MINGHAO
.
.
."Untuk apa kamar ini, Ayah?" Ucap Minghao yang berada di belakang ayahnya.
"Kau dan kakakmu akan pindah ke kamar ini."
"Terus untuk apa tempat tidur sebanyak ini?"
"Nanti kau juga akan tahu. Sekarang, cepat kemasi barangmu. Ayah akan menyuruh para pelayan untuk memindahkan barang-barang mu."
"Baik ayah."
***
Minghao, gadis berusia 17 tahun itu baru saja kembali dari tempat pelatihannya secara sembunyi-sembunyi. Tanpa sepengatahuan orang lain, Minghao selalu menyelinap keluar kerajaan untuk bermain dan berlatih bela diri bersama teman-temannya yang berasal dari kalangan masyarakat biasa.
Saat hendak menyelinap masuk melalui hutan di samping istana, Minghao melihat ada kereta kuda dari kerajaan tetangga yang datang ke istana. Minghao yang penasaran akhirnya bergegas menyusuri jalan rahasia yang terhubung dengan ruang pribadi miliknya di perpustakaan.
Jangan tanya kenapa bisa ada jalan rahasia di sana. Minghao dan teman-temanya lah yang membuatnya tanpa sepengetahuan siapapun.
Gadis itu pun keluar dari ruang pribadinya dan langsung berlari keluar dari perpustakaan. Ia mengendap-endap menuju halaman istana dan bersembunyi dibalik tiang bangunan yang ukurannya memanglah sangat besar. Minghao bersembunyi sambil menguping pembicaraan.
Ia melihat sang ayah sedang menyambut para tamu itu.
"Senang sekali kau mau menerima perjodohan ini, yang mulia."
"Hahaha... Mari kita duduk-duduk di taman dan membahasnya di sana."
'perjodohan?'
Karena makin penasaran, Minghao pun lanjut membuntuti mereka. Ia jalan mengendap-endap layaknya seorang mata-mata. Ia kemudian bersembunyi di balik semak-semak di dekat pohon yang sangat dekat dengan lokasi ayahnya.
"Mari kita lanjut. Dari keenam putraku, siapakah yang kau pilih untuk kedua putrimu, kawan?"
"Sebenarnya... Aku punya enam putri."
"Enam?" Tamu itu terlonjak dari kursinya. Begitupun Minghao, ia terkejut, namun tetap berusaha agar tidak menimbulkan suara.
"Aah... Aku paham." Ia kembali memperbaiki posisi duduknya, kemudian merapikan jasnya. "Dan... Dimana sekarang keempat putrimu yang lain?"
Sang raja menyeruput tehnya, kemudian meletakkannya. "Aku akan menjemput mereka 2 hari lagi. Seminggu kemudian, baru kita bisa mempertemukan mereka dengan para pangeran."
"Baiklah. Dengan begini-"
"Yang mulia! Maaf mengganggu pertemuan anda. Saya membawa berita buruk."
"Ada apa?"
"Nyonya Yumi, dia mengalami kecelakaan!"
'Pasti salah 1 selingkuhan Ayah.' ujar Minghao dalam hati.
***
Pagi yang cerah. Minghao sudah berada di ruang pribadinya di perpustakaan. Sebelum memasuki ruangannya, ia mengambil banyak buku untuk ia bawa ke ruangannya.
Di rungan itu, ada 1 meja panjang yang bersampingan dengan jendela. Di sana Minghao biasanya membaca. Dari ruangan itu, ia bisa melihat jelas ke arah gerbang istana karena bentuk bangunannya menyerupai menara dan berada terpisah dari istana. Biasanya Minghao akan baca buku di jam seperti ini. Tapi kali ini tidak.
Ia sudah dengar kalau sang raja belum kembali dari kemarin, yang artinya dia akan pulang setelah menjemput semua anak-anaknya.
Tak lama, kereta yang biasanya ditumpangi sang raja pun tiba. Seorang gadis turun dari kereta itu. Tapi tidak ada Raja yang menemaninya.
"Mungkin masih menjemput anaknya yang lain."
Saat Minghao tengah fokus memperhatikan, tiba-tiba ada Jeonghan di sana.
"Apa yang kakak lakukan di sana? Apa dia sudah tahu? Tapi harusnya sih belum." Ia kembali memperhatikan. Jeonghan yang nampak biasa saja. Bahkan ia berjabat tangan dengan gadis itu.
"Sepertinya dia memang belum tahu."
Minghao menyilangkan tangannya di meja kemudian menaruh dagunya di meja. "Apa aku harus ikut ke bawah? Harusnya masih ada 3. Nanti sajalah, saat mereka datang."
Beberapa jam kemudian, ketiga gadis lainnya pun tiba. Minghao kembali memperhatikan mereka dan ayah. Ia sempat fokus pada gadis yang berpakaian serba hitam. "Apa dia ada kaitannya dengan nyonya Yumi yang kemarin? Matanya pun kelihatan sembap."
Minghao menghela nafas tatkala memahami apa yang sekarang terjadi. "Apa yang telah ayah lakukan tanpa sepengetahuan ibu?" Minghao menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya sambil menangis.
"Aku harus menemui ibu."
***
"Aku akan pergi menemui mereka, kak. Kalian di sini saja."
Minghao berjalan keluar kamar mencari ketiga gadis-ralat, ketiga saudarinya. Ia bertanya pada pelayan yang berada di aula.
Ketiga gadis itu berada di kamar tamu dan sedang didandani oleh para pelayan.
"Hai. Selamat datang." Ucap Minghao sambil tersenyum, sambil mengingat kata-kata ibunya.
"Terima kasih." Gadis berkacamata-yang tadinya berbaju hitam-itu mendekat ke arah Minghao.
'Hmm... Matanya memang sedikit sembap.'
"Aku Wonwoo." Sambil menyodorkan tangannya.
"Minghao, 17 tahun." Ia membalas jabatan tangan Wonwoo.
"Berarti kamu adikku. Aku 18 tahun. Gadis yang di sana juga 18 tahun. Dan yang chubby itu adikmu. Umurnya 16 tahun."
Jihoon dan Seungkwan mendekat. "Aku Jihoon."
"Dan aku Seungkwan. Salam kenal, kak Minghao."
"Panggil saja aku Hao. Ayo, aku antar ke kamar. Kak Jeonghan dan Kak Jisoo sudah menunggu."
***
"Kenapa tidak memberitahuku lebih dulu, Hao?!"
"Sekarang kau sudah tahu kan, kak."
"Iya, tapi-"
"Seungkwan sendiri? Bagaimana cerita dari sudut pandangmu?" Minghao cepat-cepat mengalihkan topik.
****_*****_****
KAMU SEDANG MEMBACA
The Six (svt gs)
FanfictionKeenam gadis bersaudara dengan latar belakang yang berbeda-beda dikumpulkan dalam satu istana oleh seorang Raja yang mereka sebut Ayah. "Kalian berenam, akan aku jodohkan kalian dengan para pangeran dari negeri Tarca. Jadi, PERSIAPKAN DIRI KALIAN!"...