Seungkwan

902 83 2
                                    

SEUNGKWAN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SEUNGKWAN
.
.
.

Criing~

"Selamat datang di Boo's cake. Waw, pagi sekali anda datang. Bagaimana roti kemarin?"

"Roti yang kemarin enak sekali."

"Benarkah? Syukurlah jika memang begitu."

"Benar nyonya, roti ibuku memang sangat lezat." Seorang gadis berusia 16 tahun ikut menimpali.

"Tentu saja. Rotinya benar-benar lembut dan cokelatnya sangat enak. Aku ke sini ingin memesan 100 kotak roti buatanmu nyonya. Akan ada acara keluarga di rumahku malam ini. Aku ingin mereka merasakan roti buatanmu ini."

"Se-seratus?" Pemilik toko roti itu terbelalak.

Asal kalian tahu, 1 kotak berisi 12 roti.

"Iya nyonya. Aku akan datang petang ini untuk menjemputnya. Aku pergi dulu. Bye~"

"Ibu?"

"Kwannie. Aaaaaa... Kwannie. Ibu menyayangimu. Muuach." Ibu Seungkwan memeluk Seungkwan dengan sangat erat kemudian mencium pipinya.

"Aku juga sayang ibuuu... Muach."

Criiing~

"Selamat pagi bibi Ara, Kwannie-heh? Ada apa ini?" Seorang gadis remaja masuk ke dalam toko.

"Kak Nari, Kak Nari, kita punya banyak pesanan."

"100 kotak, Nari. 100 KOTAAAK!"

"HAAAH! ASTAGAA! Banyak sekali? Kalau sebanyak ini kita harus menutup toko, bi."

"Sebaiknya begitu. Ayo bergegas!"

***

"Huuff~"

"Haaaahhh~"

"Yeey, jadiii..."

Ara, Nari, dan Seungkwan kini selonjoran di kursi. Saat ini sudah sore, dan semua pesanan sudah jadi dan siap diambil.

"Hari yang sangat melelahkan."

"Kerja bagus, Nari. Hari ini aku menaikkan gajimu."

"Yeey~" Ucap Nari tanpa sedikitpun bergerak dari tempatnya karena sudah sangat kelelahan.

"Ibu, kak Nari, pelanggan kita datang."

Semua langsung bangkit dan bersiap menyambut pelanggan tersebut.

Criing~

"Selamat sore-wah. Aku sangat terkesan. Tadinya aku ingin bilang acaranya akan dimajukan. Dan ternyata pesanku sudah jadi?"

"Terima kasih, nyonya. Kami hanya melakukan yang terbaik untuk pelanggan kami."

"Benar, nyonya."

Setelah pemilik pesanan 100 kotak tadi pergi, toko kembali di buka. Pelanggan pun kembali berdatangan. Tapi kali ini lebih banyak dari biasanya karena para pelanggan yang ingin membeli roti tadi pagi juga baru bisa belanja di sore hari.

***

Criing~

"Maaf, tapi kami sudah tutup-"

"Ayaah~"

"Seungkwan~ Peluk Ayah, sayang."

"Muach~" Seungkwan memeluk kemudian mencium pipi ayahnya.

Seungkwan dan Ayahnya pun berpelukan. Ara yang tadinya sedang beres-beres pun menghentikan aktivitasnya.

"Ah, yang mulia. Selamat datang."

"Terima kasih, Ara." Sang raja mengecup bibir Ara sambil berpelukan.

Nari yang sedikit terkejut langsung memanggil Seungkwan. Menyuruhnya menjauh dari kedua pasangan itu.

"Aku sangat merindukan yang mulia. Bisakah kita bermain malam ini?" Ucap Ara sambil berbisik.

"Hahaha... Aku pun merindukan tubuhmu sayang." Balas sang raja yang ikut berbisik.

Ara sedikit tersipu malu. Kemudian tersadar dengan maksud kedatangan sang raja. "Apa anda ingin membawanya sekarang?"

Mereka berdua kemudian menatap ke arah Seungkwan. "Besok, Ara. Tidak masalah, kan?"

Seungkwan menengok Ayah dan Ibunya secara bergantian.

"Tentu saja tidak. Itu yang terbaik untuknya."

"Dan kau yakin tidak ingin ikut?" Sang raja mengelus lembut pipi Ara.

"Aku harus tetap di sini, yang mulia."

"Baiklah kalau begitu. Seungkwan-ah. Kau akan ikut ke istana sama Ayah besok. Kau mau kan?"

"Istana? Ayah punya istana?" Tanya seungkwan dengan mata yang berbinar.

"Ya, Ayah punya. Di sana kau akan punya 5 kakak perempuan yang sangat baik."

"5 kakak? Waah... Aku mau, aku mau. Tapi... Bagaimana dengan ibu?"

"Eih... Tidak apa-apa kwannie. Kau ikut saja dengan ayah mu. Memangnya kau pikir ibu ini lemah hanya karena kau tidak ada di sini? Lagi pula ada Nari di sini."

"Baiklah Bu."

"Baiklah, anak manis. Ayo kemasi barang-barangmu." Ucap Ara dengan semangat.

***

"Aku bawa roti bikinan ibuku." Seungkwan berjalan ke meja di samping tempat tidurnya berada dan mengambil keranjang ayaman yang ada di sana. "Coba lah." Seungkwan meletakkan keranjang itu di tengah-tengah mereka. Bau sedap menyeruak dari dalam keranjang.

Masing-masing mengambil satu roti kemudian memakannya.

"Enak sekali~" Wonwoo.

"Enak sekali~" Jihoon.

"Aku mau lagi!" Minghao

"Hmmm~ Astaga, Seungkwan. Ibumu pandai sekali membuat roti." Jisoo.

"Benar-benar lembut. Ini roti yang paling enak yang pernah aku makan. Apa ini blueberry asli?" Jeonghan

"Iya, aku dan ibuku yang menanamnya sendiri."

"Wah, hebat sekali."

Sambil menikmati roti buatan Ibu Seungkwan, mereka pun bercakap-cakap dan menceritakan lebih dalam perihal diri masing-masing.

Dan begitulah kira-kira awal pertemuan keenam putri yang berasal dari latar yang berbeda-beda yang disatukan oleh Ayah yang... Terserah kalian mau memandangnya seperti apa.


















Sekian perkenalannya :)

****_*****_****

The Six (svt gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang