08 EDWARD CULLEN

21 6 0
                                    






Make sure to click 🌟
-happy reading-






Gadis yang meringkuk di bawah selimut itu sama sekali tak mengindahkan suara nyaring dari ponsel yang berkali-kali terdengar. Dingin yang menelusup pori-pori kulit membuatnya tak ingin beranjak dari tempat tidur. Jangankan beranjak, menyingkap selimutnya pun ia tak ingin.

Suara ponsel terdengar nyaring lagi. Mengharuskan tangan Almira merogoh meja kecil di samping ranjang. Mengambil ponselnya melihat beberapa notifikasi yang masuk dari Haechan.




Echan

|Udah bangun blm?
|Gue sama Jeno udah di pinisi resto
|Sarapan
|Kalo kesini hpnya Jeno bawain sekalian
|Lo tidur apa simulasi meninggal sih?
|Eh sama rokoknya Jeno di tas ceunah
|Disini ada Jaemin sekeluarga
|Sama abang2nya doang. Kaga sekeluarga

Almira tak ada niatan untuk membalas pesannya. Ia hanya membaca, kemudian membalikkan ponsel, dan menyingkap selimutnya. Memaksa untuk mendudukkan dirinya sembari meregangkan tubuh.

Dinginnya suhu ditambah desiran angin, membuat gadis itu tak berlama-lama untuk membersihkan diri. Padahal biasanya perihal mandi saja bisa sampai satu jam lamanya.

Ia berjalan sendiri menuju Pinisi Resto, dengan dress putih selututnya juga memakai kardigan berwarna coklat susu. Rambutnya terurai indah, mengenakan jepit untuk menyingkap poninya, wajah cantik Almira terekspos jelas.

Kedua netra hitam Almira melotot ketika sampai di resto. Yang sedang berada di pikirannya tadi ketika membaca pesan Haechan adalah Jaemin bersama dengan satu Kakak lelakinya. Tapi nyatanya di samping Jaemin ada tiga orang lelaki yang kulitnya putih bersih dan wajah bak pangeran turun dari langit.

Kulit mereka benar-benar putih bahkan melebihi putihnya kulit Jaemin yang ia anggap sudah sangat putih.

Almira hanya mengerjapkan mata beberapa kali ketika pandangan Jaemin dan ketiga Abangnya menyadari kedatangannya. Kedua sahabatnya pun menoleh ke belakang dan mendapati Almira tengah mematung.

"Al! Sini." Jeno menepuk kursi kosong di sebelahnya.

"O-oh iya." Jawabnya singkat sembari berjalan dan duduk di kursi.

Suasana dingin dan mencekam, itulah yang Almira rasakan selama berada di sana. Sesekali bola matanya mencuri pandang bergantian pada keempat lelaki yang duduk di depannya. Demi Tuhan rasanya sangat canggung ketika salah satu dari mereka tiba-tiba bertemu tatap dengan Almira. Ia sontak menundukkan kepala dan meraih ponsel yang ada di tas kecilnya.

RUJAK T-REX

Cakeup pisan euy|

Echan
|Allahuakbar
Jeno
|Allah maha besar

Tapi kenapa pada ngeliatin gue mulu?|

Jeno
|Kurang2in pd lo
Echan
|Saha yg ngeliatin lu?
|Sini gue colok matanya

Kasar bgt heran|
Semua ngeliatin gue gak sih?|

Jeno
|Iya bener

Mereka kyk vampir gak sih|
Putih pisan|

Echan
|Aing kayak lagi ketemu keluarga twilight
Jeno
|Iye bener

Almira, Jeno, dan Haechan berdehem bergantian, kemudian melanjutkan makan sarapan mereka. Satu piring yang masih utuh di atas meja, Haechan berikan pada empunya.

I'M NOT HUMAN-NJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang