Chapter 3 | nggak peduli

102 8 0
                                    

"Mau ikut jenguk Fanny, nggak?" Natalia berdiri didepan gue sambil menguncir rambutnya agar terlihat lebih rapi.

"Gue ada latihan klub sepak bola, Nat." Jawab gue yang memang siang ini ada kegiatan klub. Gue berujar dengan wajah nggak enak sama Natalia sedangkan dia udah mau nawarin gue buat jenguk Fanny.

"Oh yodah deh, nggak papa. Btw sehabis kegiatan klub jangan lupa mandi tujuh kembang biar badan lo nggak bau. Haha," Natalia pergi gitu aja setelah ngatain gue, sifat resenya kambuh.

"Nat," gue manggil dia.

Natalia yang hendak keluar kelas berbalik dan natap gue.

"Sama siapa aja jenguk Fanny?" Tanya gue yang hanya sekedar basa-basi, modus karena biar bareng aja keluar kelas.

"Bened, Beatrix, sama anak-anak yang lain." Jawab Natalia.

"Claude ikutan nggak?"

Natalia mengangguk, "Claude, Gusion, Lancelot, mereka juga ikut kok."

Gue mengangguk atas penjelasan Natalia barusan, dan kami berpisah di koridor. Natalia yang pergi kearah gerbang sekolah, sedangkan gue pergi ke ruang klub sepak bola. Ini masih jam satu siang, klub dimulai setengah dua. Gue berjalan menaiki tangga untuk ke lantai dua, dan saat berada diatas, gue nggak sengaja lihat kearah jendela yang menghubungkan lingkungan luar sekolah. Dapat gue lihat ada Granger dan Zilong yang sedang melakukan pemanasan di tepi kolam renang. Gue tersenyum, selain berinteraksi dengan gue, Granger masih mau brinteraksi dengan teman yang lain  yang bisa bikin dia nyaman seperti Zilong---karena mereka satu kelas.

Nggak mau berlama-lama, gue segera naik ke lantai dua dan menuju ruangan klub sepak bola. Masih sepi, senior juga belum datang. Gue memilih ganti seragam gue dengan kaos bersih yang gua tinggalin diloker. 

"Eh, gue kira gue yang lebih dulu dateng."

Gue tersenyum saat Hanzo masuk dan berjalan ke loker miliknya.

"Lo kalah cepet ama gue," kata gue menanggapi Hanzo.

"Semua tentang lo itu cepet," gue dengar Hanzo ngatain kalimat itu dengan nadanya yang sarkas. Gue nggak kaget karena dari awal masuk klub sepak bola, Hanzo yang anaknya sedikit ngeselin. Gue cuma senyum nanggapin ucapan dia. Lalu memilih pergi dari sana, dan berpapasan dengan para senior yang baru datang.

"Cepet banget, si Alu." Kata Chou---senior gue dari kelas 2-6.

"Baru datang kok, bang." Jawab gue asal.

"Gue duluan ya ke gudang ambil alat latihan," kata gue pamit dan pergi dari sana.

Samar-samar gue mendengar Chou berkata, "nggak usah gitu kali kalau lihat." Mungkin ditujukan buat Hanzo, karena tadi dia masih ada di dalam ruang ganti. Gue bodoh amat sekalipun Hanzo benci sama gue. Toh ini hobi gue, dan hak gue buat gabung klub mana aja asalkan gue aktif ngikutin setiap kegiatannya. Gue emang satu sekolah sewaktu SMP sama Hanzo, dulu kami cukup dekat karena satu klub sepak bola di SMP. Makin kesini dia semakin aneh dan bikin gue kesel terus-terusan. Yang gue tahu, gue nggak pernah gangguin dia atau nyari masalah ke dia. Mungkin cuma salah paham, tapi gue udah hilang respect aja sama dia karena dia pernah malu-maluin Granger didepan banyak orang.

When You Say Nothing At All [MLBB FANFICT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang