02

112 20 0
                                    

Jangan lupa vomment nya zhuyung











Keesokan paginya Rey bangun agak kesiangan, ia mengumpat kesal. Ini karena Bundanya tak membangunkannya, ah sepertinya nanti ia akan dihukum.

Yasudahlah, ayam sudah menjadi sate. Mau diapain lagi.

Entah sudah keberapa kali Rey ditegur pihak sekolah karena warna rambutnya yang terlalu menyala, tapi Rey tak perduli sama sekali. Baginya warna rambutnya yang sekarang adalah menggambarkan lambang keberanian, yakni sama seperti dirinya yang berani dan tak takut apapun kecuali sama Tuhan dan omelan maut sang Bunda.

Namun hari ini Rey masih mending mau merubah sedikit warna rambutnya, yang awalnya warnya merah semuanya kini ia hitamkan. Pengecualian di bagian poni, Rey dengan sengaja tak ingin menghapus warna merah di bagian poninya karena ia terinspirasi dari Gaini. Hampir sama persis gaya rambutnya dengan Gaini, cuman yang membedakannya adalah bentuk kepala keduanya.

Loh salah?

Kan emang bener😗

"Sekarang kamu berdiri disini, kalau udah pergantian jam baru kamu boleh masuk kelas." Begitulah ujung dari omongannya Pak Budi, kuping Rey rasanya panas sekali. Entah sudah berapa lama ia diceramahi, yang jelas kepalanya mendadak pusing gara-gara omelan Pak Budi.

"Loh Rey? Ngapain lo?"

Rey mendongakkan kepalanya, ia menatap bingung Orion dan Desta. "Lah? Lu berdua ngapain? Jamkos apa bolos?"

Orion lebih dulu menyahut. "Jamkos, lu dihukum? Tumben banget lu telat wkwk."

"Hooh, kenapa nyet? Kesiangan?" timpal Desta, tanpa disuruh keduanya ikut duduk lesehan.

Rey menghela nafas, ia memainkan poninya sebentar.

"Kesiangan gue, si Bunda juga lupa bangunin gue. Terus Abang gue udah ninggalin gue, dan ... Gue tadi kena ceramah Pak Budi." Terang Rey panjang lebar.

Orion dan Desta tertawa terbahak-bahak, Rey mendengus kesal. Ia beranjak pergi dari lapangan, Desta lebih dulu mengejar Rey.

"Heh, mau kemana?"

"Mau main basket, bosen gue." sahut Rey seraya berjalan menuju lapangan 2, dimana lapangan basket berada. Dengan santai Rey men-dribble bola basket kemudian melemparkannya masuk kedalam ring, ia tersenyum senang.

"Lo ngapain sih main basket? Udah pro juga, oh atau lo mau tebar pesona ye sama ciwi-ciwi?"

Rey mengumpat, ia mendelik tajam kearah Orion. Mulut Orion tuh emang suka minta dijahit, heran juga Rey tuh kenapa mau temenan sama anak setan kaya Orion.

"Wkwkwkw Rey lesbi ya?" Desta tertawa terbahak-bahak, diikuti Orion yang kembali meledekki Rey. Tak henti-hentinya Rey menyumpah serapahi kedua temannya yang merupakan titisan dakjal, ia dengan kesal melemparkan bola basket kearah Orion. Kemudian melemparkannya kembali kearah Desta, ia tersenyum puas saat mendapati keduanya meringis kesakitan.

"Gimana? Enak, hmm cantik?"

Rey tertawa keras, kemudian kembali memainkan bola basket ditangannya sesekali melemparkan kembali ke ring.

"Loh, Rey?"

Rey mendongakkan kepalanya, ia memelototkan kedua bola matanya. Mulutnya hampir terbuka lebar, dengan segera ia menetralkan ekspresi wajahnya. "Lo?!"

Mattheo Zergie, tiba-tiba muncul dihadapan Rey. Rey tentu ingat bagaimana muka tengil laki-laki itu kemarin saat menganggu jam istirahatnya, ia baru tau kalau ia satu sekolah dengan laki-laki menyebalkan ini.

Don't call me "Mas"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang