*Di Sekolah
"Naruto? Apa kau ada masalah?" Sakura memperhatikan bahwa sedari tadi lelaki sapphire yang duduk di depannya menghela nafas berulang kali.
Bibir Naruto melengkung membentuk sebuah senyuman yang dipaksakan "T-tidak aku baik-baik saja." jawabnya dengan ragu lalu memutar kursinya menghadap ke papan tulis. Ia duduk sambil menopang dagu, melihat ke luar jendela lalu kembali menghela nafas. Lagi.
Sakura merasa kesal dan ingin membuat Naruto bercerita namun sebelum ia sempat melakukannya Sasuke lebih dulu datang membawakan minuman untuknya dan berkata "Mungkin dia sudah tidak sabar ingin menyelesaikan ujiannya." Sasuke duduk di sebelah kursi Sakura.
Biasanya Naruto akan langsung membalas ucapan Sasuke tetapi kali ini pewaris klan Uzumaki itu diam dan meratapi nasibnya bahkan Sasuke ikut terheran-heran melihatnya. Sakura merengut sebal "Naruto, aku tidak mau mengkhawatirkan mu lebih lama lagi. Barangkali aku bisa memban-"
"Hiks Sakura-chan~!!"
"Oh astaga!"
Sakura terperanjat kaget hingga nyaris terjatuh dari kursi melihat Naruto berbalik dan memanggil namanya sambil menangis dengan derasnya bahkan tidak kalah deras dengan ingusnya. Sasuke mengernyit jijik melihatnya. Sakura berdehem karena merasa refleknya barusan cukup tidak sopan. "Apa yang terjadi Naruto? Mengapa sejak pagi kau begitu bimbang?"
"Hiks.. Sepupuku akan datang pagi ini. Dia akan menghabiskan liburannya disini. Aku harus bagaimana?!" Naruto memegangi kepalanya dan melepaskan kegundahannya pada Sakura.
Sakura diam. Ia tidak tahu bagian mana yang membuat si kepala pirang ini histeris, itu hanya sepupunya, saudara harusnya akur kan? Apakah sepupunya itu sungguh luar biasa? Sakura menggaruk pelipisnya sambil terkekeh "Lalu apa yang kau permasalahkan? Bukankah itu kabar yang bagus.. Apalagi saat liburan kau tidak akan kesepian."
"Huh?!" Naruto yang menangis tersedu-sedu langsung diam begitu juga dengan Sasuke yang membaca buku pun ikut terdiam. Mereka serempak menoleh ke Sakura, menatapnya dengan heran; tidak percaya; bingung; dan kaget hingga gadis itu merasa sangat bodoh dan tidak tahu apa-apa meski itu memang benar.
"A-ada apa?" tanya Sakura merasa tidak enak setelah mengucapkan kata-kata itu.
"Sakura-chan. Kau sendiri saja belum tentu sanggup melihat tingkah lakunya." Naruto memijat dahinya, semakin merasa pusing. Sasuke menghela nafas berat mengingat-ingat terakhir kali sepupu Naruto bertemu dengannya.
Hari ini adalah hari terakhir ujian. Banyak anak-anak yang antusias dan merencanakan liburan yang meriah sekaligus bahagia bagi anak-anak kelas 6, mereka harus bersiap-siap untuk berpisah baik dengan teman sekelasnya atau dengan teman-teman kelas lain. Sakura yang mencuri dengar kawan-kawan lain pun ikut merasa senang, ia menyenggol lengan Sasuke. "Ne, Sasuke-kun? Apa kau tidak memiliki rencana untuk liburanmu kali ini?" tanya Sakura dengan antusias.
Sasuke menyipitkan matanya tak suka "Justru seharusnya kita memikirkan ujian terakhir ini. Belajarlah." Sasuke memegang kepala Sakura dan menundukkan-nya agar Sakura kembali fokus dengan belajarnya. "Apanya yang liburan." gumam Sasuke kesal. Sakura tersentak kemudian tersenyum kecut setelahnya. Ya, tentu Sasuke tidak akan punya liburan. Dia akan sibuk mengepaki semua barang-barangnya dan akan pergi meninggalkan Jepang dan tinggal di luar negeri dalam waktu yang tidak pasti. Sakura akan kesepian.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOW WE GROW TOGETHER
FanfictionSakura adalah anak yatim piatu, ia telah kehilangan kedua orangtuanya karena kecelakaan mobil saat ia berusia enam tahun. Ia masih memiliki keluarga, lebih tepatnya bibinya yang peduli dan sayang kepadanya. Bibi Sakura tela...