian menjawab pertanyaan Kelvin, "Tidak. Setiap orang memiliki kebebasan untuk mengatakan keinginannya. Lagipula, ini bibirku dan hidupku."

Kelvin menganggukkan kepalanya, tidak bisa tidak setuju dengan perkataan Kiki barusan. Memang benar adanya, setiap manusia berhak atas hidup mereka masing-masing. "Tapi, ke mana perginya Kiki yang tampak hilang harapan beberapa saat yang lalu?" tanya Kelvin dengan kening berkerut. 

Kelvin menyempatkan dirinya untuk menatap ke arah pintu kamar Kiki, memastikan ulang jika Tommy tidak akan tiba-tiba muncul dari pintu untuk mengajak ulang mereka makan malam seperti beberapa saat yang lalu.

Grandpa's Grand Will: Wasiat KakekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang