S2- 2. Who?

166 18 7
                                    

Keesokan harinya Chimon mendatangi Nanon lagi, memasuki penthouse besar yang sunyi itu dan berjalan kearah dapur. Ia berniat untuk memasak hari ini.

Tak tak tak

Chimon sedang memotong wortel saat tiba-tiba dua tangan yang besar memeluknya dari belakang, meletakkan kepalanya di pundak Chimon dan mengecupi bahunya perlahan.

"You lost control yesterday, why?" tanya Chimon memecah keheningan.

Nanon melepaskan pelukannya, "Kamu mau bahas ini sekarang? Masih pagi Mon..."

TAK!

"Kenapa Non? It's not like you. Kamu nuduh orang tanpa dasar, kenapa Non?" wajah Nanon berubah menjadi kelam, ia pergi untuk mengambil sebotol air dingin di kulkas dan meminumnya, tanpa ada niat menjawab pertanyaan Chimon.

"NON!" bentak Chimon.

"AKU TAKUT DUGAAN KU BENER NON!"

PRANG!

"Ma-maaf..."

"Maaf ga jelasin semuanya Non, explain it," ujar Chimon menuntut.

Nanon menarik rambutnya keatas dan mmbuang napas kasar, "Waktu itu ada orang bernama Pawin... dia mata-mata musuh kita."

"Terus Sally ngobrol sama Pawin dan kasih sebuah pilihan yang ga kita ketahuin... terus tiba-tiba aja Sally berubah pikiran dan mau kulitin Pawin hidup-hidup."

Nanon memijit keningnya, "Dan setelah selesai dia pingsan gitu aja."

Chimon mengernyitkan alisnya, "Sorry Non, but I don't get the point."

"Kenapa Sally sengaja ninggalin pesan itu tapi ngehapus semua yang mengarah pada kejadian itu? Itu karena dia mau memperingati kita, tapi ga mau kita menggali lebih dalam karena tahu kita akan kecewa dan terluka. Dalam artian lain..." Nanon memejamkan matanya, "Pesan itu merujuk ke orang terdekat kita."

"Maksudmu?"

Chimon mengingat-ingat lagi, avoid, 26 June, parents die, sister, HK. Mata Chimon membelalak, "Nonnie... Ciize?" tanya Chimon dengan lemas.

"Kemungkinan terburuknya Chim..."

"Ga, ga mungkin! Itu ga masuk akal banget Non! Nonnie dan Ciize aja ga pernah tahu menahu tentang hal ini, gimana bisa mereka yang berniat ngelukain kita?" seru Chimon menolak percaya apa yang dikatakan Nanon.

Nanon meraih tangan Chimon lalu mengecupnya, "Tapi tetap ada kemungkinannya Chim. Setelah kita keluar dari rumah dan tinggal berdua, ga ada yang tau apa yang terjadi dan bisa aja hal itu membuat mereka ingin... melukai kita."

Chimon melepaskan genggaman Nanon lalu menatap lelakinya dengan mata yang berkaca-kaca, "And you believe that? They are our sister! Mereka ga mungkin ngelukain kita apalagi orangtua kita! We are a family," ucap Chimon dengan suara getir. Ia membalikkan badannya dan mengusap pelan air mata yang mengalir di wajahnya.

Nanon yang melihat itu mendekap Chimon tanpa suara, ia membiarkan laki-laki bertubuh mungil itu mereda dengan sendirinya sembari mengecup bahu Chimon pelan. Setelah Chimon lebih tenang, Nanon berbisik, "Ga ada yang mustahil Mon... kita cuma bisa percaya satu sama lain... don't you remember our father, bisa sampai di titik ini karena apa?"

Chimon memejamkan matanya, "I'm scared... apa kita harus banget ngelawan mereka? Aku udah lama ga ketemu mereka... I miss them and now I have to kill them?"

Nanon menggelengkan kepalanya di pundak Chimon, "No no no... we don't have to kill them... kita bakal mikirin cara biar kita kembali kayak dulu ya? Calm down..."

"Papa?" suara Mona yang berasal dari balik dapur membuat Chimon memisahkan diri dari Nanon dan menghampiri anaknya.

"Mona udah bangun? Laper ga sayang?" tanya Chimon sembari menggendong Mona, "Um, Mona lapel!" Chimon terkekeh lalu mengecup pipi anaknya, "Mona mau makan apa?"

"Soup! Maw mam bareng Daddy! Hehehe," seru Mona tertawa lucu. Chimon yang mendengar itu menatap Nanon, dan ketika melihat anggukan dari lelakinya ia berbalik menatap Mona lagi, "Okay kalo gitu kita mam soup ya."

Dalam diam, Nanon yang melihat interaksi itu tersenyum kecil. Ah, begini rasanya memiliki keluarga yang ia impikan sejak dulu... untuk sementara, Nanon melupakan kekacauan yang telah terjadi selama beberapa tahun terakhir. Ia ingin merasakan ketenangan ini lebih lama lagi, namun ia sadar jika akar permasalahan ini tidak segera diselesaikan mereka hancur. Oleh sebab itu ia berjanji untuk keluarga kecilnya, ia akan menyelesaikan masalah ini sesegera mungkin. Dengan atau tanpa bantuan dari keluarga Elxis.

TBC

Jujurly, I'm a bit tired and want to give up on this story. I don't even know how to write properly right now because a lot has happened in my life and I just had my heart broken. My favorite author has just announced she is going to stop writing and it hurts me so much, so hard. You know what? I really love her masterpieces and every time I hear a song recommended by her, I always want to cry.

Well, that's all for now, see you next time.

(By the way I want to republish something)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Story: You and Me [NAMON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang