Kami sampai di sekolah pada pukul delapan kurang lima belas menit, dan melihat gerbang sekolah sudah ditutup rapat, dan kalian tahu nggak, apa yang terjadi selanjutnya? Ya, Granger cuma diam dan pergi gitu aja ke belakang sekolah. Gue berdecak kesal dengan tingkahnya yang sok keren itu. Terlepas dari itu semua, Natalia malah ketawa girang. Dia belum pernah jadi sebandel ini sebelumnya dan katanya itu nyenengin, nah itu ocehan dia tadi. Sekarang gue lagi jalan dibelakang Granger sama Natalia---yang sedikit lari karena nyamain langkahnya sama Granger---dengan memasukkan kedua tangan gue disaku celana.
"Beneran nih, nggak ada yang liat?" Tanya Natalia sambil menatap tembok yang tinggi didepan kami.
"Kalau lo nggak berisik ya nggak bakal ketahuan," sahut gue setelahnya.
Natalia menatap Granger yang sudah ancang-ancang untuk manjat pohon yang kebetulan mepet sekali sama temboknya. Cewek itu mengikuti gerakan Granger, dan parahnya rok selututnya ikutan tersingkap. Gue panas dingin sambil berusaha manggil Natalia biar tuh cewek sadar sama kelakuannya.
"Nat! Eh Nata de Coco, lo nggak pake celana?" Tanya gue spontan.
Natalia menghentikan gerakannya dibawah Granger, cewek itu beralih menatap gue. "Pakai kok," katanya. "Celana dalam maksudnya," lanjutnya yang buat gue langsung mendelik. Dia melanjutkan kegiatan manjat pohonnya. Gue cuma bisa diam di tempat tanpa memandang Natalia yang sudah sampai diatas tembok. Nah, giliran gue yang manjat. Punya teman cewek tomboy yang sialnya penampilannya lebih feminim bikin gue kalang kabut, takut pikiran gue 'traveling' kemana aja. Sewaktu mendarat, gue sempat melihat wajah Granger yang memerah. Lah, kenapa mukanya dia kok kayak malu-malu gitu.
"Buru, di kelas udah ada guru atau belum?" Natalia ini anaknya emang berisik, buktinya sekarang nyuruh gue sama Granger cepetan mulu.
"Santai, Nat. Kita sekelas." Kata gue. Tapi gue masih heran sama nih triplek, diam aja dari tadi---walaupun emang selalu diam---ditambah wajahnya merah.
"Grang, ayo." Gue mencoba buat ajak Granger yang masih pengin jadi patung sekolah. Dia langsung jalan begitu Natalia sudah duluan.
"Lo kenapa?" Tanya gue yang---serius---gue penasaran banget.
"Nggak sengaja."
Datar banget tuh muka walaupun masih kelihatan merah, "nggak sengaja apanya?"
"Liat rok Nata," Granger mengusap tengkuk dia dan memalingkan muka kesisi yang nggak bisa terlihat oleh gue. Hm, Natalia emang ceroboh. Kapan-kapan gue bakalan ngomong ke cewek itu, biar nggak jadi salah paham.
...
Sudah dipastikan gue, Granger dan Natalia dapat hukuman dari guru bimbingan konseling plus guru pengajar tadi. Sampai satu kelas bilang kalau tumben Nata telat? Ini memang bukan satu atau dua kali gue sama Granger telat ditahun pertama sekolah menengah. Tapi beda bagi Natalia yang baru pertama kali.
"Nat yakin lo nggak papa?"
Natalia menggeleng, "gue ke sebelah sana ya."
Gue memandang Natalia yang pergi kearah berlawanan dari gue dan Granger.
"Nanti sibuk klub apa?" Gue menatap kearah Granger yang berjalan dengan membawa sapu ditangannya.
"Sepak bola doang, lo?"
"Renang," jawab Granger mulai menyapu koridor sekolah sebelah kanan, gue juga mulai menyapu bagian gue dan sekilas melihat Natalia yang sibuk menyapu diujung kiri koridor.
"Bro, kemarin gue dengar kalau Guin sama temennya ghibahin elu."
Jawaban Granger setelahnya bikin gue terkejut dan setengah sebal. Tadi katanya, "karena gue ganteng." Udah gitu tuh triplek selesai duluan dan ninggalin gue.
...
Maapin karena garing 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Say Nothing At All [MLBB FANFICT]
FanfictionCuma Alucard yang tahan sama sifat Granger, dari cara ngomongnya yang dingin atau susah banget diajak ketawa. Ya karena Alucard udah kenal lama ditambah mereka punya tujuan yang sama. Menurut Alucard, Granger itu punya khas tersendiri yang bikin sem...