17

976 75 10
                                    

Sudah berlalu dua minggu sejak pertemuan di kantor pusat untuk pertama kalinya,
Dan beberapa kali pula pertemuan makan malam bersama mereka lalui.
Tapi Jaehyun masih merasa ada jarak di antara dirinya dan Minho, sang Direktur di cabang baru itu.

Karena berbeda kantor,
Jadi mereka hanya bertemu beberapa kali saat melakukan kunjungan atau ada keperluan.
Tapi sekarang karena kantor cabang itu termasuk baru, membuat Jaehyun sering bolak-balik ke kantor tersebut, membuatnya bertemu Minho beberapa kali.

Seperti pagi ini,
Jaehyun perlu membantu Minho lagi untuk mengurus penambahan pegawai baru di kantor tersebut.
Pemuda Jung itu berjalan memasuki gedung pencakar langit itu.
Disambut hormat oleh para pegawai baru disana yang masih tak banyak untuk ukuran perusahaan yang besar.

"Tuan Jaehyun, terima kasih karena anda bersedia datang lagi"sambut Minho yang baru saja datang sambil menyusul Jaehyun dan mengajaknya menuju ruangan nya terlebih dahulu.

Sepanjang perjalanan mereka habiskan dengan berbicara mengenai permasalahan perusahaan,
Hingga terasa mempersingkat waktu menuju ruangan Minho.

Jaehyun mendudukkan dirinya di salah satu sofa saat Minho mempersilahkannya,
Dan Minho sedang mengambil berkas yang berada diatas mejanya.

Pemuda Jung itu memperhatikan Minho yang sibuk memilah kertas demi kertas yang akan mereka diskusikan hari ini, membuat Jaehyun bingung dengan kehadiran sekretaris Pria itu yang hanya diam
"Kenapa kau tidak meminta sekretarismu melakukannya?"tanya Jaehyun kepada Minho yang kini berjalan kearahnya.

"Ah, berkas-berkas ini sangat penting dan dia masih baru, harus ku ajari dulu sebelum berurusan dengan berkas-berkas ini"jawab Minho sambil terkekeh kemudian duduk di hadapan Jaehyun.

Keduanya saling berdiskusi antara satu sama lain mengenai kelanjutan dari kegiatan perusahaan yang sudah direncanakan.
Hingga akhirnya mereka selesai dengan perencanaan untuk hari ini.

Jaehyun menghela nafasnya kemudian menyandarkan tubuhnya berusaha sedikit santai,
Kemudian ia mengedarkan pandangannya kesekitar ruangan itu, membuat Minho menatap nya bingung.

"Aku dengar dari sekretarismu,kau selalu terlambat datang karena selalu membeli bunga dulu sebelum ke kantor. Tapi aku tak melihat setangkai pun di ruangan ini"ucap Jaehyun, kemudian menatap Minho yang tersenyum kecil.
"Ahh sebenarnya itu untuk ibu saya di rumah sakit"ucap Minho kemudian menjeda ucapannya, membuat Jaehyun menatapnya tak nyaman karena merasa bersalah.

"karena jarak antara kantor ini dan rumah sakit tempat beliau dirawat agak jauh, jadi saya sering terlambat ke kantor hahaha"kekeh Minho
"M-maafkan saya"ucap Jaehyun tak nyaman
"Tak apa tuan Jaehyun, anda tak perlu meminta maaf"sahut Minho lagi dan mereka pun melanjutkan pekerjaan keduanya.

.

Taeyong membawa langkahnya menyusuri lorong sekolah dasar itu,
Kakinya berjalan begitu cepat menuju ruang guru.
Dengan tergesa ia melangkah, kemudian meraih gagang pintu itu dan membukanya dengan keras.

Membuat seisi ruangan menatapnya,
Taeyong mengedarkan pandangannya.
Kemudian di ujung ruangan itu ia melihat sang Putra berdiri didekat meja salah satu guru disana.

"Eomma!"seru sang Putra saat tatapan keduanya bertemu, membuatnya Taeyong menghampiri nya dan langsung memeluk sang Putra
"Jisungie? Tidak apa kan? Apa ada yang luka?"tanya Taeyong bertubi-tubi kepada Jisung yang menggeleng.

"jadi anda orang tuanya Jisung-"
"Bagaimana caramu mendidik anakmu hah?!"ucapan guru tadi tersela oleh teriakan seorang wanita yang ada disana.
Taeyong berdiri kemudian menatap wanita itu yang juga memeluk seorang anak laki-laki seumuran Jisung.

"Jaga bicara anda Nyonya"ucap Taeyong dengan sopan, namun membuat wanita dihadapannya itu menatap nyalang kearahnya.
"Anakmu sudah memukul wajah anakku, kau lihat memar diwajahnya ini? Itu ulah putramu!"seru wanitamu, membuat seisi ruangan menatap kearah mereka.

Taeyong menatap Jisung
"Kau memukulnya?"tanya Taeyong lembut dan yang ia dapatkan adalah anggukan dari Jisung.
"Nah lihatkan! Dia saja mengakuinya"sahut wanita tadi
"Dia bilang kalau Jisungie lahir dari batu! Karena Eomma Jisungie adalah lelaki"sahut Jisung yang kini tampak marah, tidak seperti biasanya wajah ceria itu tampak menunjukan emosi.

"Tidak eomma! Itu bohong!"sahut anak dari wanita tadi
"Itu benar! Eomma dia mengatakan itu!"sahut Jisung lagi tak terima.

"Sudah-sudah mari kita bicarakan dengan baik-baik saja. Ini hanya permasalahan anak kecil"ucap guru lelaki itu yang tampak muda dari wajahnya berusaha menengahi
"Anak kecil? Kau belum menikah dan punya anak makanya kau tidak mengerti posisiku! Bagaimana kalau jadinya anakku memiliki trauma karena ini?! Apa kau mau bertanggung jawab?"sahut wanita itu lagi, membuat Taeyong merasa tak suka dengan sikapnya yang tak sopan.

"Jisungie, minta maaf saja pada anak itu"minta Taeyong dengan lembut
"Tapi Eomma-"
"Jisungie"sela Taeyong agar Jisung menurut.

Dengan wajah cemberut, Jisung pun meminta maaf kepada anak dihadapannya itu.
Sedangkan wanita tadi menatap Taeyong dan Putranya dengan remeh
"Bagus, kau tau posisimu"ejek wanita itu.

"Ini bukan hal posisi dan derajat saya, Nyonya. Tapi saya hanya ingin anak saya menghadapi sesuatu yang lebih penting daripada menghadapi sebuah keluarga yang bahkan tak bisa mendidik diri mereka sendiri"ucap Taeyong kemudian menggendong Jisung.
"Kau-"
"Saya minta izin membawa anak saya pulang, Pak guru. Saya permisi"sela Taeyong kemudian membawa sang Putra pergi darisana.

Didalam Mobil Jisung tampak terdiam karena merasa bersalah kepada Taeyong.
Dan Taeyong pun menyadari hal tersebut
"Putra Eomma tak perlu merasa bersalah"ucap Taeyong, membuat sang Putra menoleh kearahnya.

"Eomma tau kalau Jisungie mau membela Eomma karena Jisungie sayang Eomma. Tapi lain kali, Jisungie tidak perlu mendengarkan perkataan buruk orang lain. Karena apapun itu, semuanya Jisungie sendiri yang menjalani, jadi acuhkan saja. Oke?"ucap Taeyong, membuat semburat senyum melekuk dibibir sang Putra.

"Oke!"seru Jisung dengan dua tangannya yang menunjukkan bentuk 'Oke'
Dan Taeyong pun memulai perjalanannya untuk membawa Jisung kembali ke toko bunga miliknya.

.

Jaehyun sekarang dalam perjalanan kembali ke kantornya,
Setelah selesai urusannya dengan Minho.
Sekarang ia harus menyelesaikan pekerjaan nya.

"Tuan, ini sudah jam makan siang. Apa anda mau makan siang dulu atau langsung ke kantor?"Tanya Sang sekretaris yang berada dikursi samping kemudi itu.

Pemuda Jung itu terdiam menimang-nimang
"Emm baiklah, aku akan makan siang dulu. Bawa aku ke restoran biasa"ucap Jaehyun, dan mobil itu pun berganti arah menuju restoran yang selalu di kunjungi Jaehyun.

Selama perjalanan itu Jaehyun terdiam menatap luar jendela mobilnya,
Memperhatikan lalu lalang orang-orang yang ada disana.

Hingga akhirnya netra nya terbelalak tak percaya saat ia melihat dua sosok yang dikenalnya.

Taeyong dan Jisung.
Sepanjang mobilnya berlalu,
Dapat ia lihat kedua nya berjalan bergandengan memasuki sebuah toko.

"Berhenti, berhenti!"seru Jaehyun, membuat sang supir menghentikan mobil itu dengan mendadak.
Dari jarak yang agak jauh itu, Jaehyun memperhatikan keduanya.

Jemarinya bergerak hendak membuka pintu mobil,
Namun gerakannya terhenti saat ia sadar bahwa yang ia lakukan adalah hal yang aneh.

Apa yang akan ia lakukan?
Menghampiri mereka?
Lalu setelah itu?

Pikiran Jaehyun berkecamuk,
Karena tak ada alasan untuknya bisa menghampiri Taeyong dan Jisung.

"Tuan, anda baik-baik saja?"tanya sang Sekretaris yang menatapnya khawatir.
Pemuda Jung itu menghela nafasnya kemudian mengurut dahinya yang terasa pusing
"Aku tak apa, lanjutkan perjalanannya"ucap Jaehyun, dan mobil mereka pun kembali melanjutkan perjalanan.


Tbc

Votement juseyo
Kisseu

DIVORCE (JaeYong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang