Mark menengadahkan kepalanya keatas, menyelesaikan tegukan terakhir minuman di depannya sambil berharap kepercayaan dirinya dapat membantunya melakukan hal yang gila ini. Mark menaruh gelas kosong yang ada di tangan ke meja di depan rumah Donghyuck lalu menatap ayah Donghyuck dengan raut muka serius, dan mengatakan, "Saya mau coba courting dengan Donghyuck, pak."
Ayah Donghyuck menaikan alisnya, ikut menenggak habis minuman yang ada di tangannya, lalu tertawa kencang. "Ya," ucap ayah Donghyuck di sela-sela tawanya. "Coba aja, nak. Semoga beruntung tapi."
Tidak bereaksi banyak, Mark hanya meluruskan bahu bidangnya dan mendongakkan dagu keatas. "Saya punya uang," ujarnya menekankan sebuah point. "Saya juga punya penghasilan tetap dan warisan, lalu keluarga saya—"
"Mark," sela ayah Donghyuck, menggelengkan kepalanya sambil tertawa lagi. "Saya udah tahu kok soal keluargamu dan situasi keuanganmu. Saya juga tahu mobil model apa yang kamu kendarai, berapa sekiranya perusahaanmu menggajimu, dan lokasi tempat tinggalmu. Saya sih fine fine aja kalau kamu ingin mencoba courting atau pacaran sama anak saya." Ucap ayah Donghyuck panjang lebar sambil menuangkan bir ke gelasnya lagi. "Cuman yah, Donghyuck itu sedikit...kamu tahulah."
"Saya tahu, pak." Mark menjawabnya seperti Gak masalah, pak, bisa saya atasi itu mah gampang. Dan dari nadanya tersebut itulah yang membuat Donghyuck kesal, seperti segala hal yang dimiliki oleh seorang Mark Lee sangat hebat dan rasanya tidak masuk akal jika Donghyuck tidak melemparkan kepalan tinjunya pada lelaki itu sekarang juga—saat ini Donghyuck sedang menguping pembicaraan Mark dengan sang ayah dari dalam rumah. "Saya cuma minta persetujuan aja, pak."
"'Kan udah saya bilang tadi." Jawab ayah Donghyuck santai sambil menepuk bahu Mark beberapa kali. "Semoga beruntung, ya."
Dari jendela di dalam rumah, Donghyuck mendengus sambil menggelengkan kepalanya. Dasar bego, ujarnya dalam hati. Manusia bodoh macam apa sih Mark Lee ini. Donghyuck banyak tau rumor tentang Mark Lee, tapi gak ada satupun yang pernah bilang kalo orangnya itu ternyata idiot.
Mark mendengar dengusan Donghyuck dengan pendengaran Alpha-nya. Karena ia baru saja memandang ke arah jendela beserta Donghyuck yang ada di dalamnya dengan muka datar. Pandangannya gak tajam sih, tapi ya tidak bersahabat juga. Ada suatu kekosongan disana saat mereka saling bertatapan. Donghyuck menaikan alisnya dan memberikannya seringaian kesal, dan Mark pun mengalihkan pandangannya.
"Apa itu berarti—"
"Iya, Lee," potong ayah Donghyuck mulai berdiri dari duduknya seraya menggerakan diri untuk kembail ke dalam rumah. "Saya bolehin kamu ajak anak saya buat courting."
Sebenarnya reaksi dari orang tua yang memiliki anak seorang omega seperti ini sangat langka ketika anaknya dikejar-kejar oleh seorang Alpha, tapi sekarang, ayahnya Donghyuck hanya—capek. Lelah. Alpha setelah Alpha, minum bir di depan teras rumahnya dengan canggung. Ayah Donghyuck sudah melewati banyak momen seperti ini sampai dirinya kehilangan hitungan sudah berapa banyak Alpha yang mencoba mendekati Donghyuck.
Donghyuck menatap ayahnya menghilang di dalam rumah dengan tentengan yang dibawa Mark. Mark-nya sih masih ada di depan teras sambil menunggu Donghyuck di panggil oleh sang ayah.
"Donghyuck, samperin dulu tuh di depan." Oh, entah keberapa kalinya Donghyuck mendengar frasa ini.
Donghyuck gak mau repot-repot membenahi dirinya untuk tampil cantik demi kesenangan Mark. Donghyuck masih memakai kaus tidurnya dan celana training hitam plus kaus kaki putih. Jujur saja, dirinya sudah berpikiran bahwa seluruh Alpha di kota ini sudah mendengar banyak tentang dirinya dan tidak ingin mendekatinya lagi. Namanya juga gosip, dan orang-orang juga kejam, jadi—yah intinya, Donghyuck adalah si Omega nomor satu yang paling gak diinginkan untuk beberapa bulan ini, semenjak hubungannya dengan Alpha terakhir putus. Donghyuck cuman sedikit kaget ada seorang Alpha lagi yang berada di terasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted | MARHYUCK AU
Romance"Yang penting jangan sampe lo malah jatuh cinta sama gue kak."