24. pov idar

3.7K 406 16
                                    

Halo semua,ini Idar haha.
Gua baru kebagian membagikan isi hati setelah mengalami kejadian pahit begini ya.
Pasti lo semua banyak berfikiran negatif soal gua,iyakan?

Jujur,lo semua salah haha. Gua sangat menyayangi pria yang lagi nangis di depan gua ini. Sangat.
Bahkan saat gua tahu kenyataannya sekarang,gua gak tau harus gimana. Cowok lain mencium kepunyaan gua?

Gua jatuh cinta sama dia di saat hujan turun.
Berusaha untuk mendapatkan dia di hari-hari selanjutnya dan gua berhasil. Semua usaha udah gua kerahkan untuk kebahagiannya.
Mungkin gua yang salah karena terlalu banyak menaruh cinta buat Noval.

Bahkan gua gak pernah ada pemikiran untuk menggantikan sosoknya.
Kepala gua serasa mau pecah,hati gua sangat hancur. Mata gua gak sanggup buat natap dia yang lagi menangis. Bahkan gua juga.
Gua terus menguatkan hati gua dan harus berusaha terlihat baik-baik aja di depan dia.
Ini bukan salahnya. Pemikiran itu terus gua tanamkan di otak gua.

Akhirnya gua berani menatap dia dan membawanya ke kasur.
Tangan gua terus mendekap dia ke dalam pelukan sampai akhirnya dia tertidur.
Gua menjauhkan diri dari jangkuan Noval dan beranjak pergi.
Sesekali gua mempunyai pemikiran untuk pergi jauh dan gak kembali.
Gua terus menyusuri jalan di tengah dinginnya malam sampai akhirnya gua ketemu,Angga.

Gua melewati dia sambil memberikan lirikan tajam bahwa orang di rumah yang ia datangi adalah sepenuhnya milik gua.
Tangan gua udah gak ada tenaga untuk mukul atau menjadi jagoan di daerah sini. Gua merasa bahwa semuanya udah telat. Gak akan berubah jika gua memukul Angga habis-habisan.
Akhirnya kaki gua berjalan sendiri ke tempat Damar dan Aldi. Gua ga perduli ini udah larut malem,gua gak punya tujuan lain.

Setelah Damar membuka pintu kamarnya yang udah gua gedor-gedor,dia sangat kaget melihat tampilan gua yang kacau.
"Dar?"

Gua hanya mendengar itu. Damar segera menyuruh gua masuk dan duduk.
"Kenapa lo?" Ini suara Aldi.

Tatapan gua kosong,pikiran gua juga. Gua gak bisa merespon pertanyaan mereka dengan cepat.
Tiba-tiba ada air mata yang menetes,gua kira cairan di mata gua udah habis haha.
Ternyata masih banyak alasan buat menangis setelah mengingat betapa lucunya Noval.

Gua melirik ada seseorang yang baru saja membuka pintu kamar. Dia terlihat kaget melihat keadaan gua yang kacau.

"Dar? Sinting lo?!" Suara cewek kasar ini,siapa lagi kalau bukan Ranum.

"Jangan-jangan ketempelan kunti di ladang itu,yang katanya Bapak Kos." Gue dengar Aldi berfikiran aneh-aneh. Ingin rasanya tertawa,tapi gue gak sanggup.

Gua mengatur nafas dan menormalkan pandangan gua untuk melihat mereka lebih jelas. "Ada yang gak lo laporin ke gua?" Hanya itu pertanyaan gua. Selama ini mereka selalu memberikan informasi mengenai Noval,karena itu gua selalu tau.
Tapi kenapa rasanya sekarang mereka bungkam.

"Soal Angga?" Tanya Aldi seakan tau maksud gua.

"Angga belum nunjukkin hal aneh kok. Gua juga udah peringatin Nojul." Jelas Damar.

"Hah? Angga? Duh tuh orang! Udah mau gua tonjok!" Timpal Ranum.

Gua tertawa kecil menertawai diri gua sendiri. Kejadian itu emang gak sengaja terjadi dan di luar pengawasan mereka.

"Angga udah nyium Noval." Mengucapkan kalimat ini sangat sulit buat gua.

Setelah gua ngomong gitu,mereka bertiga diam menatap gua.
Mereka sama sekali gak bergerak dan kaget.

"Dimana?"

Gua ngangkat bahu acuh. "Tempatnya."

Aldi berdecak. "Lo mau dia diapain?"

Gua menggeleng. "Gak ada."

Tiba-tiba sebuah tangan menampar pipi gua dengan keras. Gua melihat darimana tamparan itu berasal,ternyata Ranum. Nafasnya terengah-engah meluapkan emosinya.

"Num.." Panggil Damar.

"Saat itu lo berani mengancam Barul dan Juna kenapa sama modelan tikus kayak Angga lo gak berani? Mana sih rasa sayang lo waktu itu!?"

Gua cuma diam. Memang benar,tanpa yang diketahui Noval. Gua sudah mengancam Arjuna dan Barul habis-habisan di belakang dia.
Itupun memang belum terlambat,kalau sekarang?

"Dar,lo mau gua lakuin apa ke Angga?" Tanya Damar. Gua cuma jawab geleng.

"Sekali lagi,lo yakin?" Tanya Aldi.

Gua cuma menganggukkan kepala. Ranum berdecak dan mengacak-ngacak rambutnya sendiri. "Apa yang udah lo lakuin sih,Jul." Lirihnya.

"Gua mau pergi."

Ranum memberi gua tamparan keras sekali lagi setelah mendengar kalimat gua. Rasanya rahang gua mah copot karena tabokannya bukan main sakitnya.
"Pergi? Gua tau Nojul emang kecolongan,lo boleh kecewa tapi lo gak berhak buat ninggalin dia!"

Gua melirik Damar yang lagi ngangguk-ngangguk sambil melihat Ranum takut.

"Sadar lah! Jangan jadi lenje gini! Banci lo!"

Aldi langsung membawa Ranum yang masih memaki-maki gua itu keluar dan menutup pintu.
Hanya tinggal gua sama Damar sekarang.

"Ngeri ya cewe kalau ngamuk."

Gua cuma senyum tipis.

"Lo yakin mau ninggalin Nojul? Gua sih terserah,cuma lo yakin?"

"Ini bukan sepenuhnya salah dia,ya dia emang salah gak cerita lebih awal ke lo. Cuma dia juga pasti gak berani buat bilang,dia takut kehilangan lo. Bukan cuma lo aja." Lanjut Damar.

"Gua tau,tapi bukannya lebih bagus kalau dia bilang? Kalau Angga gak dateng mungkin gua gabakal tau sampai mati."

Damar menendang kaki gua kencang.
"Mungkin dia lagi nunggu waktu yang tepat buat cerita. Cerita kayak gitu gak bisa seenaknya di sembarang waktu,Dar. Lo juga coba diposisi dia,itu bukan hal gampang."

Tiba-tiba Damar mengguncang lengan gua kencang. "Angga dateng?"

Gua mengangguk. Damar berdecak dan memukul tembok di sampingnya.
"Sekarang coba lo pergi aja jauh dari Nojul dan lo bakalan jadi bukti kalau keputusan dia buat gak bilang itu adalah hal yang benar. Karena dengan itu lo bakalan tetap bareng sama dia,walau ada kebohongan di dalemnya."

"Terus gua harus apa,Mar?"

"Bukannya lo yang bilang cukup ada disisinya dan semua bakalan baik-baik aja? Lo lupa sama kalimat yang lo ucapin sendiri? Atau emang lo cuma modal omong kosong."

Setelah mendengar omongan Damar gua langsung memutuskan untuk kembali.
Ini bukan gua. Pemikiran yang gak matang,hati yang goyah. Semua bakalan baik-baik aja selama gua sama Noval.

Sesampainya dirumah,gua melihat dia yang masih tertidur pulas. Dia pasti lelah.
Gimana bisa gua ada pemikiran mau ninggalin dia setelah banyak hal menyenangkan yang kita lewatin.
Gua bakalan terus menghujani dia dengan cinta dan kasih sayang yang gua punya.
Akhirnya gua terlelap dengan memeluk tubuhnya. Rasanya selalu hangat,mana mungkin gua bisa pergi dari sini. Pemikiran bodoh.

Gua jadi teringat sengaja buat ilang-ilangan saat ada dia. Biar Noval penasaran dan kangen.
Pernah sesekali gua juga ngumpet di bawah meja kantin supaya dia gak lihat sampai diinjek sama orang yang gak gua kenal. Baliknya? Gua pukulin,enak aja main nginjek gua.
Bukan cuma meja kantin,waktu dia beli dan gua juga ada disitu,gua mohon-mohon ke Pak Pri buat ngumpet di dalem haha. Lebih tepatnya,di bawah meja jualannya. Sampai seragam gua kena saos dari tempura dagangan Pak Pri. Apes bener. Kalau yang ini gua gak berani mukul haha.

Sampai akhirnya Aldi dan Damar menyuruh gua untuk terang-terangan deketin dia.
Gue juga udah dapet lampu ijo dari sahabatnya si Ranum. Dia yang ngasih tau gue kalau Noval juga ketertarikannya sama cowo.
Dan disinilah gua sekarang dengan penuh cinta.

Sampai ketemu dengan gua selanjutnya,
Idar.

True Love [ BL | TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang