"Donghyuck!"
Donghyuck membuka matanya dan mengernyit pada sinar matahari yang masuk ke kamarnya melalui jendela. Untuk beberapa saat, dirinya hanya ingin bersembunyi di dalam selimut dan tidur selama beberapa jam lagi.
Tapi kemudian, suara ayahnya tiba-tiba terdengar sangat keras di dalam kamarnya. "Donghyuck," ulangnya, dan Donghyuck meringis. "Ada Mark tuh dibawah nunggu kamu."
"Hah? Bohong ah ayah,"
Hening. "Dia dibawah,"
"Bohong ah ayah." Ulang Donghyuck lagi sambil mulai bangun dan menatap ayahnya yang sudah berpakaian rapi untuk pergi kerja, Donghyuck menyipitkan matanya dan mulai meninggikan suaranya sengaja agar didengar oleh Mark "soalnya cuma orang gila yang muncul jam delapan pagi di hari minggu waktu aku nggak ada kelas ataupun kerja."
Ayah Donghyuck mengedipkan matanya lalu menggaruk lehernya bingung. "Kamu mau ayah bilangin dia supaya-"
"Nggak usah, aku aja," dengus Donghyuck melemparkan selimut yang menutupi tubuhnya. "Dasar nggak ada otaknya banget tuh orang—"
Waktu Donghyuck muter-muter di sekeliling kamarnya buat nyari kacamata, ayahnya menyela dia terus ngomong "Ayah pergi kerja dulu ya."
"Oke," jawab Donghyuck.
Ayah Donghyuck berdiri ragu-ragu sesaat, gelagat yang udah sering Donghyuck lihat beberapa kali sebelumnya. Ayahnya pasti mikir apakah ini ide yang bagus buat ninggalin anaknya dirumah barengan sama seorang Alpha. Tapi setelah beberapa saat, ayahnya berdeham, mengganggukan kepalanya dan lalu menghilang kebawah. Donghyuck masih berdiri di dalam kamarnya sambil mendengarkan Mark dan ayahnya bertegur sapa sebentar kemudian suara pintu depan rumahnya yang terbuka menandakan ayahnya telah pergi. Donghyuck menatap ke arah tubuhnya dan mencoba yakin kalau dirinya nggak jelek-jelek amat pagi itu dengan baju piyamanya.
Donghyuck lalu turun dan menemukan Mark sedang duduk di sofa ruang tamunya. Minum kopi yang kayaknya ayah Donghyuck sempet bikin pagi-pagi, dan keliatan aneh banget udah rapi dia di hari minggu pagi pakai celana jeans dan jaket.
Beda banget sama Donghyuck.
Mark menatap Donghyuck tapi tidak bereaksi sama sekali. Cuma melirik keatas dan kebawah sedikit, dari kaki telanjangnya Donghyuck sampai rambutnya yang berantakan, lalu minum kopinya lagi.
"Lo bercanda ya kak?" tuntut Donghyuck cemberut sambil ngebenerin letak kacamatanya. "Apa yang ngerasukin lo sampe-sampe dateng pagi-pagi buta begini bahkan matahari juga belom anget"
"Udah anget kok mataharinya," sela Mark sambil nunjuk kearah jendela. "Tapi, lo kebalikannya-"
"Masih pagi kak kalo mau tuker-tuker ejekan," jawab Donghyuck berjalan menuju dapur bermaksud untuk membuat kopi untuknya sendiri.
Mark mengobservasi Donghyuck saat dia menuangkan kopinya. "Sehari minum dua gelas kopi?"
"Tiga, kadang," ujar Donghyuck ngasih tau. "Gue tau ini berlebihan, tapi-"
"Nggak kok," Balas Mark sambil melihat seisi rumah Donghyuck. "Gua kadang minum empat gelas."
Donghyuck menaikan alisnya heran. "Lo bisa minum lebih banyak soalnya badan lo lebih gede dari gue."
"Biasanya orang pendek gak pernah mau bahas soal tinggi badan." Ujar Mark sambil ketawa.
Donghyuck sebenarnya adalah orang yang enak diajak hang out seperti sekedar ngobrol, baru beberapa menit Mark berbicara dengan Donghyuck, pemuda yang lebih tua darinya sudah tertawa karena ujaran gemas Donghyuck. "Lo masih ngampus? Jurusan apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted | MARHYUCK AU
Romance"Yang penting jangan sampe lo malah jatuh cinta sama gue kak."