Seusai itu senja jadi sendu awan pun mengabu
Kepergianmu menyisakan duka dalam hidupku
'Ku memintal rindu menyesali waktu mengapa dahulu
Tak kuucapkan aku mencintaimu sejuta kali sehariWalau masih bisa senyum
Namun tak selepas dulu
Kini aku kesepianKamu dan segala kenangan
Menyatu dalam waktu yang berjalan
Dan aku kini sendirian
Menatap dirimu hanya bayanganTak ada yang lebih pedih
Daripada kehilangan dirimu
Cintaku tak mungkin beralih
Sampai mati hanya cinta padamu (padamu)Ho-o-o-o-oh ...
Walau masih bisa senyum
Namun tak selepas dulu
Kini aku kesepianKamu dan segala kenangan (kenangan)
Menyatu dalam waktu yang berjalan (berjalan)
Dan aku kini sendirian
Menatap dirimu hanya bayangan hanya bayangan
O-o-oh ...Daripada kehilangan dirimu
Cintaku tak mungkin beralih
Sampai mati hanya cinta padamuTak ada yang lebih pedih
Daripada kehilangan dirimu
Cintaku tak mungkin beralih
Sampai mati hanya cinta padamuSafira yang saat ini duduk di kursi penumpang sebelah kemudi berulang kali berdecak sebal mendengar lagu-lagu galau favorit Adiva. Lalu tanpa izin, Safira langsung saja mematikan pemutar musik di hadapannya. Rasanya dirinya sudah bosan melihat sahabatnya yang terus saja berkabung.
"Lo kok dimatiin sih Fir," protes Adiva sembari hendak kembali menyalakan pemutar musik.
"Wes ora usum galau-galau maneh!" cegah Safira sambil menyingkirkan tangan Adiva agar kembali memegang kemudi mobil.
Adiva hanya menghela napas panjang lalu kembali fokus ke arah jalanan raya di hadapannya. Tadi sepulang dari sekolah Adiva langsung menjemput Safira di rumahnya untuk menemaninya berbelanja kebutuhan acara ulang tahun Farah yang akan dirayakan beberapa hari lagi. Seperti tahun-tahun sebelumnya acara ulang tahun Farah akan tetap digelar di rumahnya bersama Azzam. Rencananya Adiva hanya akan mengundang keluarga dan teman-teman yang biasa bermain dengan Farah saja. Adiva ingin merayakan hari ulang tahun Farah dengan secara sederhana. Adiva ingin sekaligus mengirim doa khusus untuk suaminya.
"Div nomor asing itu masih suka neror kamu?" tanya Safira penasaran dengan cerita Adiva tempo hari tentang pesan misterius yang mengganggu sahabatnya.
Adiva menoleh sekilas lalu berkata-kata, "Nggak, semoga aja nggak gangguin aku lagi." Untuk beberapa detik Adiva terdiam lalu kembali berkata-kata, "Tapi dia kok dia tahu kebiasaan aku sih. Ngeri aku jadinya," sahut Adiva kembali dengan perasaan ngeri saat membayangkan jika si pengirim pesan tersebut adalah makhluk astral.
"Mana ada setan dan jin maenan hp sih Div. Ngawur kamu," jawab Safira dengan tergelak.
"Trus dia kok bisa tahu klo aku suka lupa nutup gorden kamar saat malam hari. Kadang juga dia ngirimin foto makanan favoritku dengan kata-kata sok puitis gitu," terang Adiva yang justru semakin merasa penasaran dengan sosok pengirim pesan misterius tersebut.
"Mungkin itu Al yang sedang gabut. Jadi gangguin kamu," jawab Safira dengan asal.
"Eh ngaco kamu. Nggak mungkinlah! Kita aja udah putus kontak lama banget," tukas Adiva dengan cepat.
Tiba-tiba saja Safira menyeringai saat sebuah ide cemerlang melintas begitu saja di benaknya.
"Btw... Kenapa kamu nggak balikan aja sama Al?" Ucapan Safira kali ini berhasil membuat Adiva terkejut bukan main hingga tanpa sadar Adiva menginjak rem mobil secara mendadak. Untung saja jalanan raya sedang sepi. Jadi tidak sampai terjadi kecelakaan karena kecerobohan Adiva. Lalu Adiva menatap Safira dengan tajam seraya menggelengkan kepala. Kembali Adiva melajukan mobilnya dengan hati-hati. Tentu Adiva tidak akan mendengarkan ide gila dari sahabatnya itu. Sudah cukup dirinya melukai hati Aldebaran. Biarlah Aldebaran bahagia bersama perempuan lain yang jauh lebih baik darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Hati Satu Cinta (End)
RomanceRate 18+ Blurb Perpisahan dengan seorang sahabat terbaik beserta dengan cinta pertamanya tentulah hal yang tak mudah bagi Adiva Dania Khanza, gadis berusia 18 tahun itu. la terisak tatkala harus melambaikan tangannya melepas Aldebaran Malik pergi me...