"Aku selalu punya perasaan ini...."
Shi Yi terdiam, berhati-hati dalam memilih kalimat selanjutnya.
Zhousheng Chen sangat patuh dan sabar dan tidak terlalu menekan Shi Yi, membiarkan Shi Yi untuk menyentuh telapak tangannya.
"Di kehidupan sebelumnya, kita ditakdirkan untuk saling mengenal satu sama lain."
Shi Yi tidak tahu bagaimana menjelaskannya, jadi pada akhirnya, Shi Yi hanya bisa memberikan argumen ini. Di masyarakat sosial saat ini, jika dia adalah seorang lelaki sementara Zhousheng Chen adalah seorang wanita, Shi Yi kira dia mungkin adakan dikira sebagai playboy.
Bagaimanapun, ketika gendenrnya ditukar pernyataan ini teap saja aneh.
Apa yang harus dia katakan?
Apakah dia harus mengatakan kepad aZhousheng Chen, kalau dahulu kala mereka sudah saling mengenal, atau mungkinkah setelah sekian reinkarnasi, mereka akhirnya beruntung bisa bertemu kembali satu sama lain?
Mungkin karena hanya dia saja satu-satunya orang yang percaya pada pernyataan yang tidak masuk akal yang bisa membuat orang bingung harus menangis atau tertawa.
Shi Yi sudah memegang tangan Zhousheng Chen terlalu lama, jadi sepertinya sekarang sudah waktunya untuk melepaskan tangannya.
Saat Zhousheng Chen akhirnya menarik kembali tangannya, dia dengan tak terduga berkata kepada Shi Yi, "Aku percaya pada perkataanmu. Setiap hubungan manusia adalah karena karma dan takdir." Pernyataan ini tidak seperti hal yang harus dikatakan. Shi Yi tersenyum canggung. Shi Yi mendengar Zhousheng Chen bertanya, "Kau pulang besok?"
"Aku punya banyak pekerjaan. Tidak bisa dihindari."
"Jika memang tidak terlalu merepotkan, tinggalkan nomor telefonmu padaku," Dia berkata. "Terkadang, jika memang tidak memungkinkan bagiku untuk online, aku bisa menghubungimu dengan cara ini." Shi Yi berfikir bahwa dia salah dengar, jadi fikirannya kosong.
Zhousheng Chen tersenyum, "Ada masalah?"
"Tidak ada sama sekali," semburnya, Tetapi Shi Yi sama sekali tidak bisa menemukan sesuatu yang bisa dia tulis untuk dia berikan kepada Zhousheng chen.
"Sebutkan saja nomormu, aku pasti bisa mengingatnya." Zhousheng Chen berkata tanpa ragu sedikitpun.
Shi Yi menyebutkan sederet angka.
Shi Yi akan menyebutkannya untuk kedua kalinya, tetapi Zhousheng Chen sudah menganggukkan kepalanya dan berkata, "Aku sudah ingat."
Pada hari berikutnya, akhirnya Shi Yi kembali ke Shanghai.
Perjalanannya yang tidak terduga ke kota Xi'an mengguankan waktu seminggunya untuk bekerja. Di bawah tekanan Mei Lin, managernya, Shi Yi tidak punya pilihan lain selain pergi ke studio setiap hari setelah makan siang dan merekam suara. Seringkali, setiap dia sudah selesai bekerja, hari sudah berubah malam.
Ketika dia bekerja, maka dia akan sangat serius. Biasanya, dia akan memegang kertas A4nya dan di fikirannya, mengingat baris percakapannya, dari awal hingga akhir, kedua kali. dalam proses itu. ketika dia sudah menemukan rasa tang tepat, maka dia akan segera meminta kepada teknisi rekaman untuk memulai rekaman. Tentu saja, dia akan tanpa sengaja mslah mengucapkan kata-kata, tetapi mereka hanya perlu merekam ulang kalimat spesifik dan sisanya akan sempurna.
"Guru Shi, rekamannya sudah bagus. Aku tidak memiliki masalah hingga terakhir. Ketika direktur datang, kita akan mendengarkan semua efeknya."
Shi Yi berjalan keluar ruangan menuju tempat dispenser air di koridor dan menarik keluar satu gelas. Shi Yi memegang gelas itu di tangannya, tidak meminumnya tapi menatap keluar jendela, terdiam dengan fikirannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Lifes, One Incarnation, Beautiful Bones
FantasíaJust try it on Hahahaha Tulang cantik. Sangat jarang di dunia ini. Mereka yang memiliki tulang tidak memiliki kulit. Mereka yang memiliki kulit tidak memiliki tulang. Kebanyakan orang memiliki pandangan yang sempit, mereka hanya melihat penampilan...