Chapter 3

398 54 19
                                    

Perempuan berambut pirang itu tersenyum sinis, "Like what I said, eh?"

Shit.

Aku menatap lurus lelaki tua brengsek di hadapanku ini, "Sir, kartu ujianku bernomor 107!" Protesku lagi.

Ia beranjak dari kursinya, berjalan pelan menatapku tajam, direbutnya kartu ujian yang sedari tadi kugenggam. "Memang.."

"Di sini tertulis nama sekolah kami, tapi, Nona, namamu tak ada. Pulanglah." Dia membuang kartuku sembarang. Rahangku otomatis mengeras, kupijak kartu yang dibuangnya.

"Thank you, Whore. You don't do anything." Desisku, tepat di telinganya.

Aku berjalan perlahan, membiarkan semua gerak-gerikku menjadi bahan tontonan, tujuanku selanjutnya, sekolahku sebelumnya.

---

Membuang napas keras, aku menunduk dalam, masih tak mengerti dengan semua kejadian pagi ini.

Kucoba mengangkat kepalaku, kutegaskan langkahku. Ini baru tes, astaga. Aku takkan menyerah sebelum kalah.

Saat hendak memasuki kantor guru, dua orang pria memakai seragam aneh menyita perhatianku, seragamnya mirip polisi tapi sepertinya bukan.

Mereka berlalu, hampir melupakan niatku, buru-buru aku memasuki ruangan yang terletak di samping tata usaha ini,

"Excuse me, Miss! Semua jadi kacau, Miss!" Cecarku saat masuk,

Ms. Alexa yang sedang membereskan buku berubah menjadi bingung, membuatku semakin gundah, "Kamu.."

"Saya murid kelas Anda!" Jeritku, apa-apaan ini?!

Tangannya meremas tangan Ms. Linden yang sedang mengetik sesuatu di laptopnya, "Rasanya kok anak ini aneh, ya?" Ia berbisik, bodoh, bisikkannya terdengar olehku.

Ms. Linden menatapku aneh, "Kamu murid dari mana?" Tanyanya,

"Jelas saja murid sekolah ini! Lihat seragam ini! Ini, saya punya kartu pelajarnya!" Jelasku, menjerit histeris, astaga, masih pagi dan aku sudah hampir gila. Kusodorkan kartu pelajar yang tadi di dalam tas, dahi mereka makin berkerut,

"I-Ini memang kartu pelajar sekolah kita, kan?" Ms. Alexa berbisik lagi,

"Tunggu, dari mana kamu dapatkan kartu ini?! Memalsukan kartu identitas itu kejahatan, tahu?!" Bentak Ms. Linden tepat di mukaku, sial, pemalsuan?!

"Dengar, Miss, saya sekolah di sini selama tiga tahun, oke? Kemarin saja saya masih bicara biasa dengan para guru. Stop this fucking joke, okay?" Kataku cepat, mencoba untuk tetap tenang dengan menyedekapkan tanganku.

"Ada apa?"

"Siapa anak itu?"

"Guru?"

"Bodoh, tidak mungkin."

Semua jadi kacau, heboh. Berbisik di belakangku, ada juga yang mengatai aku gila.

"Panggil petugas keamanan!" Teriak salah satu guru,

"T-Tunggu, kurasa tak per-"

"Saya akan menghubungi mereka!" Tegas Ms. Linden , memotong pembelaan Ms. Alexa terhadapku.

Mataku memanas, kuperintahkan otakku untuk berpikir cepat, pandanganku meluas,

Buku tahunan!

"S-Saya ada di sini, di-di sebelah Luke!" Buru-buru aku membolak-balikkan halaman buku tahunan, satu-satunya bukti kuat yang bisa kuandalkan sekarang.

"Luke, maksudmu Lucas Hemmings?" Tanya Mrs. Alexa,

"Be-benar, saya duduk di sebelahnya saat foto bersama!"

"Di-di.." Tanganku mencari-cari, astaga, fotoku tak ada bersama mereka! Di buku tahunan pun aku tak ada?!

Kenapa aku tak ada di mana pun?!

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang