47. Persiapan Ulang Tahun Farah

21 3 0
                                    

Jakarta, 19.30 WIB

"Mama nggak akan pernah kasih restu!" tegas Riana mama Aldebaran.

"Aku mohon Ma, aku sangat mencintai Adiva," rayu Aldebaran mengiba.

"Masih banyak perempuan cantik singel yang jauh lebih baik daripada perempuan itu," tegas Riana dengan pendiriannya. Riana tidak akan rela jika putra sulungnya harus menikahi perempuan berstatus janda apalagi sudah memiliki seorang anak.

Secara fisik Aldebaran cukup tampan dan menarik. Soal pekerjaan pun putranya sudah berpenghasilan tetep. Diluaran sana tentu banyak gadis yang tertarik padanya. Hanya saja Aldebaran sendiri yang selama ini terlalu acuh dan serius belajar serta bekerja hingga tidak pernah memperhatikan sekelilingnya. Contohnya Maudy, putri Fahri sahabat suaminya yang sudah lama menaruh hati kepada Aldebaran. Riana dan mama Maudy juga sudah berencana ingin menjodohkan anak-anak mereka setelah Aldebaran mendapatkan gelar pengacara nanti.

"Apa hanya karena Adiva janda? Apa hanya karena Adiva sudah memiliki anak yang menjadi alasan Mama nggak setuju?" balas Aldebaran yang membuat Riana terkesiap mendengarnya. Lalu Aldebaran beranjak dari tempatnya yang saat ini tengah berdiri di depan jendela kamarnya dengan kedua tangan bertumpu pada sisi jendela.

Aldebaran membalikkan badan lalu melangkah mendekat, berdiri tepat di hadapan Riana tanpa kata. Tanpa Riana duga tubuh Aldebaran meluruh di lantai, berlutut tepat di bawahnya. Riana yang tengah duduk di tepian ranjang seketika merasakan sakit yang tak terperi di hatinya. Hanya demi seorang perempuan putranya rela mempertaruhkan harga dirinya. Hanya demi seorang perempuan yang telah membuangnya Aldebaran rela menyakiti hati ibu kandungnya sendiri. Riana membuang muka demi menguatkan hati agar tidak terluka semakin dalam. Air mata Riana bergulir tanpa mampu dicegah saat merasakan sesak di dadanya. Keinginan Aldebaran untuk menikahi Adiva tentu membuat Riana terpukul. Perempuan yang belum pernah ditemuinya. Hanya melihat foto-foto Adiva di layar laptop atau galeri ponsel milik Aldebaran sudah cukup menjadi alasan bagi Riana untuk membenci perempuan itu. Perempuan yang dulu membuang putranya seperti sampah demi menikahi laki-laki lain yang jauh lebih tua. Dan selama bertahun-tahun Aldebaran merasakan patah hati. Lalu sekarang mampukah dirinya memberikan restu sedangkan hatinya menolak.

"Ma aku mohon. Aku sangat mencintai Adiva," lirih Aldebaran sembari meraih kedua tangan Riana lalu menggenggamnya erat.

Aldebaran menatap wajah Riana yang bersimbah air mata dengan sendu. Bukan seperti ini yang Aldebaran inginkan. Riana dan Adiva adalah perempuan pemilik hatinya. Cinta sejatinya. Dirinya tidak pernah sanggup memilih di antara mereka berdua. Jika ia harus memilih maka Aldebaran lebih baik pergi menjauh dari keduanya. Nanti setelah dirinya mampu berdamai dengan hatinya Aldebaran akan kembali menemui pintu surganya yaitu Riana.

Air mata Riana semakin deras melihat putranya yang terus mengiba. Tapi Riana mencoba tetap bertahan. Dirinya yakin putranya tidak akan pernah berani menentangnya apalagi sampai menjadi anak durhaka.

"Baiklah jika ini keinginan Mama. Aku nggak akan pernah menikah, dan jangan paksa aku untuk melakukan apa yang nggak pernah aku inginkan," ucap Aldebaran dengan suara bergetar.

Kalimat berisi ancaman Aldebaran bagaikan bongkahan kayu besar yang menghantam kuat tepat mengenai dada Riana. Bagai busur panah yang melesat cepat, menancap tepat di jantungnya. Riana menoleh demi menatap kedua mata putranya yang tampak berkabut. Menyelam ke dalam bola mata yang menyiratkan sebuah luka. Bibir Riana membungkam dengan bergetar, hanya isak tangisnya yang menjadi jawaban atas permintaan Aldebaran yang tak bisa disanggupinya.

Sejujurnya Aldebaran tidak sampai hati melukai hati perempuan yang telah mengandungnya selama 9 bulan tersebut. Perempuan yang mempertaruhkan nyawa demi melahirkan dirinya ke dunia. Tak sampai di situ, perempuan itu juga rela mengorbankan seluruh tenaga dan pikiran demi merawatnya selama 24 jam non stop sejak dirinya bayi hingga dewasa tanpa sedikitpun mengeluh. Sungguh memberikan luka adalah dosa terbesarnya saat ini. Tapi Aldebaran juga tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang tak mungkin akan datang untuk yang kedua kalinya.

Tiga Hati Satu Cinta (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang