19

1.3K 109 8
                                    

Minho terdiam menatap dengan kosong,
Ia terduduk di sofa yang ada di kamarnya.
Kaki nya yang bertumpu pada meja,
Dan kedua jemari nya yang bertaut,
Membuatnya tampak mati.

Kriett

Pintu kamarnya terbuka pelan hingga membuat suara deritan,
Namun Minho hanya acuh dan tak berbalik.
"Minho, kau harus makan"ucap seorang wanita yang tampak berumur 50-an.

Wanita itu melangkah masuk,
Mendekat kearah Minho yang masih mengacuhkannya.
"Minho, ayolah. Ibu mu tidak akan senang melihatmu seperti ini"bujuk wanita itu.

"Aku tak lapar,Bi"jawab Minho kepada wanita yang ia panggil Bibi itu.
Sang Bibi pun menatap sang keponakan dengan sedih, anak ini pasti sangat terpukul dalam pikirannya.

"Harusnya aku tetap berada di sisinya waktu itu"ucap Minho sambil menatap netra sang Bibi dengan nanar
"Sudahlah, tidak ada yang perlu disesali"ucap sang Bibi kemudian memeluk sang keponakan dengan lembut.

"Aku juga menganggapmu sebagai Putraku, meskipun Ibumu sudah pergi. Setidaknya kau bisa menganggapku sebagai Ibumu"ucap Sang Bibi dengan tulus, jemari nya mengusap rambut halus Minho, berusaha memberikan ketenangan dan rasa aman kepada Pria itu.

.

"Terima kasih, selamat datang kembali"ucap Taeyong kepada pelanggannya yang baru saja pergi.
Kemudian ia pun membereskan meja yang agak berantakan itu karena ia baru saja selesai merangkai bunga.

Tring tring

Namun setelahnya saat ia fokus membersihkan,
lonceng yang tergantung di pintu masuk itu kembali berbunyi,
Taeyong berbalik hendak menyambut
"Selama datang~~~ oh kau akhirnya datang juga, Minho"sambut Taeyong sambil menghampiri pelanggannya yang selalu datang hampir setiap hari,
Namun tak lagi terlihat beberapa hari terakhir.

"Aku ingin membeli bunga lagi"ucap Minho sambil tersenyum kearah Taeyong
"Aku akan membuat rangkaian mawar merah seperti biasa-"
"Bukan"Minho menyela ucapan Taeyong, membuat Taeyong menatapnya penasaran.
"Eoh? Kau ingin mengganti bunga ternyata. Jadi bunga apa yang kau mau?"tanya Taeyong, ia menunggu pria dihadapannya itu menjawab.

Minho menghela nafasnya pelan
"Lili putih, aku mau bunga Lili putih"sahut Minho pelan. Membuat Taeyong meraih setangkai bunga Lili putih
"Ah baiklah, Lili putih. Apa ada seseorang yang ingin kau beri dengan bunga ini?"tanya Taeyong sambil meraih beberapa tangkai bunga
"Untuk Ibuku"sahut Minho

"Ah untuk Ibu mu-"ucapan Taeyong terhenti, kemudian berbalik menatap Minho
"Minho..."seru Taeyong dengan tatapan nanar
"Benar, Ibuku sudah pergi"jawab Minho lemah, kemudian mendudukkan dirinya di sofa yang ada disana.

Taeyong dengan tangan bergetar,
Mengumpulkan bunga demi bunga Lili di tangannya.
Kemudian ia memutuskan untuk merangkai bunga itu di meja yang berada didekat sofa.
Dan duduk di samping pria itu.

Jemari nya mulai merangkai satu persatu bunga Lili putih itu,
Sedangkan Pria di sampingnya hanya diam menatapnya.
"Jika kau ingin bersedih itu tak apa, setidaknya itulah cara yang kau tahu untuk melampiaskan emosimu"ucap Taeyong berusaha menenangkan.

Namun sesaat setelahnya,
Mata Taeyong terbelalak kaget,
Jemarinya yang sibuk merangkai pun jadi diam membeku.
Bagaimana tidak?
Pria disampingnya itu kini memeluknya,
Namun yang membuatnya hanya diam adalah Pria itu kini bergetar sesenggukkan.

Nafas yang tersengal-sengal itu menelusuk kedalam pendengaran Taeyong,
Pemuda Lee itu pun dengan maklum kemudian membalas pelukan itu,
Minho selama ini sudah berusaha sebaik mungkin membahagiakan sang Ibu, setidaknya ia dapat melepaskan sang ibu dengan bahagia.

DIVORCE (JaeYong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang