16 BIG GIRLS DON'T CRY

13 3 0
                                    


Jika boleh ku tukar waktu... 

akan aku tukar waktu di duniaku untuk bersama denganmu di dunia mimpi itu...

Jika boleh ku relakan duniaku...

akan aku tukar dengan dunia yang sama denganmu...


-happy reading-



Hanya satu yang Almira rasakan setelah hari itu. Perih. Rasa perih yang menjalar ke sekujur tubuh. Padahal pusat dari rasa perih itu adalah dari hatinya sendiri. Sudah tiga hari lamanya ia memutuskan untuk hilang kontak. Dari kekasihnya, pun dari sahabat-sahabatnya. Selama tiga hari pula ia berdiam diri di rumah. Meski turunnya imun adalah alasan lain mengapa ia rela untuk mengosongkan hari meski jadwal kuliah tengah padat-padatnya.

Beberapa kali Jeno dan juga Haechan pergi mengunjungi gadis itu. Namun bukannya bertemu muka, mereka berdua malah mendapat penolakan. Almira tak ingin bertemu dengan siapapun. Dan itu sebabnya seorang lelaki bernama Na Jaemin terus dengan gencarnya mengirim pesan juga beberapa kali menghubungkan panggilan telepon. Awalnya memang tak ada satupun yang Almira jawab, semakin lama bunyi dering monoton itu membuat dirinya mau tak mau menekan tombol hijau tanda menerima panggilan.

"Al, apa perlu gue minta tolong Taeyong biar lo mau keluar nemuin temen-temen lo?" Ucap lelaki di seberang sana. "Itu Jeno sama Haechan udah kayak sad boy di kampus lemes banget."

Almira menghela nafas. "Penyalahgunaan lu mah!" Protesnya. "I'm not ready to met them, i'm not ready to be asked a hundred questions. Lu ngga tau sih Na, mereka bakal nanyain mulai dari kenapa gue kabur dari hotel,  kenapa gue pulang dianter Lucas, kenapa gue sakit."

"They just wanna make sure you're okay, Almira." Ujarnya lembut.

"Besok gue udah ngampus lagi kok Na, tenang aja."

Hanya terdengar helaan nafas dan panggilan itu terputus begitu saja. Jaemin yang mengakhiri, Almira tentu sudah terbiasa dengan sikapnya yang tanpa basa-basi menelpon, dan tanpa basa basi pula mengakhiri panggilan.

Gadis itu kembali menatap langit-langit kamarnya. Ia mulai berandai-andai hingga larut dalam angan yang ingin ia capai. Dirinya bingung dengan perasaan yang ia rasa. Ia tak ingin pula menjadi seorang kekasih yang terlalu posesif hingga membuat hubungannya tidak nyaman. Namun apakah salah jika Almira menanyakan tentang hari itu? Tentang hari dimana ia merasa terluka dan memilih untuk mencari rasa hangat pada orang lain. 

Almira menggelengkan kepalanya. Ia tak akan menuntut penjelasan dari kekasihnya. Mungkin itu yang terbaik menurutnya. Ia raih ponselnya yang tergeletak tak jauh dari jangkauannya. Mencari sebuah room chat yang sempat ia sematkan.

Mark Putra

Mark|

|Oh god finally

|Aku minta maaf ya Al?

Forget it|

|Are you okay? Obat yang aku kasih masih diminum?

Iya masih, makasih|

|Al, i don't want you to misunderstand

|Waktu di arena

I'M NOT HUMAN-NJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang