Chapter Five

1.2K 175 10
                                    

Donghyuck nggak kepikiran sama sekali kalau kalimat yang bakal pertama kali Mark katakan saat ia mengajaknya ke apartemen si pemuda yang lebih tua adalah, "Maaf berantakan," karena bagi Donghyuck level berantakannya apartemen mewah pasti beda banget sama rumah Donghyuck yang biasa aja. Tapi setelah matanya berkeliling menatap keseluruhan apartemen besar Mark, Donghyuck akhirnya mengerti jika ruangan tersebut memang berantakan.

Donghyuck sedikit ketawa saat melihat kabel xbox 360 milik Mark yang ditaro asal-asalan di depan tv 50 inch-nya beserta beberapa macam gitar yang ditaro sembarangan diatas sofa, lalu ia melihat ke arah dapur dimana mesin pembuat kopi Mark bertengger rapi. "Kayaknya yang diurus cuman kopi doang, kak."

Mark menyeringai, menyuruh Donghyuck untuk duduk dimana saja sambil dirinya mencoba membuat makanan, "Katanya nyokap lo suka gue kak."

"Iya bener kok," jawab Mark tanpa nada terkejut di suaranya. "Dia telepon gua ngomong kalo lo cocok-cocok aja buat dijadiin pasangan, walaupun sedikit—out of the box."

"Hehe iya itulah gue kak." Jawab Donghyuck. "Tapi gue gak bisa berbuat apa-apa soal kakak lo ya kak."

Mark gak ngasih komen soal pernyataan yang baru saja diberikan Donghyuck.

Mark cuman natap Donghyuck simpel terus balik lagi ke kerjaan dia bantuin Donghyuck bikin makanan.

"Tapi Hanbyul suka gue."

Mark tersenyum sebagai jawabannya. Beberapa jam kemudian, disaat semua makanan sudah dilahap habis oleh mereka berdua, Donghyuck dan Mark memutuskan untuk duduk di dapur selama beberapa saat dalam keheningan. Sebenernya banyak banget hal yang bisa mereka lakukan kalau saja mereka beneran pacaran. Dan Donghyuck bukan bermaksud mengaitkannya dengan kegiatan yang bisa dilakukan dikamar, tapi hal-hal kecil seperti nonton netflix atau main gitar, Donghyuck juga bisa bacain koleksi buku yang ada di ruang tamu. Mereka bisa ngabisin waktu banyak disini, dari sore jam enam sekarang sampai malam hari.

Sayangnya, mereka gak punya status—boro boro pacaran. Hal itu bikin Donghyuck takut banget karena dirinya mulai kepikiran well, gimana kalau mereka pacaran beneran, dan detail-detail kecil yang ada di pikirannya, tapi mereka enggak, mereka nggak pacaran. Dan Mark tahu itu, sebagaimana Donghyuck juga tahu.

Karena setelah sepuluh menit terlewati dalam keheningan, Mark akhirnya bilang, "Yuk gua anter pulang."

Dan Donghyuck jawab, "Iya, gue juga banyak tugas."

**

"Kunci rumah lo udah dibenerin?"

Belum juga Donghyuck duduk dengan bener di restoran tempat mereka bakal makan siang saat Mark menanyakan hal perihal kunci rumah, Donghyuck memutarkan bola matanya sebelum menjawab. "Work in progress, kak."

"Mau gua temenin nyari kuncinya?"

"Nggak usah," Donghyuck memutar bola matanya lagi. "Gue aja kak. Gue gak tau kalo lo terobsesi banget sama kunci rumah gue, tapi-"

"Yang ada di pikiran gua cuman nggak selayaknya omega tinggal dirumah yang kuncinya rusak."

Donghyuck mengerucutkan bibirnya dan menatap tajam Mark. Fakta yang penting adalah Donghyuck bisa menjaga dirinya sendiri dengan skill taekwondonya. Memang ada perbedaan dalam ukuran seorang alpha dan omega seperti contohnya Mark dan Donghyuck. Tapi tetep aja hal itu bikin Donghyuck bete. "Iya nanti dibenerin."

"Ini bukan perintah," ujar Mark sambil mengangkat alisnya, "soal keamanan itu bukan candaan."

**

"Kuncinya udah dibenerin?"

Donghyuck menatap Mark sambil memakan yogurt yang ada ditangannya, "Belum."

Mark balik menatapnya lama seperti mikir seberapa pikunnya Donghyuck buat ngelakuin hal kecil untuk menelepon tukang kunci dan duduk manis dirumah menunggu pekerja tersebut datang dan mengganti kunci rumahnya dengan sistem password. Mark yang udah kepalang jengkel karena dia kepikirian suatu saat dirinya menemukan Donghyuck yang diperkosa atau lebih buruk lagi terbunuh di dalam rumahnya sendiri hanya karena bocah itu lupa membetulkan kunci rumah. "Lo tuh bener-bener ya, harus gua yang lakuin sendiri apa gimana? Bukan hak gua Hyuck, ayah lo-"

"Nggak usah kak," jawab Donghyuck cepet, "Gue bisa telepon orangnya sendiri kok, nggak perlu nakutin tukang kunci pake kekuatan Alpha lo-"

"Oh my god..."

"IYA gampang kak, tenang aja sih, cuma kunci rumah ini."

**

Donghyuck memasuki mobil Mark malam hari saat dirinya sudah menyelesaikan shift di bowling center, jadi wajah Mark diterangi hanya oleh pencahayaan minim lampu jalan saat ia bertanya, "gimana kunci rumah?"

"Lo kayak dosen gue aja kak yang nanyain soal tugas," jawab Donghyuck menghela nafas berat.

"Ya emang udah tugas gua buat mastiin kalo nggak ada orang yang bakal nyoba-nyoba ngambil kesempataan dari omega gua saat tau kalo kunci pintu rumahnya rusak."

Donghyuck memutar bola matanya lagi tapi sekarang ia tahu bahwa Mark benar. Dirinya bisa menghandle beberapa alpha seperti kebanyakan omega laki-laki yang lain—tapi banyak orang gila diluar sana. Bau omega itu enak, ada senjata tajam yang dijual belikan sembarangan, dan ada orang menakutkan yang menggunakannya untuk melakukan hal-hal jahat. Donghyuck seharusnya menelepon tukan kunci itu disaat ia ingat.

Banyak banget yang ada di pikiran Donghyuck sampai-sampai dirinya lupa kalau Mark baru aja bilang omega gue bukan seorang omega.

Donghyuck melirik ke wajah Mark berharap si pemuda yang lebih tua akan sadar atas kesalahannya; tapi muka Mark datar, agak marah karena tahu Donghyuck belum melakukan suruhan kecilnya, jadi Donghyuck cuma diam aja saat Mark menyalakan mobil dan melajukannya ke arah rumah Donghyuck.

**

Enchanted | MARHYUCK AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang