Jeonghan

2.1K 123 2
                                    

JEONGHAN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JEONGHAN
.
.
.

"Jeonghan. Kenalkan, ini Jisoo. Dia seumuran denganmu. Mulai hari ini dia akan tinggal di istana bersama kita. Jadi bertemanlah dengan baik. Ayah akan pergi sebentar. Minta para pelayan untuk mengantarnya ke kamar." Ucap seorang pria berbadan kekar dengan pakaian mewahnya. Ia datang bersama seorang gadis dengan pakaian sedikit kumuh.

"Baik ayah." Jeonghan lalu menatap gadis di hadapannya tatkala sang ayah-yang merupakan seorang raja-pergi meninggalkan mereka berdua.

Jeonghan menyodorkan tangannya. "Aku Jeonghan." Ucapnya sambil tersenyum.

"Ji-jisoo." Gadis itu menjabat tangan Jeonghan.

Jeonghan mengedarkan pandangannya untuk mencari pelayan di sekitar. "Hey, bisa tolong antar gadis ini ke kamar?"

"Siap nona."

"Ikuti saja dia. Nanti aku akan mampir ke kamar mu. Ok?"

Jisoo tersenyum. "Terima kasih."

***

Jeonghan yang berusia 19 tahun tengah berjalan di koridor hendak menuju ruangan ibunya, sang permaisuri.

Tepat saat ia membuka pintu kamar, ia melihat ibunya yang sedang terduduk di tempat tidur tengah menangis di dalam pelukan pelayan setianya.

Jeonghan membatu seketika tatkala ibu dan pelayannya menoleh ke arahnya. Mata sang permaisuri sangat sembab. "J-jeonghan-ah..."

Dengan perlahan, Jeonghan berjalan mendekati sang ibu. "Ibu kenapa?" Ia menatap ibu dengan khawatir.

Sang ibu lalu melepas pelukannya dari pelayan itu dan berjalan ke arah Jeonghan. Ia memegang bahu Jeonghan, kemudian mencoba meredakan tangisannya.

"Hannie, sayang." Ucap sang ibu dengan sangat lembut. "Bagaimana menurutmu, jika Ayah punya anak lain selain dirimu?"

"Maksudnya... Apa ibu hamil lagi?"

Sang ibu langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak, sayang. Maksud ibu... Saudara dari ibu yang lain, saudara tiri mu."

"Apa maksud ibu... Ayah punya istri lain?"

Jeonghan menyentuh pipi ibunya, menyeka air mata yang masih tersisa di sana. "Harusnya akulah yang mengkhawatirkan perasaan ibu. Aku tidak masalah jika punya saudara berapapun di luar sana. Itu hal wajar mengingat hampir semua raja melakukan hal seperti itu. Yang aku pikirkan saat ini hanya perasaan ibu."

Permaisuri sedikit tertawa, masih dihiasi dengan mata yang sembab. "Dan ibu pun menangis karena memikirkan perasaan kalian berdua." Mereka berdua pun saling melempar senyuman. "Omong-omong, di mana adikmu?"

"Seperti biasa."

"Hahh... Ibu takut jika adikmu terus-terusan di perpustakaan, dia tidak akan punya teman."

"Jangan khawatirkan Minghao, ibu. Dia punya banyak teman."

Permaisuri pun kembali tertawa. Tawanya terdengar sangat anggun. Benar-benar seorang ratu yang ideal.

"Jadi? Apa ibu sudah tenang?"

Permaisuri langsung mengangguk.

"Aku sudah bertemu dengan gadis itu, ibu. Dia seumuran dengan ku. Tadinya aku datang ke sini untuk menanyakannya pada ibu."

"Dan kau--"

BRAK!

"Ibuuu..." Seorang gadis remaja berusia 17 tahun memasuki kamar sang permaisuri, membuat ketiga perempuan di dalam menoleh. Gadis itu berlari dan langsung memeluk sang permaisuri. "Ibu tidak apa-apa kan?"

"Haoie, kenapa sayang?"

"Harusnya aku yang bertanya. Aku sudah tahu kalau Ayah ternyata memiliki anak lagi di luar sana. Aku melihatnya sendiri, Ayah membawa 3 anak perempuan, dan para pelayan bilang kalau mereka anak ayah."

"Yang benar saja. Berapa banyak anak yang ayah miliki di luar istana?" Keluh Jeonghan.

"Hsstt! Jangan bicara begitu, sayang. Kau sendiri yang bilang tadi kalau itu hal wajar. Biarkan saja ayahmu itu melakukan apa yang ingin dia lakukan."

"Dan membiarkan ibu di sini seperti ini? Aku tidak suka ibu menangis."

Permaisuri menitikkan air mata. "Astaga... Sepertinya ibu telah melahirkan 2 putri yang luar biasa di sini." Ucap permaisuri sambil membalas pelukan putri bungsunya.

Jeonghan ikut berpelukan bersama adik dan ibunya.

"Pesan ibu hanya satu. Jangan pernah membenci mereka. Anggap mereka sebagai saudaramu. Mereka tidak salah apa-apa. Sama halnya dengan ayahmu. Jika saja ayah tidak membawa mereka ke sini, bagaimana nasib mereka di luar sana. Setidaknya ayahmu bertanggung jawab atas mereka. Jadi mereka juga bisa merasakan punya ayah seperti kalian. Mengerti?"


"Justru ibu lah yang terlalu baik." Jeonghan sedikit tertawa.

"Ibu terlalu lembut." Balas Minghao

****_*****_****

The Six (svt gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang