Granger terdiam sesaat pengumuman diberitahukan diseluruh sekolah, sebab hari ini kegiatan belajar mengajar diberhentikan sementara. Sebagai gantinya, para murid diminta mengerjakan tugas---mata pelajaran sesuai jadwal pada hari itu---di rumah. Serta dimintai menjadi suporter klub sepak bola yang akan mengikuti pertandingan kejuaraan antar SMA di kota ini, yang kebetulan diadakan di lapangan sekolah Granger. Cowok dengan rambut cepak, yang memiliki warna putih---bukan uban---dibagian poni itu menghela napasnya gusar. Bukan hal yang lazim dia lakukan menjadi suporter klub sepak bola, karena dia sendiri lebih memilih bertanding secara langsung. Ya, tapi 'kan dia bukan anggota klub sepak bola. Granger mengamati siswa di dalam kelasnya itu, mereka mulai berhamburan keluar kelas menuju lapangan sepak bola. Lapangan sekolah Granger memang luas tentunya, hampir seperti stadion---ah, sepertinya itu terlalu berlebihan. Dia sendiri enggan beranjak dari tempat duduknya, sampai-sampai Silvanna dan Guinevere sama-sama menegur cowok itu.
Silvanna berdiri disamping kiri Granger, sementara Guinevere hanya memutar tubuhnya kekiri untuk menghadap Granger---yang kebetulan dia sebangku dengan cowok pendiam itu.
Memang dasarnya Granger yang lamban otaknya mengenai sesuatu selain matematika dan juga minuman rasa strawberry yang dia sukai, tentunya diam tanpa ada respon berarti untuk membuat dua cewek itu sekedar dihargai. Granger malah membuka komik dan membacanya dengan tenang.
Disisi lain, Silvanna dan Guinevere saling berpandangan. Merasa tidak yakin mengajak serta satu-satunya cowok yang ada di kelas ini---setidaknya untuk saat ini.
"Mau ke lapangan?" Tanya Silvanna dan Guinevere berbarengan, tentunya mereka tidak sengaja mengatakannya bersamaan. Terlepas dari itu semua, cowok yang mereka ajak tidak menunjukkan respon peduli sama sekali.
Guinevere melotot tajam pada Silvanna yang kebetulan menatapnya, oh, mereka berdua menjadi rival sejak detik yang lalu.
"Granger," lagi. Sapaan mereka bersamaan. Kali ini berhasil membuat siempunya nama mengalihkan pandangan dari komik yang dibacanya.
"Kalian manggil aku?" Tanyanya, tentunya dengan eskpresi kebingungan.
"Mau bareng ke lapangan, nggak?" Bahkan ini yang ketiga kalinya dua cewek itu bertanya secara bersaman, kening Granger mengerut, ada yang tidak beres dengan dua teman cewek sekelasnya ini. Tanpa basa-basi, dia berdiri dan keluar dari kelas. Berjalan sekaligus membawa komik yang dibacanya menuju atap sekolah yang sunyi itu. Seolah tersadar akan sesuatu, Granger menghentikan langkahnya. Hari ini ada pertandingan klub sepak bola, sementara kegiatan pembelajaran ditunda pada hari ini. Bukankah Alucard juga menjadi pemain inti dipertandingan itu? Alucard. Sahabatnya sejak sekolah dasar. Iya. Alucard yang kemarin mengacuhkannya itu. Ah, Granger jadi tidak yakin mau menyemangati dia atau tidak? Dia takut kalau seandainya Alucard kembali mengacuhkannya, terlepas dari itu semua, dia benar-benar ingin menjadi orang penting yang menyemangati Alucard. Tapi, bolehkah ia?
Dengan langkah ragu, dia melanjutkan jalannya yang tertunda menuju atap sekolah. Sudahlah, dia doakan saja supaya klub sepak bola sekolahnya menjadi juara. Dia tahu Alucard sangat antusias dan bermain dengan baik sekali. Sampai-sampai Hanzo selalu iri pada ketangkasan dan kecepatan Alucard. Dia jadi ingin menontonnya. Tapi apa boleh buat? Astaga Granger seperti gadis perawan yang labil ketika memilih dalaman.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak dua jam yang lalu, akan tetapi pertandingan itu masih belum selesai juga. Ah, Granger ketiduran disini. Dia melirik arloji ditangan kirinya dan kedua matanya membulat sempurna saat tahu benda itu menunjukkan pukul 3.00 p.m. Sialan, dia jadi terlambat pulang. Buru-buru Granger turun dari sana dan menuju kelas. Kosong. Sudah sepi, hanya ada tasnya saja disana. Pertandingan itu akan selesai pukul berapa, sih?
Saat Granger keluar dari kelas dan hendak menuju gerbang sekolah, dia berpapasan dengan Claude.
"Granger."
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Say Nothing At All [MLBB FANFICT]
FanfictionCuma Alucard yang tahan sama sifat Granger, dari cara ngomongnya yang dingin atau susah banget diajak ketawa. Ya karena Alucard udah kenal lama ditambah mereka punya tujuan yang sama. Menurut Alucard, Granger itu punya khas tersendiri yang bikin sem...