09 TRUST ME

27 7 0
                                    





Make sure to click 🌟
-happy reading-




Na Jaemin membuat janji bertemu dengan Almira di Perpustakaan siang ini, gadis itu mengiyakan ajakannya dan sesuai yang ia duga, Jaemin sudah berada di sana.

Kampus terlihat sedikit lenggang, tidak banyak mahasiswa berkeliaran atau bergerombol seperti biasa. Tak banyak yang berlalu lalang pula.

"Cih gila emang lu Na Jaemin! Gue aja udah mager ke kampus, sekarang malah lu suruh muter?!" Almira memasukkan ponselnya, menggeleng sebal.

Almira tak ada kelas hari ini, itu sebabnya ia sedikit malas untuk pergi ke kampus. Kalau bukan karena Jaemin yang ingin melanjutkan obrolan mereka kapan hari di jembatan, demi Tuhan gadis itu tidak akan mau pergi ke kampus.

Beberapa kali ponselnya bergetar, mungkin panggilan masuk dari Jaemin. Lelaki itu memperingatkan pada Almira untuk tidak melewati lapangan basket. Meski Jaemin sudah memberitahunya, ia tetap saja menantang sesuatu yang sedang menantinya di depan sana.

Seperti kejadian lalu, ketika ia harus berhadapan dengan seniornya.

Almira berdiri tertegun, memperhatikan apa dan siapa yang ada disekitar lapangan basket. Hanya sebagian mahasiswa yang ia kenal sedang berlatih disana. Ia menghela nafas tak menyangka, mengapa Jaemin tidak memperbolehkannya untuk lewat jalan ini, padahal tidak ada hal buruk yang akan terjadi. Pikirnya. Namun sebenarnya ia tak dapat membohongi dirinya sendiri tentang kelebihan yang Jaemin miliki.

Ia ingin percaya, tapi keraguan pada dirinya lebih berkuasa. Lagi pula jika itu benar pun Almira tak berhak untuk berbuat apa-apa selain menerima temannya dengan segala kelebihannya.

Baru beberapa meter, langkah kakinya mendadak terhenti saat berada di ujung lapangan. Seorang lelaki yang ia kenal menghadang tubuhnya tiba-tiba. Ia tidak sendiri. Lelaki itu bersama perempuan paling menyebalkan menurut Almira. Dengan senyum tipis mengembang, lelaki itu menyapa.

"Al, gue Renjun. Masih inget?"

Almira lupa dengan Renjun? Oh tentu saja tidak akan pernah lupa. Teman dekat Mark, yang pernah menyatakan perasaannya pada Almira di hadapan semua orang, seusai pertandingan basket tahun lalu. Hal paling memalukan bagi Renjun karena ia ditolak secara terang-terangan pada saat itu juga. Almira tidak akan mempedulikan bagaimana perasaan malu yang di tanggung Renjun kala itu.

Dan karena Renjun, ia semakin dibenci oleh para senior yang berusaha mengambil hati lelaki tampan itu.

Tak ingin mengambil pusing, Almira hanya membalas senyum dan kemudian beranjak pergi, namun ternyata tak semudah itu.

"Masih inget perlakuan lo ke dia? Lo gak bisa perlakuin dia kayak gitu." Mina menahan pergelangan tangan Almira.

Almira melirik dengan tampang kesal. Lagi-lagi perihal lelaki saja masalah kecil akan menjadi sebesar ini. Ia berusaha menyembunyikan rasa takutnya dan memilih untuk menghadapi dua orang ini.

"Terus mau kak Mina apa? Nyuruh gue minta maaf karena nolak kak Renjun tahun lalu? Udah. Gue udah minta maaf juga kan? Padahal gak ada salahnya juga gue nolak dia. Gue punya hak atas keputusan gue sendiri."

"Dan sekarang salah gue dimana lagi? Semua udah selesai kan?"

Renjun menatapnya dalam-dalam. "Gue mau lo nebus kesalahan lo."

Almira mengernyit tak mengerti. Kesalahan mana yang harus ia tebus. Kesalahan karena menolak lelaki bernama Renjun ini, atau kesalahan karena mempermalukkannya di depan umum? Semua itu sebuah kesalahan? Bahkan jika itu adalah sebuah kesalahan, Almira sudah menebusnya dengan meminta maaf kepadanya.

I'M NOT HUMAN-NJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang