30. bali 2

2.9K 319 71
                                    

Setelah puas di Tanah Lot,kita melanjutkan perjalanan ke berbagai tempat lainnya.
Dan diakhiri di Ulu Watu untuk melihat matahari terbemam dan tarian kecak.

Gue melihat Salsa yang lagi duduk di sebelah gue. Wajahnya terkena sinar jingga dari matahari yang lagi terbenam. Bulu matanya lentik,bibirnya tipis,dan anting bulan yang gak pernah ketinggalan.
Diiringi suara dari Tarian Kecak gue tanpa sadar tenggelam memandangi wajahnya.

"Jul?" Ranum yang dibelakang gue memanggil sehingga gue noleh.

"Apaan?"

Ranum memberi jitakan di kepala gue kasar.
Dia yang tadinya merekam pertunjukkan kecak tiba-tiba berhenti.

"Jangan lihat oranglain lagi."

Gue mutar kepala dan kembali melihat pertunjukkan kecak. Ranum benar.
Gue mengambil ponsel dan memeriksa lagi adakah pesan dari Idar. Ternyata gak.
Aman apanya kalau gak ngirim gue pesan gini?

Pikiran gue kacau. Gue cuma pingin ngobrol sama Idar.
Nanti dihotel gue bakalan inisiatif buat telfon dia.
Selama pertunjukkan gue justru gak bisa menikmati. Otak gue terus memikirkan kemana perginya Idar.

Setelah selesai pun kita kembali ke hotel dan gue gak mendapati pesan dari Idar.
Gue berusaha menelfon dia berkali-kali tapi nomornya gak aktif.
Untung aja sekamar bertiga,jelas gue sama Damar dan Aldi.

Mereka berdua lagi tiduran dan main hp masing-masing.
Sedangkan gue lagi berdiri di balkon ngelihat banyak orang yang lalu-lalang di bawah.
Gue mainin hp di tangan dan terus menunggu kabar dari Idar. Mungkin dia lagi menikmati saat-saat bersama keluarganya.
Akhirnya gue mengirimkan foto dengan pose terbaik gue ke Idar. Dia pasti seneng.

Gue tunggu,tunggu,lama-lama gue kayang juga nih. Sialan dah.
Gue melirik Damar dan Aldi yang udah molor.
Akhirnya gue pasrah dan naruh hp di atas meja. Lebih baik tidur aja.
Oh tentu gak semudah itu,gue masih terus mikirin Idar. Dan Salsa sedikit.

"Jul?" Gue mendengar ada suara yang manggil sehingga gue noleh dan melihat Damar yang lagi melambaikan tangannya. Ternyata dia belum tidur.

"Apaan,Mar?"

"Lo banyak pikiran?"

Gue gelengin kepala. "Lo dikirimi pesan Idar gak?"

Damar memutar badannya. KarenabAldi menghadap miring ke tembok,jadinya Damar bisa terlentang menatap langit-langit kamar. Dia tidur bareng Aldi,sedangkan gue sendiri.

"Tadi doang. Dia telfon."

Gue memicingkan mata lihat dia. Telfon?

"Di Tanah Lot tadi?"

Damar ngangguk. Gue ikut ngangguk menunggu pengakuan dia selanjutnya.

"Dia bilang gue gak boleh tidur bareng lo."
Gue tersenyum,itu emang Idar. Dia sama sekali gasuka percakapan lewat ponsel. Kecuali kalau terpaksa keadaan kayak sekarang ini. Kalian tau sendiri kan Idar lebih suka cara lawas hehe.

"Terus?" Tanya gue antusias.

Damar gue lihat menghela nafasnya. Apa susah ya ngomong tentang percakapan telfonnya sama Idar?

"Lo suka sama Salsa?" Pertanyaan itu membuat gue tak bergeming.

"..."

"Kalau suka,lo lepasin Idar. Gua lihat lo sama sekali gak berniat buat tanggung jawab sama apa yang udah bikin lo bahagia. Lo biarin dia berjuang sendirian sejak awal."

"Mar-"

"Sori. Tapi itu yang gua tangkap."

Damar menimpal panggilan gue dengan permintaan maafnya. Gue paham,dia sebagai sahabat Idar pasti marah karena gue menye-menye begini.
Gak kayak Idar yang udah siap melakukan segalanya.

"Udah tidur aja. Itu urusan mereka,Mar. Lo gak ada hak." Ucapan Aldi membuat Damar terdiam. Gak hanya Damar,tapi gue juga.

Gue tidur dalam keadaan bimbang,resah,gundah,gulana. Perasaan apaan ini. Gue terlalu takut buat menghadapi dunia,tapi disisi lain gue juga takut kehilangan Idar.

Pagi ini kita melanjutkan kembali kegiatan wisatanya. Banyak kegiatan yang kita lewatin,terutama beli oleh-oleh.
Segala macam kegiatan di lalui dan diakhiri untuk menikmati pemandangan sunset di pantai Kuta.

Setelah ngomong itu,gue menyadari gerak-gerik Damar yang sedikit berubah.
Gue tahu dia kecewa karena gue selalu bersama Salsa dua hari ini.
Selalu,seperti sekarang. Bahkan gue lupa kalau ada Ranum,Aldi dan Damar. Apa mungkin gue udah suka sama Salsa? Gue bisa normal secepat itu?

"Val? Gue ada salah?" Tanya Salsa.

Gue menikmati langit yang udah berubah menjadi warna jingga ini.
Mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Seharian gue juga gak mendapat pesan dari Idar. Dia gak direstui Ibunya apa gimana sih? Kalau iya,apapun itu dia harus kasih kabar.
Gue juga udah menanyakan ke Aldi dan Damar,mereka bilang gak tahu.
Apalagi gue hehe.

Gue menggeleng. "Engga." Gue noleh lihat Salsa yang rambut panjangnya lagi di kepang.
Gue ngambil bunga kamboja yang gue temuin dan naruh diujung atas kepangannya.

"Val. Apaan sih? Kalau lo kayak gini,gue ntar kepedean gimana!"

Gue senyum. "Biarin aja kepedean. Mau sekalian nyoba?"

Salsa terdiam. Mata hitamnya coba menelusuri mata gue. Dia mencari kebohongan atas tawaran gue.
Idar benar,mata adalah indera yang gak bisa bohong.
Gue hampir nangis mengingat nama Idar di otak gue,tapi berhasil menahan.

"Yakin?" Tanya Salsa lembut. Tangan gue yang dari tadi masih di rambutnya,berganti menyelipkan anak rambut di dekat telinganya.
Dengan berat hati,gue menganggukkan kepala.
Nyokap bokap gue bakalan seneng.
Dan Idar? Gue kembali nyakitin dia. Gue sangat sadar,tapi ini yang terakhir.
Setelah ini dia gak akan mengalami luka dan bisa hidup normal tanpa gue yang selalu bikin dia sakit.

Tangan putih Salsa memeluk pinggang gue dan menaruh kepalanya di pundak.
Biasanya gue yang melakukan ini ke Idar,rasanya berbeda.
"Aaaa,rasanya masih kayak mustahil buat gue lo mau bales perasaan ini dengan cepat. Gak salah gue memutuskan untuk ngode duluan.." Dia mengeratkan pelukannya membuat gue ingin menangis.

Sampai jumpa Idar. Ucapan itu terlintas dari dalam hati gue seraya dengan tenggelamnya matahari.

Inilah akhir dari kita. Gue tahu lo semua juga membenci gue.
Termasuk mereka bertiga yang sedari tadi menyaksikan gue dengan Salsa dari belakang.
Gue sangat tahu. Tapi ini emang yang terbaik.
Gue adalah anak pertama dan satu-satunya yang akan membawa nama orangtua.
Mungkin cinta Salsa akan menyadarkan gue.
Seharusnya ini yang bener kan?

Gue juga gak tahu Idar di sana mungkin sudah di jodohkan dengan oranglain apa gimana.
Yang jelas,dia udah nyepelein gue yang katanya sebagai prioritas.
Dan mungkin ucapan Damar ada benernya,gue terlalu sering membiarkan Idar berjuang sendiri.

"Makasih,Sal."

Salsa mengangkat kepalanya melihat gue. "Gue lah yang berterimakasih!"

Gue tersenyum ngelihat dia.

Maaf Idar kalau gue berkhianat.
Gue dulu ditinggalkan dengan seseorang yang lebih memilih wanita ketimbang uke imut kayak gue.
Sekarang justru gue menggunakan alasan yang sama padahal tau rasanya.

Gue sangat jahat.

Hai teman-teman.
Kayaknya aku bakalan agak sering post tengah malem nie:'
Karena aku lagi sering kebangun tengah malem padahal udah nyenyak tidur
Ok,jadi curhat

Jadi maaf kalau kalian menerima notif kisah ini tengah malam!<333
Thankyou for support,yeah!<3
Love u♥️

Aku juga ingin minta maaf juga semisal ada typo ya

Yang kesel sama Nojul tekan angka 1?!

111111111111

:)

True Love [ BL | TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang