5

665 47 2
                                    

Di tengah keheningan malam, balkon kamar para putri terbuka lebar. Menampilkan sesosok gadis bersurai pink yang membelakangi pintu tengah duduk di atas pagar balkon sambil melamun. Dia adalah Jihoon. Gadis yang berhasil kabur dari pesta dansa.

Ia menatap ke bawah, melihat ada dua penjaga yang sedang berpatroli mengelilingi istana. Jihoon menutup matanya, menghela napas. Kemudian...

Aaaaaa~ Aaaaaa~ Aaaaaaaaaa~

Gadis itu bersenandung dengan sangat merdu. Suaranya seperti memikat setiap orang yang mendengarnya. Membuat orang-orang yang mendengarnya seakan-akan mabuk dengan suara itu, kemudian tak sadarkan diri hingga tubuh mereka terasa seperti dibawa terbang ke langit.

Sama halnya dengan apa yang terjadi pada kedua penjaga tersebut. Keduanya kini tengah berada di hadapan Jihoon. Keduanya tersenyum dengan tatapannya yang kosong dan sayu. Kaki mereka tidak lagi menyentuh tanah. Tubuh mereka kini melayang di udara, berhadapan langsung dengan Jihoon yang berada di lantai 2.

Jihoon membuka matanya. Ia menatap kedua penjaga itu dengan tatapan sendu sekaligus bertanya-tanya.

'Siren. Wanita setengah burung yang suka merayu dan memikat para pelaut dengan suaranya yang merdu untuk dijadikan sebagai mangsa.'

Kalimat itu terus menghantui pikirannya setelah membaca salah satu buku di perpustakaan kerajaan. Kalimat itu pun menjadi jawaban kenapa dirinya bisa mengeluarkan sayap burung saat ia masih di panti dulu.

Munculnya kekuatan Jihoon yang mengejutkannya saat usianya 13 tahun, lantas membuat ia bertanya-tanya siapa orang tuanya yang sebenarnya. Ia telah menemukan ayahnya yang ternyata seorang raja di kerajaan Adomind, yang ternyata hanya seorang manusia biasa. Kemudian muncul pertanyaan baru.

'Apa itu berarti ibuku seorang siren?'

Menurut cerita yang beredar di masyarakat, makhluk mitologi seperti itu hanyalah mitos. Namun setelah Jihoon melihat sendiri apa yang terjadi padanya, ia langsung meragukan ketidakberadaan makhluk itu.

Satu-satunya yang bisa menjawab pertanyaan ini tentu hanya ayahnya. Ada apa di antara ibu dan ayahnya. Bagaimana bisa Ayahnya memiliki anak dari seorang siren? Dimana ibunya sekarang? Dan masih banyak pertanyaan lainnya yang belum bisa ia temukan jawabannya, karena semakin ia menggali lebih dalam tentang orang tuanya, pertanyaan-pertanyaan lain terus saja bermunculan di benaknya.

BRAK!

Seketika Jihoon tersentak dan tersadar dari lamunannya tatkala pintu kamarnya didobrak oleh seseorang. Ia langsung menurunkan kedua penjaga yang masih melayang sejak tadi ke posisinya semula. Mengembalikan kesadaran mereka. Tentu mereka tidak akan mengingat kejadian saat mereka mabuk.

Setelah kedua penjaga itu kembali tersadar, Mereka berdua langsung kembali menjalankan patroli seperti tidak terjadi apa-apa.

Jihoon langsung mengambil liontin yang sebelumnya ia letakkan di sebelahnya kemudian menggunakannya. Menyembunyikan liontin itu dibalik bajunya.

Ia lalu berbalik melihat siapa yang membuat keributan tersebut. Ternyata dia adalah Jeonghan yang masuk ke kamar sambil menangis sesenggukan. Gadis itu melempar cincin tunangannya ke ujung ruangan, kemudian melompat ke atas kasurnya, menyembunyikan wajahnya di balik bantal.

Jihoon langsung berlari menutup pintu kamar yang tadi dibuka oleh Jeonghan. Ia berbalik menghampiri Jeonghan. Duduk di pinggiran kasurnya, kemudian memegang pundaknya dengan lembut.

"Kak?"

Jeonghan menengadahkan wajahnya. "Ji..." Wajahnya kini dibanjiri dengan air mata.

Jihoon langsung memeluk Jeonghan. Meskipun dia sangat membenci pelukan, biarlah hari ini ia bolehkan Jeonghan memeluknya.

The Six (svt gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang