07

48 10 0
                                    

Minggu pagi, Mattheo sudah bangun sejak jam 6 pagi, sedangkan Rey masih bergelung dibawah selimut.

Mattheo membuka pintu kamarnya yang ditempati oleh Rey, ia diam-diam mendudukkan tubuhnya disamping Rey yang masih terlelap.

Mattheo memotret Rey dengan ponselnya, ia menekan tombol kamera beberapa kali. Entah berapa kali Mattheo memotret Rey, yang jelas jumlahnya tak sedikit.

"Rey, bangun."

Mattheo menepuk pelan kepalanya Rey, namun tak ada reaksi sama sekali dari Rey. Tak kehabisan akal, Mattheo membuka semua gorden jendelanya. Cahaya matahari seketika langsung menerpa wajahnya Rey, Rey menggeliat pelan kemudian membuka kedua matanya.

"Ngapain sih? Gue masih ngantuk."

Rey berujar dengan mata tertutup, ia memeluk erat guling mencoba tidur kembali. Mattheo menggeleng-gelengkan kepalanya, ia berjalan mendekati Rey dan memilih duduk dikursi belajarnya.

Rey membuka malas kedua matanya, ia mengucek matanya sesekali.

"Bangun, cepet! Gue mau olahraga ditaman deket sini, lo mau ikut?"

"Lo aja, gue masih ngantuk."

Mattheo menghela nafas, ia pun dengan segera keluar dari kamarnya dan berjalan santai menuju taman yang lokasinya tak jauh dari rumahnya.

Setelah sampai di taman, Mattheo berlari kecil disana. Ia berlari mengelilingi taman dengan kecepatan sedang, matanya menangkap sosok yang sangat dikenalnya.

Mattheo bergegas menuju ke arah sosok itu, namun suara anak kecil disampingnya membuatnya kehilangan fokus.

"Kenapa, dek?"

Mattheo kehilangan jejak sosok tadi, ia memilih jongkok disamping anak kecil yang ia perkirakan berumur lima tahun.

"Om, liat mamaku nggak?"

Mattheo melongo, ia menggaruk tengkuknya kemudian menggeleng.

"Mana Om tau dek, lagian Om mana tau muka Mama kamu gimana."

Anak kecil tadi mengerucutkan bibirnya, Mattheo terkekeh geli. Dengan gemas ia menciumi pipi gembul anak itu, setelahnya ia gendong.

"Kok bisa sih kamu terpisah sama orang tua kamu? Tadi kesini sama siapa?"

Anak kecil itu nampak berpikir, ekspresinya benar-benar menggemaskan.

"Tadinaaa sama Mama sama Abang."

Mattheo mengangguk, ia kemudian berjalan membawa anak kecil tadi mengelilingi taman.

"Nama kamu siapa, dek?"

Anak kecil tadi mendongak kemudian tersenyum lucu. "Abi, Om."

Mattheo tertawa kecil, ia mengusap lembut kepalanya Abi dengan sayang. Mattheo memang sejak dari dulu suka sekali dengan anak kecil, makanya gak heran kalau dia bersikap ramah kepada anak kecil yang tidak dikenalnya.

"Kamu gak takut kalau Om ini orang jahat?"

Bukannya ketakutan, Abi malah menggeleng. "Ngapain takut sama Om? Lagian muka Om gak kayak orang jahat."

Mattheo kembali tertawa, Abi benar-benar lucu dan menggemaskan. Duh Mattheo jadi pengen punya anak kaya Abi :)

"Om, stop! Itu Mama!!"

Mattheo menoleh ke arah kanan dimana Abi menunjuk seorang wanita paruh baya dengan pakaian glamor dan mewah, Mattheo dengan segera menemui wanita itu yang berdiri membelakanginya.

"Bu permisi, ini anak Ibu buka—"

Mattheo menghentikan ucapannya, jantungnya berdegup kencang saat matanya bertubrukan langsung dengan mata dari wanita paruh baya didepannya.

Don't call me "Mas"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang