21

828 85 3
                                    

Taeyong terkejut, netra pemuda Lee itu terbelalak kaget saat melihat Jaehyun yang kini berdiri dihadapannya.

"Apa yang terjadi?"tanya Jaehyun, nafas pemuda itu masih terdengar berat. Sepertinya ia berlari tergesa menuju sini.
"J-jisung..."Taeyong menjeda kalimatnya kemudian kembali menatap Jaehyun dengan tatapannya yang nanar.

Nyonya Lee pun berdiri, meninggalkan keduanya.
Setelahnya Jaehyun pun langsung menarik Taeyong kedalam dekapannya.
Membiarkan pemuda itu kembali menangis dibahunya, jemari Jaehyun mengelus punggung pemuda itu lembut.

Aroma peach dari surai madu Taeyong lagi-lagi menyapanya, setelah sekian lama ia merindukan sosok di pelukannya ini.
Begitupula Taeyong, tanpa sadar ia kembali rapuh di pelukan Jaehyun.

Aman.
Terasa aman, ia enggan mengakuinya tapi ia sadar bahwa Jaehyun adalah tempat berlindungnya.

Keduanya adalah rumah bagi satu sama lain.

"Tenanglah, tak apa. Ini hanya alergi, kau tak perlu seperti ini"ucap Jaehyun, setelah pemuda itu mendengar penjelasan Taeyong yang masih terputus-putus karena tangisannya.
"T-tapi itu karena aku lalai"sahut Taeyong lagi pelan,membuat Jaehyun tersenyum tipis.

"Sudahlah, kau tak perlu khawatir"

Kriet

Pintu ruangan itu terbuka, menampilkan seorang dokter yang kini menghampiri mereka.
Taeyong pun segera berdiri, menghampiri dokter itu dengan panik.
"Bagaimana dok? Bagaimana dengan putra saya?"tanya Taeyong dengan wajah khawatirnya, dan yang pemuda Lee itu dapatkan adalah senyuman dari dokter itu.

"Putra anda sudah baik-baik saja. Untunglah anda langsung membawanya kerumah sakit, karena tenggorokkan putra anda membengkak, membuatnya sedikit sulit bernafas. Tapi sekarang sudah baik-baik saja, sekarang kami akan membawanya ke ruang rawat"jelas dokter itu, membuat Taeyong mengucap syukur dari belah bibirnya.

"Terima kasih,dokter"ucap Jaehyun yang berdiri disamping Taeyong, dan dokter itupun berlalu pergi darisana.

.

"Makanlah, biar Jisungie cepat sembuh"ucap Taeyong sembari mengangkat sesendok bubur kearah sang Putra.

Jisung tampak menatap sendok itu dengan diam, kemudian netra anak itu mengedar ke sekeliling ruangan. Taeyong yang sadar pun menaruh kembali sendoknya
"Ada apa? Apa yang Jisungie cari?"tanya Taeyong, membuat pandangan sang putra beralih padanya.

"Appa, Jisungie mencari Appa"jawab sang Putra pelan.

Taeyong tersenyum tipis
"Ah itu-"
"Appa disiniii~~~"seruan itu menyela ucapan Taeyong, kemudian pemuda itu menoleh kearah Jaehyun yang berjalan kearah mereka.

Pemuda itu baru saja membeli buah-buahan dan beberapa pasang baju
"Untuk apa kau beli baju ini?"tanya Taeyong bingung
"Untuk Jisung, biar dia bisa ganti baju"jawab Jaehyun, namun yang bingung adalah sang Putra.

"Kenapa Appa tidak mengambil yang dirumah saja? Kan baju Jisungie sudah banyak"seru Jisung,
Membuat Jaehyun dan Taeyong saling menatap.
Kemudian pandangan keduanya terputus karena Taeyong yang langsung menoleh kearah lain.

Mereka terlalu tenggelam,
Hingga lupa kalau mereka bukan siapa-siapa lagi,
Hanya seperti 'teman'?.
Tidak, mereka terlalu asing untuk dianggap teman.

"K-karena... itu Appa-"
"Karena rumah kita jauh, jadi Appa membeli yang didekat sini saja"jelas Taeyong, karena tampaknya Jaehyun kebingungan untuk menjawab.

Jisung pun mengangguk paham,
Kemudian jemari kecilnya meraih tangan kanan Jaehyun, membuat pemuda Jung itu bingung dengan yang dilakukan sang putra
"Ada apa?"tanya Jaehyun lembut.

Sang putra menggeleng kecil, kemudian tersenyum.
Membuat matanya melengkung bagaikan bulan sabit
"Tidak apa, Jisungie hanya rindu genggaman Appa"ucap sang Putra, membuat dada kedua orang tuanya mencelos.

Taeyong berdiri
"E-eomma ke toilet dulu"ucap Taeyong kemudian pergi darisana dengan tergesa.
Tuan dan Nyonya Lee yang berpapasan di lorong pun diabaikan oleh Taeyong.

Pemuda Lee itu membuka pintu toilet dengan kasar kemudian menghempasnya begitu saja hingga tertutup, membuat orang-orang yang disekitar menatapnya.

Pertahanan Taeyong pecah,
Pemuda itu menangis sambil menggigit kemejanya,
Berusaha menahan sesenggukkannya.
"Hahhh jisungiee eommaa"jeritnya yang tertahan,
Netra pemuda itu tak henti-hentinya menurunkan hujan yang membasahi pipinya.

Tanpa ia sadar di depan pintu itu,
Ada seseorang yang berdiri dengan sama runtuhnya.

Jaehyun merasa kakinya melemah,
Pemuda Jung itu bersandar pada pintu,
Kemudian tubuhnya merosot pelan hingga ia terduduk pada lantai,
Membiarkan tangisan Taeyong memasuki pendengarannya.

Didalam sana Taeyong menangis,
Sedangkan ia terduduk rapuh di luar.

Pemuda Jung mengusak rambutnya,
Pikirannya berkecamuk,
Kemudian ia membawa tubuhnya kembali berdiri.

Jaehyun menggenggam jemarinya,
Kemudian mengetuk pintu itu pelan

Tok tok

Jemarinya bergerak, dan dapat ia dengar suara tangisan itu dipaksa mereda.
Taeyong yang mendengar ketukan itu pun, berusaha mengatur nafasnya.

"S-sebentar-"
"Tak apa"suara itu menyela Taeyong dengan lembut, membuat detak jantung pemuda Lee itu kembali menghangat
"Jaehyun?"
"Menangislah, jika itu yang kau butuhkan. Jangan menahan apapun lagi"ucap Jaehyun dari luar sana.

Dan setelahnya dapat pemuda Jung itu kembali dengar suara tangisan Taeyong,
Suara itu menjelaskan emosi pemuda itu.

Jaehyun pun paham,
Tapi ini semua sudah terjadi.
Pemuda Jung itu meremas dadanya yang sesak,
Beriringan dengan isak tangis Taeyong,
Jaehyun merasakan tubuhnya memanas meharap waktu berputar kembali.

Waktu dimana rasanya mereka hidup hanya untuk satu sama lain,
Untuk saling melengkapi dan saling membutuhkan.

.

"Tutup?"ucap Minho kebingungan saat baru saja sampai di depan toko bunga milik Taeyong.
Di pintu kaca itu tertulis bahwa toko bunga pemuda Lee itu sudah tutup.

Minho melirik jam tangannya,
Masih agak jauh dari jam tutup biasanya
"Ada apa dengannya? Tumben sekali tutup jam segini"monolog pemuda itu.

Minho pun mau tak mau memilih untuk pergi dan kembali ke kantornya,
Mungkin ia akan kemari di lain waktu.

"Anda tidak jadi beli bunga, tuan?"tanya sang Sekretaris saat ia baru saja masuk kedalam mobilnya
"Tokonya tutup, kita kembali saja"sahut Minho dan mobil mereka pun kembali berjalan.

Minho menatap kearah ponselnya yang berada digenggamannya,
Di layar itu terpampang nomor ponsel milik Taeyong.
Minho ingin menelpon pemuda itu, namun jemarinya tampak ragu untuk menekannya.

Tap

Tampaknya pemuda Choi itu memilih untuk menelpon Taeyong,
Walau ragu tapi ia merasa ingin mendengar suara pemuda itu.

Tuuuutt tuuuuuttt

Suara telepon itu masih berusaha menyambung,
Namun belum di terima sedari tadi

Tuuuttt tuuuttt

Tik

"Halo Tae-"
"Nomor yang anda tuju sedang-"

Klik

Minho mematikan panggilan itu, ia kira Tayeong menerima panggilannya.
Pemuda Choi itu melempar ponselnya ke kursi di sampingnya.

Jemarinya mengusak rambutnya hingga berantakan,
Rasanya dahinya pusing saat ini.
"Hahhh"
Minho menghela nafasnya berat, entah mengapa ada yang mengganjal di dadanya.



Tbc

Haiii

Votement juseyo
Kisseu

DIVORCE (JaeYong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang