"Maaf ya kak udah ninggalin sweaternya disini," ujar Donghyuck ketika mereka sudah sampai di apartemen Mark. "Pasti bau omega nya udah kesebar."
Mark terlihat ragu untuk sesaat, membuka mulutnya, lalu menutupnya lagi. Sampai kemudian, ia mengangkat bahunya lalu berkata, "Wanginya enak kok."
Dengan senyuman, Donghyuck memutar bola matanya lalu mengangguk. Udah banyak yang bilang sebelumnya—salah satu charm yang dimiliki oleh Donghyuck. "Kayak gimana wanginya kak?"
Mark mengerjapkan matanya sekali, dua kali, menaikkan alisnya sambil berpikir. Menjelaskan wangi natural seseorang itu cukup sulit, dan Donghyuck sudah bertanya pada beberapa Alpha sebelumnya, seenggaknya tahu wanginya bisa dibandingkan dengan sesuatu, tapi para Alpha tersebut hanya bilang gak tau ah, pokoknya enak. Tapi setelah beberapa saat, Mark mengatakan, "Kayak..."
Mark memberikan tampang serius pada Donghyuck, dan Donghyuck membalasnya dengan senyuman. Mark menundukan kepalanya mendekat, mengendus, dan menaikan alisnya lagi. Setelah beberapa saat, Mark benar-benar menyandarkan kepalanya mendekat ke arah leher Donghyuck, menempelkan hidungnya disana, dan ia pun mengendus lagi. Geli rasanya, jadi Donghyuck tertawa kecil.
"Kayak rumput yang baru dipotong," jawab Mark mulai menjauhkan kepalanya untuk menatap mata Donghyuck.
Donghyuck mengerucutkan hidungnya kesal sambil menggeleng. "Kok kayaknya malah gak enak sih."
"Bukan gitu, maksudnya lebih baik-"
"Bau tanah sama kotoran hewan dong-"
"Bukan," ujar Mark menggeleng cepat. "Kayak udara segar di musim semi."
Mereka menatap satu sama lain dalam keheningan. Kalimat yang baru saja dikatakan oleh Mark adalah kalimat terbaik yang pernah seorang Alpha utarakan padanya, dan Mark mengatakannya dengan tulus dan tanpa ragu. Pemuda yang lebih tua itu mengatakannya seperti Mark ingin memiliki wewangian tersebut untuk terus ada di sampingnya, selalu. Udara segar dan musim semi, awal yang baru, menjemur pakaian sampai kering dibawah matahari, bunga-bunga bermekaran di taman depan rumah.
Donghyuck melirik kearah bibir Mark, hanya beberapa detik, lalu dengan cepat mengalihkannya menuju mata Mark lagi. Semua berlangsung tepat saat Donghyuck mendapati Mark yang juga melirik ke arah bibirnya, mata si pria yang lebih tua itu tidak berkedip sama sekali. Donghyuck bergerak duluan, memajukan tubuhnya sampai Mark tahu apa yang ingin Donghyuck lakukan. Saat protes tidak datang dari mulut Mark, Donghyuck melanjutkannya dengan menempelkan bibirnya dengan bibir Mark.
Ketika Donghyuck menyudahi ciuman singkatnya, Mark mengatakan, "Kirain lo benci sama gua."
Donghyuck ketawa. Ada banyak hal yang bisa dirinya katakan untuk merespon, seperti, udah lama rasa benci Donghyuck pada Mark hilang, atau tentang pikirannya yang selalu menyatakan jika Mark adalah orang paling baik yang pernah Donghyuck temui, atau tentang harapannya tentang status sebagai pacar bohongan itu bisa menjadi nyata, tapi Donghyuck nggak bisa bilang hal tersebut. Donghyuck kejam pada dirinya sendiri, jadi dia merespon, "abisnya lo ganteng kak."
"Lo juga." Jawab Mark sambil berdeham. "Mau ciuman lagi?"
Kali ini, saat mereka ciuman, it's not so gentle. Mark literally smashing his face into Donghyuck's, keras banget sampe Donghyuck ngeluarin erangan jorok dari tenggorokannya. Donghyuck menarik Mark mendekat, tangannya ada di leher Mark, sampai Donghyuck frustrasi dengan jarak mereka yang masih berdiri dekat pintu. Tanpa memutuskan ciumannya, Mark berinisiatif untuk menarik Donghyuck kearah sofa, dan dengan cepat Donghyuck merangkakan tubuhnya ke pangkuan Mark dan menyatukan paha mereka, membiarkan kedua tangan Mark bertengger di pinggang Donghyuck sambil menciumnya lebih dalam.
**
**
Tersadar setelah bangun dari tidurnya, Donghyuck segera mencari pakaiannya yang tadi sudah berserakan entah dimana, tangannya mengusap wajahnya lalu menggeleng dan berpikir holy shit gue dan kak Mark baru aja having sex dengan status pacar bohongan jadi maksudnya apa sih ini haruskah gue peduli tapi gue gak mau peduli juga, tapi kenyataannya gue peduli? kemudian melirik ke arah samping tempat tidur Mark dimana lelaki tersebut sedang menatap Donghyuck yang kebingungan.
Wajah Mark datar, nggak marah tapi nggak senyum juga. Wajahnya hanya wajah Mark biasa. Tapi yang aneh adalah kenyataan dimana Mark mengalihkan pandangannya saat Donghyuck mencoba menatap matanya. Donghyuck ingin bertanya padanya apakah ia menyesali kegiatan yang baru saja mereka lakukan tadi. Atau ia sadar kalau mereka sudah melakukan hal yang salah. Donghyuck ingin meminta Mark untuk berhenti memainkan games ini, bertanya apakah Mark benar-benar ingin bersamanya atau tidak, karena Donghyuck takut disakiti lagi, sekarang yang ada di pikirannya bukanlah sang omega yang menginginkan alphanya, Donghyuck hanya menginginkan Mark.
Mark berdeham masih dengan kepalanya yang ditundukan kebawah, lalu mengatakan, "Udah dua bulan ya."
Donghyuck tau udah berapa lama mereka ngelakuin ini. Sebagian dari dirinya udah menghitung hari ke hari, jadi dia tau. "Lama juga ya?" tanya Donghyuck. Dirinya benci akan suaranya yang terdengar menyedihkan.
Mark sedikit menganggukkan kepalanya, dan berdeham lagi. "Kayaknya ini udah waktunya kita buat, you know – putus, atau apalah itu."
Waktu Donghyuck berumur enam belas tahun, dirinya jatuh cinta pada seseorang yang menganggap dirinya penting. Kebanyakan remaja di umur segitu mengerti perasaan dimana mereka sangat membutuhkan seseorang untuk memberitahu pasangannya jika dia sangat diinginkan, penting, cantik, pintar, apapun. Ketika Donghyuck dibuang seperti sampah oleh orang yang sama, dia hanya bisa tertawa dan mengejek dirinya sendiri yang sudah berpikir seperti itu, Donghyuck tahu jika banyak orang disana yang menjalin hubungan hanyalah untuk mengisi dan menghabiskan waktu luang, Donghyuck merasa dirinya tidak penting lagi. It was the worst feeling in the world, untuk akhirnya dapat memiliki hanya untuk ditinggal pergi.
![](https://img.wattpad.com/cover/292111049-288-k337789.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted | MARHYUCK AU
Dragoste"Yang penting jangan sampe lo malah jatuh cinta sama gue kak."