Gadis dengan surai berwarna merah menyala nampak sibuk membenahi mesin mobil di bengkel tempat ia bekerja, tak perduli kalau wajahnya sudah cemong serta dipenuhi keringat ia tetap terus melanjutkan pekerjaannya.
Terlihat ia tengah menarik nafas panjang, sebelum kembali menunduk dan melanjutkan pekerjaannya yakni memperbaiki kesalahan mesin dimobil pelanggannya.
"Rey, lo istirahat sana. Daritadi orang-orang udah istirahat, lu belum. Ntar nih mobil, gue yang benerin."
Gadis bersurai merah tadi mendongakkan kepalanya, ia mengacungkan jari jempolnya kearah Fadlan— temannya di bengkel ini.
Reyala Andreas nama lengkapnya, sudah setahun terakhir ia bekerja di bengkel. Bukan karena faktor ekonomi, Rey (nama panggilannya) lebih menyukai hal-hal yang menantang serta suka melakukan hal-hal yang belum pernah dilakukannya.
Masalah bengkel, Rey sejak SMP memang sudah tahu-menahu soal otomotif. Makanya tak heran kalau ia bisa diterima bekerja di bengkel ini, masalah gaji pun Rey tak perduli. Yang jelas, ini adalah hobinya.
Rey beranjak menuju kursi yang berada didekat kasir, ia mengelap keringatnya dengan tisu didepannya. Tak lupa juga membersihkan cemong-cemong diwajahnya yang dikarenakan oleh oli mesin dimobil tadi.
Entah sudah berapa lama ia bekerja, Rey benar-benar lupa. Rasa penat mulai menjalar di sekujur badannya, Rey menelungkupkan wajahnya diatas meja.
Sebaiknya istirahat sebentar ada bagusnya, tubuhnya terasa remuk saat ini. Sebaiknya tidur sejenak juga tidak apa, toh bos nya pasti akan memaklumi kondisinya yang kini sangat kecapekan.
"Permisi mas, saya mau nambal ban."
Rey seketika terusik dengan suara itu, ia berdecak kesal. Ia mencoba tak perduli, toh karyawan lain pasti akan datang kesini dan setelah itu ia akan bisa tidur dengan nyenyak.
"Mas? Oy!! Ini mau nambal ban!!"
Rey mengumpat, ia mendongakkan kepalanya seraya menatap tajam laki-laki dihadapannya.
"Mas-mas mata lo!! Gue cewek ya!!!"
Laki-laki dihadapannya Rey terlihat kaget, Rey merotasikan kedua bola matanya. Entah sudah berapa kali ia dikira laki-laki hanya karena penampilannya yang tomboi serta rambutnya yang ia potong sama persis seperti gaya rambut laki-laki.
"Lo emang cewek?"
Rey mendengus, ia mendorong kasar kening laki-laki dihadapannya. "Gausah deket-deket deh muka lo, gue bantai mau?"
Laki-laki tadi tertawa cekikikan, ia bertepuk tangan dengan heboh.
"Lucu banget sih lo, duh tapi sayang gue gak takut sama ancaman lo tadi. Btw tolong dong tambalin ban motor gue, gue mau buru-buru nih."
Rey menghela nafasnya dengan kasar, setelahnya ia berteriak memanggil nama Fadlan.
"Lo tambalin ban motor dia deh Fad, daritadi berisik banget ganggu gue aja dia nya." Adu Rey saat Fadlan nongol disampingnya, Fadlan menurut saja. Ia dengan segera menghampiri motor si laki-laki yang sebelumnya ditunjukan oleh laki-laki itu.
"Eitss, lo mau tidur? Tunggu dulu, gue mau ngobrol bentar sama lo."
Rey mengumpat, dengan kesal ia menggebrak meja. "Maksud lo apaan sih?! Gue mau istirahat, badan gue pegel, gue mau tidur!!"
Laki-laki tadi nyengir lebar, tolong ingatkan Rey untuk tidak membunuh laki-laki dihadapannya ini.
"5 menit aja deh."
Rey menghela nafasnya kembali, ia mengangguk pelan. Dengan segera ia menyeret laki-laki yang tidak ia ketahui namanya itu menuju tempat duduk disamping Fadlan yang sibuk menambal ban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't call me "Mas"
أدب المراهقين"Misi mas, saya mau tambal ban." "......" "Mas? Hello? Saya bicara sama mas loh daritadi" "......" "MAS!!!! SAYA MAU TAMBAL BAN" "WOY, GUE CEWEK!!! MAS-MAS MATA LO PICEK?!!!"